Puisi Karya Wiji Thukul, Penyair yang Diculik, Dibaca saat Deklar Petisi Bulaksumur

Puisi Karya Wiji Thukul, Penyair yang Diculik, Dibaca saat Deklar Petisi Bulaksumur Wiji Thukul. Foto: Wikipedia

YOGYAKARTA, BANGSAONLINE.com telah menjadi kampus pelopor gerakan moral untuk mengingatkan Presiden dan sejumlah menterinya yang dianggap telah menyimpang dan merusak demokrasi dan konsitusi.

Sivitas Akademika mengeluarkan yang dibacakan Prof Dr Koentjoro di Yogyakarta, Rabu (31/1/2024).

itu kemudian menginspirasi kampus-kampus negeri dan swasta, baik besar maupun kecil di seluruh Indonesia.

Mereka secara serempak mengeluarkan seruan moral untuk mengingatkan Presiden yang dianggap telah melanggar etika, menyalahgunakan bansos untuk kepentingan capres yang didukung, terutama saat putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, jadi calon wakil presiden lewat Mahkamah Konsitusi yang kontroversial karena ternyata terjadi pelanggaran etik berat.

Yang paling serius, Presiden dianggap merusak demokrasi dan konstitusi sehingga muncul seruan agar dilengserkan.

Sempat muncul wacana tandingan dari pihak Istana lewat Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana serta orang dekat Presiden  lainnya yang menganggap gerakan moral para guru besar kampus itu sebagai partisan. 

Pernyataan ini bukan meredam gerakan para sivitas akademika, tapi malah membuat para guru besar dan civitas akademika merasa terhina. Lebih-lebih ketika muncul juga intervensi yang datang ke kampus untuk mengeluarkan pernyataan memuji sebagai negarawan, presiden yang kinerjanya baik dan sebagainya.

Sehingga gelombang gerakan moral para civitas akademika itu semakin besar dan menjadi bola liar.

Yang menarik, para sivitas akademika itu tidak hanya membacakan petisi, tapi juga membacakan puisi karya penyair .

Dikutip Wikipedia, adalah penyair Indonesia yang pada tanggal 10 Februari 1998 tiba-tiba hilang. Ia hilang saat pemerintahan otoriter Orde Baru. Yaitu Presiden Soeharto.

Hingga sekarang keberadan tidak diketahui. Muncul dugaan bahwa diculik  bersama beberapa aktivis lainnya. Tercatat 13 aktivis sampai sekarang belum diketahui keberadaannya.

Hingga sekarang para orang tua dan keluarga 13 korban penculikan itu mempertanyakan di mana mereka berada, termasuk kuburannya, jika mereka sudah meninggal. Setiap hari Kamis mereka berkumpul untuk mempertanyakan para korban. Tapi pemerintah tak pernah bisa menyelesaikan.

Nah, salah satu puisi karya dibacakan saat Sivitas Akademika mendeklarasikan . Puisi karya itu dibacakan oleh Dosen Sastra Indonesia .

(. Foto: kumparannews)

" adalah ikon , dan adalah ikon Jogja, ikon Indonesia, ikon dunia. Karena itu kita bersama-sama menggelorakan semangat. Ini adalah puisi Peringatan karya ," ujar Heru.

Di bawah ini BANGSAONLINE.com menurunkan lengkap puisi karya Wijil Thukul yang juga seorang aktivis itu.

Jika rakyat pergi

Ketika penguasa pidato

Lihat juga video 'Presiden Jokowi Unboxing Sirkuit Mandalika, Ini Motor yang Dipakai':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO