SITUBONDO, BANGSAONLINE.com - “Malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad SAW setiap malam pada pada bulan Ramadhan. Jibril mendiskusikan dan membaca al Quran bersama Rasulullah. Setiap kehadiran wahyu, Nabi Muhammad semakin tinggi jiwa kedermawanannya. Hadits inilah yang kemudian oleh Wali Songo ditradisikan menjadi Tadarrus al Qur’an pada malam bulan Ramadhan.“
Demikian cuplikan KH Moh Jaiz Badri Masduki dalam pengajian Kitab Shahih Bukhari Juz 1 Hadits nomor 5 dan 6 yang digelar di Pondok Pesantren Badrul Islam, Peleyan Panarukan, Situbondo, Ahad (21/08/2022)
Pengajian Kitab Kuning Shahih Bukhari dan Kitab Ihya Ulumuddin ini diadakan rutin setiap Ahad pagi untuk masyarakat umum. Tujuannya untuk menghidupkan tradisi keilmuan berbasis kitab kuning di kalangan masyaraat Siubondo.
Gus Saiful Bahri, koordinator pengajian kitab ini menyatakan bahwa pengajian Kitab Kuning Shahih Bukhari dan Ihya Ulumuddin dilaksanakan karena banyak permintaan dari msyarakat kepada Kiai Jaiz.
“Alhamdulillah, beliau bersedia mengasuh, dan pesertanya semakin bertambah selama tiga kali pengajian hingga saat ini,” kata Gus Saif, penggilan kiai muda ini.
Menurut dia, banyak alumni pesantren yang ahli kitab kuning, tapi ketika pulang ke masyarakat justru kitabnya disimpan di gudang, tak dibuka lagi.
Pangajian kitab kuning yang diasuh Kiai Jaiz sudah berjalan lebih dari 5 tahun. Menurut Gus Saif, yang juga pengasuh PP Salafiyah Syafiiyah, Bugeman Kendit Situbondo, dirinya sudah mengaji sorokan berbagai kitab kepada Kiai Jaiz. Seperti kitab al Mawaidul Usfuriyah, Nurul al Dhalam, Abwabul Faraj, al Mutasaddidun, Tafsir Sawawi, dan Ihya Ulumuddin jilid 1.
Pengajian kitab yang diasuh Kiai Jaiz ini dikemas dalam bentuk kajian kitab seperti kegiatan akademis di kampus-kampus. Setelah Kiai Jaiz membaca kitab gundul itu, ia menjelaskan isinya dan kemudian diadakan sesi tanya jawab dan diskusi.
Setidaknya lebih dari 70 orang hadir dari berbagai kalangan, termasuk para kiai, gus, nyai, santri, mahasiswa, dosen, guru dan kalangan Umum. Seperti umumnya pengajian para kiai selalu saja penuh dengan ger-geran.
Para peserta juga aktif. Banyak yang mengajukan pertanyaan. Bahkan ada beberapa peserta tidak
kebagian pertanyaan karena waktu harus barakhir.
Kepada BANGSAONLINE.com, Kiai Jaiz mengatakan bahwa hidup adalah mengaji. Menurut dia, mengaji adalah ruh kehidupan bagi santri.
“Mengaji harus dilakukan sepanjang masa hingga mati. Mengaji memegang fulpen itu adalah sepanjang hidup, ma’al mihbrah ilal maqbarah, long life education,” kata Kiai Jaiz.
Mengapa yang dikaji Kitab Shahih Bukhari dan Kitab Ihya Ulumiddin ?.. Kyai Jaiz menjelaskan alasan kedua kitab itu sangat penting bagi ummat Islam. Menurut dia, Shahih Bukhari adalah sumber utama yang paling terpercaya setelah Al-Qur’an, sedangkan kitab Ihya Ulumuddin sesuai namanya menghidupkan.
Oleh karena itu penting untuk menghidupkan keilmuan dan tradisi keilmuan pada masyarakat muslim saat ini.
“Kitab Shahih Bukhari itu kitab Hadits yang paling terjamin validitas atau keshahihannya dan paling akurat periwayatannya. Sebagaimana dawuh Kiai Maimun Zubair, suatu tempat akan menyemburkan keberkahan jika ditempati pengajian kitab Shahih Bukhari karena lebih 7000 hadits didalamnya keluar dari lisan Nabi Muhammad SAW,” jelas Kiai Jaiz.
Ia kemudian mengungkap keutamaan Kitab Ihya Ulumiddin. “Kitab Ihya ulumuddin itu kitab yang sangat penting, tidak ada para wali dan para ulama papan atas yang tidak mengaji kitab Ihya Ulumuddin. Karenanya kita berharap keberkahannya disampimg juga vitamin-vitamin keilmuan yang disampaikan Imam Al Ghazali,” ungkapnya.
Kiai Ahmad Zahri dari Kecamatan Panji dan Kiai Sewali dari Kecamatan Kota merasa senang dengan
diadakannya pengajian 2 kitab itu. “Selain karena menambah ilmu juga menjaga niatan dan komitmen diri untuk terus belajar walau sudah berumur tua. “Saya berniat untuk terus mengaji hingga akhir hayat,” cetus kiai Zahri dan Kiai Sewali.
Begitu juga Kiai Abdul Halim, pengasuh Ponpes Nurul Hikmah dari Desa Tenggir Kecamatan Panji merasa sangat senang hadir yang kedua kalinya dalam Pengajian ini. Ia mengaku mendapatkan wasilah sanad Kitab Hadits Shahih Bukhari dari jalur yang tepat.
Kiai Halim yang sering berdakwah d kepulauan Madura ini, berujar “Saya merasa bersyukur mendapatkan jalur sanad yang tepat dalam kitab Hadits Shahih Bukhari. Saya merasa lebih yakin dan percaya diri’’
Pengajian kitab Sahhih Bukhari dan Ihya Ulumuddin asuhan Kiai Moh Jaiz Badri Masduki ini menjadi
bagian dari banyaknya pengajian pangajian kitab kuning yang bertebaran di wilayah Situbondo. Yang pasti, pengajian ini akan memberikan spirit keilmuan dan kebangkitan tradisi keilmuan berbasis kitab kuning di masyarakat. (Syaiful Bahri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News