SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Gempa megathrust merupakan gempa bumi yang berasal dari zona megathrust. Kata "Mega" memiliki arti besar, sedangkan "Thrust" artinya sesar sungkup. Letaknya berada di perbatasan pertemuan continental crust (kerak benua) dan oceanic crust (kerak samudra). Gempa bumi pada lajur megathrust disebut juga gempa bumi interpolate.
Adapun zona megathrust diistilahkan untuk menyebut sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal. Dalam hal ini, lempeng Samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian bergeser secara tiba-tiba dan memicu terjadinya gempa.
Baca Juga: Klarifikasi Khofifah soal Hoaks Video Bagi-Bagi Santunan Usai Menang Pilbup Jatim
Apabila terjadi gempa, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng Samudra bergerak naik (thrusting). Gempa dalam skala besar di laut kemudian memicu tsunami.
Pada umumnya jalur subduksi lempeng sangat panjang dengan kedalaman dangkal mencakup bidang kontak antar lempeng.
Dalam perkembangannya, zona subduksi diasumsikan sebagai "patahan naik yang besar" yang disebut zona megathrust.
Baca Juga: Khasiat Air Rendaman Daun Ketumbar untuk Kesehatan Tubuh
Zona megathrust di Indonesia sudah ada sejak jutaan tahun yang lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan Indonesia.
Zona megathrust berada di zona subduksi aktif, seperti subduksi Banda, Subduksi Sunda mencakup Sumatra, Jawa, Bali, Lombok dan Sumba, Subduksi Lempeng Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina, dan Subduksi Utara Papua.
Di Samudra Hindia bagian Selatan Jawa terdapat 3 segmentasi megathrust, yaitu Segmen Jawa Timur, Segmen Jawa Tengah, Segmen Jawa Barat dan Segmen Banten-Selat Sunda.
Baca Juga: Resep Kolak Pisang Bakar Nangka, Sajian Manis dan Praktis
Ketiga segmen megathrust tersebut memiliki magnitude tertarget M 8,7. Namun, jika skenario model dibuat dengan asumsi 2 segmen megathrust yang bergerak secara simultan maka magnitude gempa yang dihasilkan bisa lebih besar dari 8,7.
Sejarah mencatat, sejak tahun 1700 zona megathrust Selatan Jawa sudah beberapa kali terjadi aktivitas gempa besar dan dahsyat.
Saat ini Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu.
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini 28 November 2024
Hal tersebut dikatakan oleh Daryono selaku Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG yang menyinggung kekhawatiran ilmuwan Indonesia soal seismic gap Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.
Seismic gap adalah wilayah sepanjang batas lempeng aktif yang tidak mengalami gempa besar atau gempa selama lebih dari 30 tahun.
BMKG memprediksi, Megathrust Selat Sunda bisa memicu terjadinya gempa dahsyat dengan kekuatan M 8,7 dan Megathrust Mentawai-Siberut M 8,9.
Baca Juga: Resep Wedang Jahe Serai, Minuman Tradisional Penghangat Tubuh
Terkait upaya preventif yang dapat dilakukan menurut Daryono ialah menyiapkan system monitoring, processing, dan diseminasi informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat.
Selain itu memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, drill, evakuasi, berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah, stakeholder, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai dan industri pantai serta infrastruktur kritis seperti pelabuhan dan bandara pantai.
(ans)
Baca Juga: 5 Manfaat Minum Rendaman Air Nanas untuk Kesehatan Tubuh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News