JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Makin banyak para pendukung Presiden Joko Widodo yang kecewa. Mereka secara terang-terangan mengaku salah telah mendukung dan memilih Jokowi sebagai presiden. Di antaranya intelektual NU Islah Bahrawi.
Direktur Eksekutif Jaringan Moderat yang juga Tenaga Ahli Mabes Polri itu menilai Jokowi haus kekuasaan. Islah bahkan menuding Jokowi berprilaku seperti Khalifah.
Baca Juga: Alasan PDIP Pecat Jokowi dan Kelucuan Pidato Gibran Para-Para Kiai
“Mengapa kemudian saya kecewa kepada Jokowi? Karena dia berprilaku seperti Khalifah,” tegas Islah Bahrawi dalam postingannya di Instagram yang mendapat komentar ribuan netizen.
Menurut dia, dalam sistem khilafah wewenang kepala negara berlaku seumur hidup dan kekuasaan hanya dibatasi oleh kematian. Sehingga Khalifah menjadi absolut, trajektori negara berada di ujung telunjuknya.
“Jadi jangan heran jjika dalam sejarah Khilafah banyak dihiasi brutalitas. Rasa tidak suka rakyatnya pada pemimpinnya, seringkali “diteriakkan” melalui pembunuhan agar terjadi “impeachment” paksa,” tulis Islah Bahrawi.
Baca Juga: Sidang Restitusi, Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Tuntut Rp17,5 M dan Tagih Janji Presiden
Kemudian demokrasi hadir. Membatasi masa jabatan pimpinan negara agar tidak terjadi “abuse of power”.
“Dalam demokrasi, suksesi kepemimpinan juga diatur dengan dasar meritokrasi, yakni mempertimbangkan kepatutan dan kemampuan. Bukan melalui jalur genetik atau nepotisme seperti halnya dalam kesejarahan khilafah atau Mamlakah (kerajaan),” katanya.
Dalam postingannya Islah Bahrawi memasang ilustrasi cukup lucu.
Baca Juga: Rocky Gerung Ajak Pemuda di Surabaya Kritis Memilih Pemimpin
Lalu apa bukti Jokowi berprilaku seperti Khalifah? “Disaat dia sedang menjabat presiden, dia memaksakan anaknya menjadi Cawapres berikutnya,” katanya.
Menurut dia, otoritas sebagai kepala negara tidak mustahil dipergunakan untuk memuluskan jalan agar anaknya menjadi penguasa setelah di bergeser. Demokrasi didevaluasi agar kekuasaan tidak menjauh dari telunjuknya.
Ia memberi penekanan penting terhadap prilaku politik Jokowi. “Tolong dicatat: “Anaknya dijadikan Cawapres ketika bapaknya sedang menjabat sebagai presiden!”.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
“Lalu untuk apa selama ini saya – dan beberapa teman - bersuara lantang meneriakkan “Anti Khilafah” jika ternyata ada seorang presiden berkelakuan seperti Khalifah?,” tanyanya.
“Seorang presiden yang dilahirkan secara demokratis berusaha mengawetkan kekuasaan melalui anaknya dengan memanipulasi konstitusi dan membegal demokrasi?,” tegasnya lagi.
Ia mempersilakan berbeda pandangan. “Silakan Anda berbeda pandangan karena terlanjur memberhalakan Jokowi, tapi buat saya tindakan itu norak dan kampungan. Bapak Presiden yang terhormat itu lupa, dari ruang politik apa dilahirkan dan kemana arah jalan pulang,” katanya.
Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News