BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bangkalan menyatakan belum mampu atasi permasalahan sampah di wilayah perkotaan dengan memanfaatkan rumah daur ulang (RDU), serta TPS3R (tempat pengelolaan sampah reuse, reduce, dan recycle) yang telah dibangun. Sehingga, tetap membutuhkan adanya tempat pembuangan akhir (TPA).
Kepala DLH Bangkalan, Anang Yulianto, mengungkapkan bahwa sampah rumah tangga yang dihasilkan mencapai 104 ton per hari, sedangkan yang mampu teratasi di RDU dan TPS3R yang dimiliki hanya sekitar 30 ton saja. Dengan demikian, terdapat 74 ton yang harus dikirim ke TPA sementara di Desa Bunajih, Kecamatan Labang.
Baca Juga: Tak Cukup Bukti, Bawaslu Bangkalan Hentikan Kasus Dugaan Pelanggaran Tindak Pidana Pemilu
"Sampah yang dihasilkan dari rumah tangga terlalu banyak, jadi adanya RDU dan TPS3R belum mampu mengatasi. Setiap hari itu, dari wilayah perkotaan saja sekitar 104 ton sampah dihasilkan, RDU kita hanya mampu 10 ton perhari dan 6 TPS3R hanya sekitar 20 ton saja," ujarnya saat ditemui dikantornya, Jumat (14/7/2023).
Menurut dia, tumpukan sampah yang terjadi dalam seminggu terakhir disebabkan TPA sementara di Bunajih sudah overload dan tidak mungkin lagi menerima pembuangan. Pihaknya, mengaku sudah mencari opsi lain, namun wilayah yang masuk dalam pertimbangannya mendapat penolakan dari masyarakat.
"Seminggu lamanya tidak dapat mengirim ke TPA Bunajih, makanya sampah menumpuk stagnan disejumlah titik. Tumpukan yang betul-betul stagnan itu terjadi selama 2 hari, kami juga sudah melakukan koordinasi dengan forkopimda dan tokoh masyarakat untuk mencari solusi," paparnya.
Baca Juga: Pj Bupati Bangkalan, Kadispora dan EO Ramai-Ramai Minta Maaf Atas Insiden Pembukaan POPDA Jatim
Saat ini, kata Anang, persoalan sampah yang terjadi sudah menemukan solusi. Sampah yang menumpuk di sejumlah titik TPS dan dihalaman kantornya, sudah berhasil diangkut. Sekitar 44 truk tumpukan sampah diwilayah kota yang dikirim pada tempat pembuangan alternatif tersebut.
"Sekarang sudah normal, kemarin ada 44 truk yang diangkut ke wilayah Jaddih, disebelah baratnya gunung kapur. Seandainya TPST Buluh bisa dioperasikan, maka tidak mungkin terjadi seperti ini, karena disana bukan hanya ditumpuk, tetapi di kelola," pungkasnya. (Fat/uzi/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News