
SURABAYA, BANGSAONLINE.COM - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendapat sorotan besar terkait infiltrasi Zionisme. Bahkan bukan hanya sorotan publik tapi juga kecaman masif, baik dari warga NU maupun publik secara umum.
Peristiwa ini meledak dan heboh setelah PBNU menggelar Akademi Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (AKN). Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengundang Peter Berkowitz, aktivis pro Israel garis keras sebagai pembicara di AKN.
Berkowitz adalah Guru Besar Stanford University Amerika Serikat (AS). Ia sarjana hukum dan ilmuwan politik. Secara ideologis Berkowitz adalah Zionis garis keras. Bahkan Berkowits secara terang-terangan mendukung genosida rakyat Palestina. Ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Perencanaan Kebijakan di Departemen Luar Negeri AS (2019-2021).
Rekam jejak Barkowitz bisa dilihat pada pernyataan-pernyataan dan tulisan-tulisannya selama ini. Terutama tentang Timur Tengah. Ia sangat vokal membela Israel dan selalu memojokkan Palestina.
Tapi virus membahayakan itu oleh Gus Yahya justru dibawa ke jantung NU. Untuk “mewarnai” wawasan peserta AKN yang disebut-sebut sebagai calon pemimpin NU masa depan.
Protes pun meledak. Gus Yahya lalu minta maaf. “Saya mohon maaf atas kekhilafan dalam mengundang Peter Berkowitz tanpa memperhatikan latar belakang zionisnya. Hal ini terjadi semata-mata karena kekurangcermatan saya dalam melakukan seleksi dan mengundang narasumber,” kata Gus Yahya di Jakarta, Kamis (28/8/2025).
Tapi mayoritas warga NU, terutama yang melek informasi dan politik, tak percaya. Sebab Gus Yahya sudah lama “main mata” dengan tokoh Israel.
“Sebelum jadi ketua umum PBNU Gus Yahya sudah ke Israel,” kata Prof Dr KH Imam Ghazali Said, MA, Wakil Rais Syuriah PCNU Kota Surabaya yang juga Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya.
Pernyataan Prof Dr Kiai Imam Ghazali Said itu disampaikan dalam Podcast BANGSAONLINE yang kini ditonton 69.000 orang.
Kiai Imam Ghazali Said menyebut Holland Taylor sebagai orang yang sangat berpengaruh terhadap kebijakan Gus Yahya. Menurut dia, Taylor inilah yang memberikan akses Gus Yahya ke tokoh-tokoh Israel.
“Mereka masuk lewat isu humanitarianisme,” kata Kiai Imam Ghazali Said. Menurut Kiai Imam Ghazali Said, isu humanisme memang paling mudah untuk injeksi ideologis bagi Zionis Israel.
Kiai Imam Ghazali Said juga mengatakan bahwa Holland Taylor pernah berkunjung ke pesantren yang dipimpinnya, di Wonocolo Surabaya.
“Yang bawa Holland Taylor ke pesantren saya adalah Kiai Khodri Arif yang sekarang ketua RMI,” jelasnya sembari mengatakan bahwa Holland Taylor banyak mengunjungi kiai-kiai.
Memang, pada tahun 2018 Gus Yahya berkunjung ke Israel. Saat itu ia masih Katib Aam PBNU. Belum jadi ketua umum PBNU. Gus Yahya bertemu beberapa tokoh Israel, diantaranya Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel yang terang-terangan melakukan genosida pada rakyat Palestina.
Kiai Imam Ghazali Said tak habis pikir Gus Yahya mengundang Berkowitz ke PBNU. Sekarang, kata Prof Kiai Imam Ghazali, gara-gara kebijakan Gus Yahya yang “main mata” dengan Zionis NU dibully banyak orang.
Ia mengaku sangat prihatin. Bahkan Kiai Imam Ghazali sempat terhenti berbicara. Ia menangis.
“Kalau begini gimana,” katanya terisak.
Pengasuh Pesantren Mahasiswa An Nur Wonocolo Surabaya itu menilai Gus Yahya sudah keterlaluan. Menurut dia, Gus Yahya bukan hanya menyakiti hati para pendiri NU, terutama Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari. Tapi juga menentang nurani umat Islam se dunia. Apalagi sebanyak 147 dari 193 negara anggota PBB mendukung Palestina sebagai negara berdaulat.
Prof Kiai Imam Ghazali Said memahami bahwa awalnya Gus Yahya mau memperjuangkan Palestina lewat diplomasi. Ia ingin meniru Gus Dur.
“Husnudzannya seperti itu,” katanya.
“Tapi Gus Yahya itu bukan kelasnya. Orang Israel itu tidak bodoh. Justru Gus Yahya yang dipermainkan Israel,” tegas Kiai Imam Ghazali Said yang sering berkunjung ke Timur Tengah, termasuk ke Yerussalem atau Palestina. Apalagi, jika bergadeng tangan dengan Israel itu bermotif pragmatis alias dana. Gus Yahya semakin dipermainkan.
“Kalau Gus Dur kan tidak dipermainkan, karena kelasnya beda,” tegas Kiai Imam Ghazali Said sembari mengatakan bahwa dari segi intelektual dan ketokohan jangan dibanding dengan Gus Yahya.
Menurut Kiai Imam Ghazali Said, selama ini sebagai ketua umum PBNU Gus Yahya one man show. Tak melibatkan Rais ‘Aam KH Miftachul Akhyar. Sehingga kebijakan-kebijakannya tak melibatkan Rais ‘Aam. Termasuk soal Pater Berkowits. Otomatis Rais ‘Aam Syuriah PBNU tak tahu.
“Kalau diplenokan pasti ditolak,” kata Kiai Imam Ghazali Said yang S2-nya lulusan Universitas Khortum Sudan.
Kini masalah Zionisme ini sudah bocor ke publik. Tapi Rais ‘Aam tak berdaya. Padahal secara AD/ART Rais ‘Aam adalah pimpinan tertinggi.
Menurut dia, seharusnya Kiai Miftachul Akhyar bisa menonaktifkan Gus Yahya. Karena Rais ‘Aam punya otoritas dan pemimpin tertinggi di NU.
Alumnus Universitas Al Azhar Mesir itu menilai bahwa Gus Yahya tak akan pernah berhenti “main mata” dengan Zionis. “Ya, tak mungkin,” katanya.
Karena itu harus ada langkah tegas secara organisatoris agar PBNU lepas dari infiltrasi bahkan intervensi Zionis.