SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya Prof. Dr. KH. Imam Ghazali Said, M.A., menegaskan bahwa nyekar dan mendoakan atau memohonkan ampun dosa orang tua yang beda agama atau non-muslim diperbolehkan.
“Soal permintaan ampun sang anak terhadap dosa-dosa orang tuanya direspons Allah atau tidak, itu kita serahkan pada otoritas Allah,” kata KH Imam Ghazali Said kepada BANGSAONLINE.com, Jumat (16/2/2024).
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Meski demikian, alumnus Universitas Al-Azhar Mesir dan Universitas Sudan itu minta masyarakat untuk memperhatikan ayat 84 surat al-Taubah yang artinya: "Janganlah Anda (Muhammad) menshalati seseorang yang meninggal di antara mereka (orang-orang munafik) dan janganlah berdiri di atas kuburannya. Sungguh mereka itu telah kafir pada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik".
Dari Surat At-Taubah ayat 84 itu Kiai Imam Ghzali Said lalu menafsiri. Pertama, kata Kiai Imam Ghazali Said, secara tekstual ayat ini jelas melarang Nabi - tentu harus diikuti oleh segenap kaum Muslim - menshalati - termasuk mendoakan - orang-orang munafik.
“Apalagi orang-orang kafir, dan berziarah ke kuburan mereka (jelas makin dilarang-Red),” tegas pengasuh Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya itu .
Baca Juga: Saya Dilamar Laki-Laki yang Statusnya Pernah Adik, Keluarga Melarang, Bagaimana Kiai?
Kedua, kata Kiai Imam Ghazali Said, dalam praktik Nabi SAW menshalati jenazah Abdullah bin Ubay bin Salul, "Ketum Partai Munafik" Madinah yang membuat Umar bin Khattab RA naik pitam.
Bahkan saking marahnya, Umar sampai menarik baju Nabi seraya berkata, "Apakah Rasul akan melakukan perbuatan yang dilarang?,” tanya Umar.
Nabi menjawab, "Saya diperkenankan memilih untuk memintakan ampun atau tidak".
Baca Juga: Skema Murur, Mabit di Muzdalifah Wajib atau Sunnah Haji? Ini Kata Prof Kiai Imam Ghazali Said
Ini sesuai ketentuan Firman Allah kepada Nabi , "Anda memohonkan ampun bagi mereka atau tidak memohonkan ampun bagi mereka itu sama saja. Jika Anda memintakan ampun bagi mereka 70 kali, Ia tak akan mengampuni mereka". (Qs al-Taubah: 80).
"Saya akan memintakan ampun lebih dari 70 kali," ujar Nabi menambahkan.
Bahkan dalam Hadits Shahih riwayat Bukhari, nabi memberikan baju beliau untuk dijadikan kafan Abdullah bin Ubay bin Salul, atas permintaan anaknya yang juga bernama Abdullah, seorang sahabat Rasul yang jelas mukmin dan sangat baik.
Baca Juga: Minta Kebijakan Murur Dievaluasi, Prof Kiai Imam Ghazali: Hajinya Digantung, Tak Sempurna, Jika...
"Tampaknya Rasulullah sangat menjaga perasaan sahabatnya ini, jika beliau tidak menshalati dan tidak memintakan ampun ayah dari sahabatnya itu," kata Kiai Imam Ghazali Said.
Menurut Kiai Imam Ghazali Said, berdasarkan dalil tekstual ayat di atas dan praktik Nabi dalam Hadits di atas, maka dalam kehidupan bangsa yang multi agama seperti Indonesia, praktik ziarah kubur seorang anak muslim terhadap kuburan ayah atau ibunya yang nonmuslim itu diperbolehkan.
Namu, tegas Kiai Imam Ghazali Said, soal direspons oleh Allah atau tidak permintaan ampun itu, kita serahkan pada otoritas Allah. Wallahu a'lam.
Baca Juga: Istri Tak Penuhi Kebutuhan Biologis, Saya Onani, Berdosakah Saya?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News