SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Para ketua umum partai politik dan menteri kini sedang gencar berebut pengaruh politik di Jawa Timur. Mereka perang baliho untuk pilpres 2024. Yang menarik, mereka sama menyandingkan diri dengan foto Khofifah Indar Parawansa.
Mereka adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan Menteri BUMN Erick Thohir.
Baca Juga: Bicara Toleransi di UINSA, Khofifah Ungkap Pengalamannya Tangani Konflik di Tolikara Papua
Apa sih keistimewaan Khofifah yang kini Gubernur Jawa Timur itu? Inilah tulisan M Mas’ud Adnan edisi kedua di HARIAN BANGSA yang terbit Senin, 28 Maret 2022. Selamat membaca:
Ya, apa sih keistimewaan Khofifah? Banyak sekali. Pertama, Arek Wonocolo Suroboyo itu adalah putri ideologis Gus Dur. Dari sekian kader Gus Dur hanya Khofifah dan Mahfud MD yang tak pernah cacat, apalagi konflik dengan Gus Dur. Cak Imin, Gus Ipul, Matori Abdul Djalil, Alwi Shihab, dan bahkan KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), ketua umum PBNU, pernah terlibat konflik dengan Gus Dur.
Dalam tesis saya di Pascasarjana Unair, saya sempat pengutip pernyataan Yahya Staquf yang dimuat Harian Surya (19/07/2003) terkait Pilgub Jatim. Yahya mengeritik Gus Dur. Menurut dia, kekalahan calon Gubernur Jatim dari PKB, yaitu Abdul Kahfi, karena Gus Dur tidak melibatkan pengurus PKB secara organisatori dalam mengambil keputusan. Dan masih banyak pernyataan-pernyataan Gus Yahya yang mengeritik Gus Dur.
Baca Juga: Resmikan Han Palace dan Legacy Ballroom, Khofifah Optimistis Perkuat Sektor MICE di Jawa Timur
Sebaliknya, Khofifah justru sangat tawaddlu pada Gus Dur. Tak aneh, jika Gus Dur kemudian menjadikan Khofifah sebagai anak emas.
Menurut Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., Gus Dur pernah menyatakan bahwa Khofifah adalah menteri serba bisa. Saat menjabat Prersiden RI, Gus Dur memang mengangkat Khofifah sebagai menteri negara pemberdayaan perempuan dan ketua BKKBN.
Baca Juga: BMKG Prediksi 35 Daerah di Jatim Rawan Angin Kencang, Ini Pesan Khofifah
Khofifah semula adalah kader NU yang aktif di PPP. Tapi ketika PBNU membidani lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Gus Dur memanggil Khofifah untuk menjadi pengurus PKB. Praktis Khofifah keluar dari PPP yang berarti juga harus mundur dari anggota DPR RI.
“Kalau yang lain masuk PKB karena ingin jadi DPR, saya masuk PKB justru meninggalkan kursi DPR RI,” kata Khofifah saat itu.
Khofifah memang total pada Gus Dur. Terutama ketika Gus Dur menjadi calon presiden pada 1999. Saat itu Khofifah jadi ketua tim sukses.
Baca Juga: Khofifah Imbau Masyarakat Jawa Timur Waspada Cuaca Ekstrem dan Angin Kencang
“Saat saya tidak pulang selama 20 hari dalam upaya pemenangan Gus Dur, anak saya yang saat itu masih kelas 5 SD menulis dengan spidol di kertas dan ditempel di dinding, ‘Ibu bubarkan saja partainya, ibu tidak pulang-pulang,’ ungkap Khofifah dalam acara pembukaan Indonesian Women’s Forum 2018 di Raffles Hotel Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Kemudian anak saya yang nomor tiga juga sudah tidak mengenali ibunya. Paling sedih lah seorang ibu kalau anaknya sudah tidak mengenali wajah ibunya. Tapi itu harus saya terima sebagai konsekuensi proses pembelaan saya kepada PKB yang kala itu baru dibentuk oleh Gus Dur,” cerita Khofifah.
Kepatuhan Khofifah teruji sampai akhir hayat Gus Dur. Karena itu tak heran jika Gus Dur sangat percaya pada Khofifah.
Baca Juga: Sempurnakan Strategi Timnas Indonesia, Ketua Umum PSSI Siap Umumkan Direktur Teknik Februari Besok
"Kepada saya beliau tiga kali berwasiat, jika wafat beliau pesan di batu nisan beliau ditulis the humanist died here," kata Khofifah saat berpidato pada acara Haul ke-5 Gus Dur di Pesantren Tebuireng, Jombang.
Wasiat itu kemudian dilaksanakan oleh keluarga Gus Dur.
Baca Juga: Khofifah Apresiasi Perajin Tenun Ikat Parengan Lamongan yang Tetap Eksis hingga Generasi ke-3
Kedua, Khofifah adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU. Khofifah menjabat ketua umum Muslimat NU empat periode. Maka mudah dipahami, jika ibu-ibu Muslimat NU sangat fanatik dan loyal pada Khofifah.
Sedemikian fanatiknya sampai Soekarwo (Gubernur Jatim sebelum Khofifah) mengakui bahwa selama dua kali bertarung melawan Khofifah dalam Pilgub Jatim ia tak bisa menaklukkan Muslimat NU.
“Satu-satunya yang tidak bisa saya jebol adalah Muslimat NU,” kata Pakde Karwo, panggilan Gubernur Jawa Timur dua periode itu. Padahal saat itu Pakde Karwo berpasangan dengan Saifullah Yusuf (Gus Ipul), ketua PBNU dan mantan ketua GP Ansor dua periode.
Baca Juga: Sebanyak 4.447 Sapi di Jatim Sembuh dari Virus PMK, Khofifah Apresiasi Pemerintah hingga Peternak
KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) menyebut bahwa Muslimat NU merupakan badan otonom (banom) NU terbaik. “Bahkan dibanding NU sendiri,” kata Gus Sholah kepada saya suatu ketika.
Pengasuh Pesatren Tebuireng Jombang Jawa Timur itu lalu memberikan contoh konkret berdasarkan fakta keseharian istrinya, Nyai Hj Farida Salahuddin Wahid, yang juga pengurus Mulismat NU.
“Kalau ada acara, Muslimat tidak seperti NU. Semua pengurus Muslimat pakai ongkos sendiri dan biaya sendiri,” kata cucu pendiri NU, Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari itu. Artinya, para pengurus Muslimat NU terbiasa torok alias rugi demi NU, bukan cari untung di organisasi NU.
Baca Juga: Dihadiri Khofifah dan Diimami Syaikh Fadhil, Jenazah Prof Ridlwan Nasir Dishalati Ribuan Jemaah
Karakter Muslimat NU yang mandiri dan solid itu tentu tak lepas dari faktor pemimpinnya. Yaitu Khofifah. “Untuk saat ini, Khofifah adalah pemimpin nasional terbaik,” kata Gus Sholah. (M Mas'ud Adnan/bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News