Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
65. Qaaluu yaa muusaa immaa an tulqiya wa-immaa an nakuuna awwala man alqaa
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Gunung-Gunung Ikut Bertasbih
Mereka (para penyihir) berkata, “Wahai Musa, apakah engkau yang melemparkan (dahulu) atau kami yang lebih dahulu melemparkannya?”
66. Qaala bal alquu fa-idzaa hibaaluhum wa’ishiyyuhum yukhayyalu ilayhi min sihrihim annahaa tas’aa
Dia (Musa) berkata, “Silakan kamu melemparkan!” Tiba-tiba tali-temali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ia (ular-ular itu) merayap cepat karena sihir mereka.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Nabi Daud Melahirkan Generasi Lebih Hebat, Bukan Memaksakan Jabatan
67. Fa-awjasa fii nafsihi khiifatan muusaa
Maka, terlintaslah dalam hati Musa (perasaan) takut.
68. qulnaa laa takhaf innaka anta al-a’laa
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: 70 Persen Hakim Masuk Neraka
Kami berfirman, “Jangan takut! Sesungguhnya engkaulah yang paling unggul.
69. wa-alqi maa fii yamiinika talqaf maa shana’uu innamaa shana’uu kaydu saahirin walaa yuflihu alssaahiru haytsu ataa
Lemparkan apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya penyihir (belaka). Tidak akan menang penyihir itu, dari mana pun ia datang.”
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
TAFSIR AKTUAL:
Nabi Muhammad SAW tidak ada bandingannya. Semua mukjizat yang diberikan kepada para nabi terdahulu, bisa dikata, secara substansial juga dimiliki oleh nabi kita. Bahkan sahabatnya bisa mengimbangi. Spesial tentang tongkat. Ya, karena tongkat ini sering aneh-aneh. Dan, tentu saja Nabi Musa A.S. pemilik tongkat sakti papan atas.
Di kalangan sahabat, ada tongkat milik Abs ibn Jabr r.a. yang menakjubkan setelah bersama nabi dan dia mengalami kesulitan. ‘Abs shalat isya’ berjamaah di masjid Rasulillah SAW, karena dia mukmin yang patuh.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Rumahnya jauh, di daerah bani Harisah. Pulang dalam kegelapan luar biasa, ditambah cuaca kurang bersahabat, sehingga susah menapaki jalan.
Subhanallah, tiba-tiba tongkat yang dipakai ke masjid untuk shalat berjamaah bersama nabi tadi memancarkan sinar sehingga berfungsi sebagai senter untuk menerangi jalan. Setelah tiba di rumah, kembali tidak bersinar.
Begitu halnya tongkat milik Abbad ibn Busr dan Usaid ibn Hudr. Keduanya punya kepentingan dan sowan ke Rasulullah SAW. Mereka berbincang hingga malam hari. Tiba saatnya pulang dan di luaran sangat gelap dan mencekam. Keduanya berjalan hati-hati sembari berpagang pada tongkat masing-masing.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Subhanallah, tiba-tiba kedua tongkat tersebut memancarkan cayaha cukup terang, sehingga mereka berjalan nyaman dan sampai di rumah dengan selamat. Setibanya di rumah, tongkat padam lagi. Begitu, Abu Abdillah al-Hakim meriwayatkan.
Kalau tongkatnya nabi bisa bersinar, maka itu tidak mengherankan. Tapi ini tongkat sahabat. Persoalannya, apakah bersinarnya tongkat itu karena terimbas syafaat, setelah beraudiensi dengan nabi atau karena diri sahabat tersebut?
Tongkat, sering dihubungkan dengan hal mistis. Para wali dahulu, katanya juga memiliki tongkat sakti. Cring, buah pohon aren berubah menjadi emas setelah dituding dengan tongkat, hingga Sunan Kalijaga yang asalnya perampok takluk.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Dunia khayal malah seru. Harry Potter naik tongkat ajaib terbang ke mana-mana. Mak Lampir, penyihir tua juga menggunakan tongkat. Panglima tinggi menginspeksi anak buahnya sembari memegang tongkat kebesaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News