SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Anggota DPRD Jatim Dapil Surabaya, Hadi Dediyansah, mengaku khawatir dengan politik identitas. Pasalnya hal tersebut berpotensi menimbulkan polarisasi hingga perpecahan bernuansa Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA).
Menurut dia, politik identitas itu digunakan dalam pesta demokrasi. Ia menilai, politik identitas, apalagi bernuansa agama tidak layak dipraktikkan di Indonesia karena tidak sesuai dengan Pancasila, terutama sila ke-4.
Baca Juga: Dampingi Kapolri dan Panglima TNI, Pj Adhy Tinjau Persiapan Natal 2024 di Gereja Bethany Surabaya
"Dinamika politik Indonesia mengacu pada proses demokrasi Pancasila. Jadi tidak ada mengedepankan persoalan agama. Politik itu politik, tidak boleh dicampuradukan dengan agama," kata politikus yang akrab disapa Cak Dedi, usai sosialisasi wawasan kebangsaan di Surabaya, Minggu (11/12/2022).
Anggota Fraksi Gerindra DPRD Jatim ini menambahkan, politik Indonesia berbeda dengan politik negara lain karena masih menganut pada prinsip musyawarah-mufakat. Oleh sebab itu, ia mengatakan bahwa tidak ada istilah partai pemenang mutlak atau partai penguasa, semua saling bekerja sama dalam membangun pemerintahan.
"Demokrasi Indonesia itu Demokrasi Pancasila, berdasarkan musyawarah mufakat. Pemerintahan dijalankan oleh multi partai. Bukan demokrasi liberal, yang menang akan menguasai pemerintahan atau the winner take all," tuturnya.
Baca Juga: Pengamanan Nataru, Polda Jatim Kerahkan Ribuan Personel di Operasi Lilin Semeru 2024
Dalam sosialisasi wawasan kebangsaan dengan tema Membina Kerukunan Di Antara Sesama Umat Beragama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Cak Dedi mengajak para hadirin untuk hidup berdampingan, guyub dan rukun.
Ia mengingatkan agar masyarakat mengamalkan sila pertama Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Sehingga semua penganut bebas menjalankan agamanya masing-masing dengan semangat toleransi.
"Kalau semua masyarakat mengamalkan Pancasila, saya kira tak ada lagi orang yang melakukan aksi bom bunuh diri. Pelaku mengatasnamakan agama, padahal perilakunya bertentangan dengan ajaran agama. Karena semua agama mengajarkan saling tolong menolong dalam kebaikan," pungkasnya. (mdr/mar)
Baca Juga: PT KAI Daop 8 Surabaya Catat Ada 6 KA Favorit dengan Okupansi Tinggi di Libur Nataru 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News