LOMBOK, BANGSAONLINE.com – Kedatangan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA ke Nusa Tenggara Barat, disambut langsung Wakil Wali Kota Mataram, RGH Mujiburrohman di ruang VIP Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, Praya, Lombok Tengah NTB, Kamis (16/2/2023). Wawali Mujiburrohman didampingi Rais Syuriah PCNU Lombok Tengah, Tuan Guru Maarif Makmun, dan Ketua PW Muslimat NU NTB Hj Dewi Yani Wahyuti dan suaminya, Lalu Supardan.
Usai dijamu makan, Kiai Asep dan rombongan langsung menuju Pondok Pesantren Manhalul Maarif di Darek Lombok Tengah. Dengan pengawalan Patwal dari kepolisian setempat, Kiai Asep dan rombongan melaju ke pesantren yang diasuh Tuan Guru Maarif Makmun, ulama lulusan Makkah yang kini Rais Syuriah PCNU Lombok Tengah.
Baca Juga: Emil Dardak Puji Gus Barra Berilmu Tinggi, Punya Jejaring Luas, Rubaie: Dekengani Pusat
Ternyata di pesantren tersebut ratusan tuan guru pengasuh pondok pesantren dan pengurus NU telah menunggu. Meski demikian Kiai Asep dan rombongan sempat istirahat sebentar di kediaman Tuan Guru Maarif Makmun.
Usai salat dzuhur, Kiai Asep minta acara bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan dimulai. Kiai Asep bersama M Mas’ud Adnan, penulis buku tersebut menjadi nara sumber, disamping Muhammad Ghofirin, dosen Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surabaya.
Dalam bedah buku itu, sebanyak 135 pengasuh dan perwakilan Pondok Pesantren serta 65 pengurus NU plus Badan otonom (Banom) NU tumplek di PP Manhalul Maarif Darek Lombok Tengah.
Baca Juga: Gus Barra dan Kiai Asep Borong Dagangan, Pedagang Pasar Kutorejo Bersyukur dan Mantap Pilih Mubarok
Para tuan guru, kiai dan ustadz itu mengaji managemen pengelolaan pondok pesantren kepada Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA dalam kemasan bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan.
Buku setebal 525 halaman itu kini memang viral dan dibedah di berbagai kabupaten dan provisi, seluruh Indonesia, termasuk di Gedung Dewan Pers Jalan Kebon Sirih Jakarta, Pascasarjana Unair Surabaya dan kantor gubernur Kalimantan Tengah serta kantor Bupati Aceh Utara.
Baca Juga: 3.000 Relawan Barra-Rizal Ikuti Bimtek Saksi, 20 Rombong Bakso, Tahu Thek dan Soto Gratis Ludes
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA saat menyampaikan pokok-pokok pikirannya dalam acara bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas'ud Adnan di Pondok Pesantren Manhalul Maarif, Darek, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (16/2/2023). Foto: M Mas'ud Adnan/bangsaonline.com)
Bedah buku di pesantren yang diasuh Tuan Guru Maarif Makmun, Rais Syuriah PCNU Lombok Tengah, itu memang sangat istimewa. Selama 4 jam lebih para peserta yang terdiri dari para ulama itu betah dan antusias mengikuti bedah buku yang bercerita tentang succsess story Kiai Asep Saifuddin Chalim itu. Mereka tampak serius mendengarkan. Bahkan para bu nyai pun juga aktif melontarkan pertanyaan untuk memajukan pesantren atau lembaga pendidikan yang dikelolanya sehingga terjadi dialog produktif.
Kiai Asep menegaskan bahwa bedah buku merupakan washilah untuk menyebarkan pemikiran, gagasan, dan pengalaman pribadinya dalam mengelola pesanren sehingga succsess story itu bisa menginspirasi dan ditiru oleh para ulama dan masyarakat umum.
Baca Juga: Dosen Sosiologi UTM Bedah Buku Potret Perjuangan Ulama Bassra Madura
“Saya datang ke berbagai daerah membedah buku ini dengan tujuan agar bisa berbagi pengalaman dan menstransfer manajemen serta sistem pendidikan, kepada para pengasuh pesantren sehingga bisa mengelola pondok pesantren dengan baik, berkembang dan maju, seperti Amanatul Ummah, ” kata Prof Kiai Asep Saifuddin Chalim, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur.
Selain itu, menurut Kiai Asep, juga untuk memberi pemahaman kepada masyarakat agar mereka punya kesadaran meningkatkan kesejahteraannya. Menurut Kiai Asep, dulu para kiai atau ulama mendirikan Nahdlatul Ulama (NU), salah satu tujuannya, adalah untuk memerdekaan bangsa Indonesia.
“Sekarang bangsa Indonesia sudah merdeka. Tapi cita-cita luhur kemerdekaan Republik Indonesia sampai sekarang belum terwujud,” tegas putra KH Abdul Chalim, salah satu ulama pendiri NU asal Leuwimunding Jawa Barat itu.
Baca Juga: Antusias Masyarakat Sambut Gus Barra Borong Dagangan di Pasar Trawas
Apa cita-cita luhur kemerdekan RI. “Terwujudnya masyarakat yang maju, tegaknya keadilan, dan rakyatnya sejahtera,” kata Kiai Asep sembari mengatakan bahwa ekonomi bangsa Indonesia sekarang masih dikuasi orang asing. “70 persen ekonomi kita masih dikuasai orang asing,” tambahnya.
(Kiai Asep Saifuddin Chalim dikerubuti peserta bedah buku untuk minta tanda tangan dalam acara bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas'ud Adnan di Pondok Pesantren Manhalul Maarif, Darek, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (16/2/2023). Foto: M Mas'ud Adnan/bangsaonline.com)
Baca Juga: Kampanye Simpatik Pasangan Mubarok, Kiai Asep Gelorakan Semangat untuk Masyarakat
Para tuan guru peserta bedah buku itu tampak semakin antusias. “Karena itu saya datang ke semua porivinsi seluruh Indonesia untuk berbagi pengalaman agar masyarakat juga punya kesadaran tentang peningkatan ekonomi. Hanya Papua yang belum. Tapi Pergunu sudah berdiri dari Papua Selatan. Bahkan Pergunu lebih dulu dari NU. Sampai sekarang NU belum ada di Papua Selatan,” tegas Kiai Asep sembari tersenyum yang disamput tawa para tuan guru.
Para tuan guru pun berebut mengacungkan tangan ketika dibuka sesi tanya jawab. Bahkan Supardi, seorang tuan guru muda yang disebut-sebut sebagai mantan penganut Wahabi juga berebut mengacungkan tangan. Ia minta amalan doa kepada Kiai Asep agar bisa sukses dan kaya. Ia bahkan ingin mengalahkan Kiai Asep.
"Kalau bisa saya akan mengalahkan Kiai Asep," katanya yang disambut tawa para tuan guru yang lain.
Baca Juga: Siapkan Kontrak Politik Demi Pemerintahan Bersih, Barra-Rizal Dirikan Posko Masif Tiap Desa
Dan yang juga menarik ia berjanji akan istiqomah menganut ajaran agama ahlussunnah waljamaah NU seperti yang diajarkan Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari.
”Saya disebut sebagai penganut Wahabi. Tapi sekarang semoga saya terus istiqomah di NU sampai hari kiamat,” kata pria yang mengaku punya pondok pesantren dan punya lahan baru senilai Rp 3 miliar.
Kiai Asep langsung mengijazahkan doa: Hasbunallahu sayu’tinallahu minfadlihi warasuluhu inna ilallahi roghibun. “Dibaca 10 kali sehabis salat Subuh dan salat Ashar,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Respons Kasus 92.000 BPJS Warga Dinonaktifkan, Kiai Asep: Datang ke Puskesmas Cukup Bawa KTP
“Kenapa habis Shubuh dan Ashar? Karena pada saat itulah ada pergantian malaikat yang bertugas di bumi. Yang bertugas di bumi belum naik. Sedangkan malaikat dari langit sudah turun. Sehingga malaikat yang bertugas siang dan malam sama-sama ikut mengamini doa kita,” kata Kiai Asep.
Dulu, sebelum kaya, Kiai Asep mengaku baca doa itu dalam jumlah ribuan tiap hari. “Selama tiga bulan. Tapi setelah kaya, saya tidak lagi,” kata Kiai Asep sembari tertawa. Maksudnya, setelah kayak tidak mengamalkan dalam jumlah ribuan tiap hari.
Kiai Asep juga bercerita bahwa ia sukses setelah mengamalkan salat malam 12 rakaat dengan 6 kali salam (setiap dua rakaat salam) plus salat witir 3 rakaat dengan dua kali salam. “Sebelumnya saya banyak baca-baca buku dan kitab tentang salat hajat. Tapi setelah saya laksanakan tak ada hasilnya akhirnya saya ganti. Sampai akhirnya saya menemukan doa dan salat malam ketika saya membaca kitab Ihya Ulumiddin, karya Imam Ghazali. Saat itu saya di Arafah menunggu waktu wuquf,” tutur ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.
Menurut Kiai Asep, ketika menemukan referensi salat hajat dalam kitab Ihya Ulumiddin itu hatinya sangat yakin. “Judulnya Add’a alladzi la yuraddu. Doa yang tak akan ditolak oleh Allah SWT. Wah, saya sangat yakin sekali,” kata Kiai Asep.
Apalagi dalam kitab itu ada narasi yang mengingatkan agar doa dan salat malam itu jangan sampai diajarkan pada sembarang orang. “Karena saking istijabah, meski untuk tujuan maksiat doa itu akan tetap terkabul. Wah, saya semakin yakin,” kata Kiai Asep.
Karena itu Kiai Asep juga mengingatkan agar jangan sampai diijazahkan kepada orang lain. “Karena kalau diijazahkan kepada orang lain dan digunakan untuk maksiat, kita juga kena getahnya, ikur berdosa,” katanya.
Kiai Asep lalu membacakan doa yang harus dibaca sesuai salat hajat 12 rakaat tersebut. Do aitu ditulis secara lengkap di bagian akhir buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan, karya M Mas’ud Adnan itu.
Acara bedah buku yang diikuti 200 lebih tuan guru pengelola pondok pesantren dan pengurus NU di kediaman Rais Syuriah PCNU Lombok Tengah, Tuan Guru Ma’arif Makmun itu memang sangat istimewa. Selain para tuan guru sangat antusias juga berlangsung 4 jam lebih tanpa jeda.
Hebatnya lagi, meski acara sudah usai mereka tak langsung pulang. Mereka malah antre minta barokah Kiai Asep dengan cara minta menandatangi buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan. Sampai Kiai Asep tampak lelah karena harus menandangani satu persatu.
Pantauan BANGSAONLINE, Kiai Asep dua kali menyetop peserta yang minta tanda tangan karena capek. Tapi mereka terus mengejar Kiai Asep sampai ke tempat istirahat di kediaman pribadi Tuan Guru Maarif Makmun.
Selain Kiai Asep yang jadi pembicara dalam bedah buku itu juga M Mas’ud Adnan, penulis buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan dan Muhammad Ghofirin, dosen Univeristas Nahdlatul Ulama (UNU) Surabaya. (MMA).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News