Lingkungan Keluarga Sebagai Pendidikan Kasih Sayang dan Saling Menghargai

Lingkungan Keluarga Sebagai Pendidikan Kasih Sayang dan Saling Menghargai Pengajar di STIT Al Ibrohimy Galis-Bangkalan program studi Pendidikan Agama Islam, Moh. Amiril Mukminin.

Oleh: Moh. Amiril Mukminin

Kehidupan sejatinya tidak terlepas dari komunikasi baik saecara langsung maupun tidak langsung, vebal maupun non-verbal, hal ini menggambarkan bahwa manusia adalah bagian dari kehidupan itu sendiri dan sekaligus sebagai makhluk social.

Baca Juga: Tak Cukup Bukti, Bawaslu Bangkalan Hentikan Kasus Dugaan Pelanggaran Tindak Pidana Pemilu

Dalam kesejarahan perekaman hadis misalnya, dimasa sahabat dan tabi’in, tabi’ attabi’in hingga para mukharrij, seperti Imam Al Bukhari dan Imam Muslim yang begitu jeli dan terstruktur penulisannya, masih saja terdapat problem didalam perekaman dan penulisan itu sendiri, ini mengindikasikan bahwa khazanah keilmuan terutama dalam keilmuan hadis masih tetap ada dan berlanjut hingga kini.

Dalam hal ini penulis tidak akan masuk pada ruang pembahasan persoalan metodologi keilmuan hadis, akan tetapi penulis akan mencoba masuk pada ruang perekaman teks dan makna hingga tujuan dari sebagian kecil dari hadis yang disampaikan oleh Imam Bukhariy, yakni pentingnya pendidikan dalam lingkup keluarga, terutama tentang pendidikan kasih sayang.

Al Hadis hari ini sudah mengalami pendalaman makna menuju al Sunnah al Nabawiyah, yang dikhususkan kepada hal hal yang telah dan memang pernah dilakukan atau dipraktikkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, yang disaksikan langsung oleh sahabat dan diceritakan melalui pereakaman pencatatan hingga kini, karena apapun yang dilakukan oleh sang rosul akan tetap dalam pantauan, bimbingan dan arahan langsung dari Allah SWT, dalam hal ini misalnya Ijtihad Nabi dalam kasus peperangan atau kasus social lainnya (Abu Zahw. The History of Hadith; Historiografi Hadits Nabi dari Masa Kemasa.)

Baca Juga: Pj Bupati Bangkalan, Kadispora dan EO Ramai-Ramai Minta Maaf Atas Insiden Pembukaan POPDA Jatim

Kondisi kehidupan masyarakat hari ini memerlukan formulasi khusus dalam telaah kajian hadis, terlebih tentang hadis hadis ekologi, ekonomi hingga social kemanusiaan dalam perdamaian dunia. Media social hari ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari, dimana semua orang bisa menggakses informasi terkait kondisi di berbagai belahan dunia tentang konflik social-keagamaan, kekerasan yang sudah menyentuh pada fisik, dan psikis, misal di Thailand, Myanmar, India hingga Amerika dan Swedia serta Negara lainnya.

Penulis mulai menyadari akan pentingnya peran sarjanawan, akademisi serta cendekia muslim agar pro-aktif mengkampanyekan perdamaian Dunia, baik dari tulisan terlebih penelitian dan pendampingan, bisa dimulai dari lingkup keluarga kecil sebagai lingkungan pendidikan pertama sebelum kelembagaan formal, sebagaimana Rasulullah mengajarkan serta mempraktikkan hal tersebut, baik dilingkungan keluarganya atau lingkungan keluarga Bersama sahabat-sahabatnya, hal ini terekam dalam koleksi hadis Riwayat Imam Bukhariy nomor 97 & 6008.

I.Legitimasi Hadis Nabi Tentang Kasih Sayang Dan Perdamaian

Baca Juga: Kunker ke SMKN 3 Bangkalan, Anggota DPD Lia Istifhama Disambati Inpassing dan Sertifikasi Guru

Hadis Nabi harus mempertegas posisinya sendiri secara otomatis sebagai fondasi dasar kedua dalam kehidupan bermasyarakat setelah al Qur’an, perlu kesadaran dari para pembaca, penulis serta cendekia untuk membumikan nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan yang terkandung dalam hadis.

Karena peran sang rasul sebagai qudwah hasanah (tauladan yang baik) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Wajidi Sayadi. Hadis Tarbawiy; Pesan-pesan Nabi Saw Tentang Pendidikan. 2011).

Kasih sayang dan perdamaian sampai saat ini masih tetap hangat untuk di perbincangkan, sebab diberbagai belahan dunia dua hal menjadi kunci keberlangsungan hidup suatu bangsa dan negara.

Baca Juga: Panitia Larang Puluhan Wartawan Masuk ke Acara Pembukaan POPDA dan PAPERDA di Bangkalan

Bahkan berpengaruh dari berbagai sektor, baik ekonomi, politik dan social-kebudayaan ditengah tengah konflik social berkepanjangan. Sejak masa kenabian dan kerasulan Muhammad SAW. Penekanan pada sisi harmonisasi kehidupan social Masyarakat menjadi misi utama, yakni bahwa Rasulullah di utus untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak itu sendiri.

Sedangkan kasih sayang dan perdamaian adalah bagian yang terkandung didalam akhlak itu sendiri. Al Qur’an juga mempertegas perihal posisi hadis bagian dari wahyu itu dipertegas dalam QS. Al Najm; 3-4, QS. dan Muhammad; 33, serta Pendapat Ibn Katsir; bahwa Sunnah menjelaskan makna al Qur’an dan bukan sebaliknya (Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman Al Tamimi al Darimi. Sunan Al Darimi), juga ungkapan Makhul Al-Syami; Al Qur’an lebih butuh pada al Sunnah daripada kebutuhan sunnah terhadap alQur’an (Abi Umar Yusuf bin Abdul Bar. Jaami’ Bayan al Ilmi wa Fadhlihi. 2008.).

II. Transformasi Hadis Nabi dalam Pendidikan Kasih Sayang Dan Saling Menghargai di lingkungan keluarga

Baca Juga: Wujudkan Perguruan Tinggi Global Berbasis Lokal, Rektor UTM Minta Doa ke Ulama dan Kiai se-Madura

Lingkungan keluarga merupakan suatu kelembagaan Pendidikan kecil non formal, tetapi memiliki pengaruh besar terhadap kelanjutan pendidikan selanjutnya, yakni pada lembaga formal. Kita memahami bahwa dalam lingkup keluarga harus ada yang namanya struktur keluarga, minimal ada Kepala rumah tangga, keluarga seperti istri, anak, pembantu dan lainnya, berada dalam satu atap, paling terakhir adalah berada dalam satu atap rumah serta saling mempengaruhi, karena kaluarga merupakan unit terkecil dari struktur Masyarakat (Amorisa Wiratri: LIPI 2016).

Berdasarkan hal tersebut, Islam mencoba untuk menawarkan satu rujukan hadis tentang pendidikan kasih sayang dan saling menghargai dalam riwayat Imam Bukhari nomer 97; dari Abu Musa Al-Asy'ari RA, "ada tiga orang yang mendapatkan dua pahala: (1) seorang Ahli Kitab yang beriman kepada nabinya dan beriman kepada Muhammad. (2) budak apabila menunaikan hak Allah dan hak tuannya. (3) seseorang yang memiliki hamba sahaya wanita lalu ia mendidiknya dengan baik dan mengajarinya dengan sebaik-baik pengajaran, memerdekakannya kemudian menikahinya. Baginya dua pahala (Muhammad bin Isma’il bin isma’il bin Bazdabah al Bukhariy, Shahih al Bukhariy, 1987).

Pertama, Imam Ibn Hajar al Asqalaniy mencoba untuk menjelaskan hadis tersebut dalam Kitab Syarahnya; Bahwa tiga golongan yang mendapatkan dua pahala sekaligus adalah orang-orang yang sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW, tetap konsisten mengedepankan nilai nilai ketuhanan melalui jejak para utusan Allah SWT, dicontohkan pada kaumnya nabi Isa dan nabi Musa yang diantara mereka kaum tersebut mengikuti apa yang menjadi arahan dari nabi masing masing.

Baca Juga: Cawagub Lukman Gelar Sarasehan Bareng Emak-Emak di Bangkalan

Hingga sampai pada kerasulan berikutnya yakni masa di utusnya Nabi Muhammad SAW, dan kaum tersebut mengikutinya. Dari sini bisa difahami bahwa dalam urusan keTuhanan yang menjadi sandaran utama adalah konsistensi dalam keimanan dan ketakwaannya, dimana nilai nilai tersebut mengindikasikan adanya transformasi nilai kemanusiaan yang baik, bisa digambarkan cinta kasih sesama dan saling menghargai perbedaan.

Positif terhadap sosial ini yang perlu diajarkan pada keluarga untuk saling mengasihi dan menghargai dan siapapun akan mendapatkan satu pahala, sedangkan jika seorang non-muslim yang memegang prinsip keagamaannya kemudian dia mau masuk Islam tanpa paksaan, maka orang terebut akan mendapatkan dua pahala, jadi tidak ada unsur pemaksaan pada keyakinan masing-masing terpenting adalah prinsip keimanan ketuhanan dalam kepercayaan masing-masing (Ibn Hajar al ‘Asqalaniy. Fath al Bari bi Syarhi Shahih al Bukhariy. 2004)

Kedua, Ibn Hajar al Asqalaniy memberikan penjelasan ; Tentang tanggung jawab, Tanggung Jawab kepada Tuhan dan Tuannya, hal ini dikarenakan adanya relasi kuat yang tidak terputus pada satu jalur, dengan kata lain ada interelasi tanggung jawab, jika tanggung jawab pada Tuhannya terpenuhi harusnya tanggung jawab manusia terlenbih pada Tuannya harusnya juga terpenuhi. Hadis ini mengajarkan tentang bahwa Tanggung Jawab yang mendalam merupakan Pendidikan karakter diri; bertanggung jawab berarti mencintai terhadap apa yang telah menjadi kesepakatan Bersama, baik hak, kewajiban dan kebutuhan lainnya.

Baca Juga: Paslon Luman Didukung Kiai di Bangkalan saat Lukman Silaturahmi ke Ponpes Salafiyah Sya'idiyah

Apabila ada secara sosial tidak bisa dihindari, seperti problem atau masalah terkait kepantasan sikap atau pembicaraan, maka menghargai dengan cara komunikasi interaktif dan solutif untuk menyelsaikannya adalah jalan terbaik (menuntaskan dengan cara kekeluargaan).

Ketiga, Imam Ibn Hajar al Asqalaniy menjelaskan bahwa peran penting seorang kepala rumah tangga baik pada istri dan anak hingga pada Pembantunya untuk memberikan bimbingan Pendidikan dan pengajaran merupakan hal paling pokok dalam pemenuhan kebutuhan llingkup keluarganya. Penjelasan ini mengajak setiap manusia agar mendahulukan cinta kasih dan saling menghargai dalam membangun keutuhan keluarga dan harmonisasinya.

III.Pendidikan Kasih Sayang dan Saling Menghargai Sebagai Anti Diskriminasi Perbedaan Keyakinan Keberagamaan

Baca Juga: Diduga Ngantuk, Pemotor Seruduk Truk Parkir di Bangkalan

Teks kecil hadis Riwayat Imam Bukhariy; No. 97 mengajarkan setiap manusia agar lebih fokus pada pendidikan sektor kecil keluarga tentang pendidikan Keimanan dan ketakwaan, pendidikan dasar ini harus terpenuhi karena sebagai fondasi dasar dari kehidupan. Akan tetapi semua hal ini harus menunjukkan arti saling menghargai dan saling menyayangi, karena dalam hadis tersebut jelas hanya menyampaikan suatu penghargaan dalam bentuk pahala, bukan soal sangsi atau siksa.

Dari sini saja sudah tampak jelas, bahwa persoalan keimanan bukanlah suatu hal yang dipaksakan, akan tetapi lebih pada hal saling menghargai apapun keimanannya. Jika dasar pendidikan ini bisa diajarkan dengan baik dalam lingkup keluarga kecil, maka tidak akan ada lagi yang namanya diskriminasi keberagamaan, bahkan akan mengantisipasi terjadinya tindak kekerasan fisik terhadap siapapun yang berbeda keyakinan.

Kasih sayang yang tergambar dalam tanggung jawab merupakan solusi penting dalam mengajarkan dan mendidik anak-anak, istri dan siapapun yang ada dalam satu atap agar lebih mengedepankan cinta sesama dan kepada siapapun. Pembinaan inilah nantinya diharapkan terbentuk dalam diri lingkungan keluarga, sehingga agama tidak lagi menjadi sebab perpecahan dan kekerasan, dan Agama Menjadi suatu yang unik, asik dan penebar kasih sayang (rahmatan lil ‘alamin).

Penulis merupakan seorang pengajar di STIT Al Ibrohimy Galis- program studi Pendidikan Agama Islam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Semakin Ketat, Penyekatan Jembatan Suramadu Dilakukan di Dua Sisi ':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO