SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pengrajin tahu dan tempe yang selama ini mengandalkan bahan baku kedelai impor terancam gulung tikar, menyusul terpuruknya nilai rupiah di angka Rp 14 ribu per dolar.
Sementara di satu sisi lahan tanaman kedelai setiap tahun mengalami penyusutan. Fakta itu membuat anggota Komisi DPRD Jawa Timur prihatin.
Baca Juga: Komitmen Wujudkan Hilirisasi Dalam Negeri, Antam Borong 30 Ton Emas Batangan Freeport
Anggota Komisi B DPRD Jatim, Subianto mengaku tingginya nilai dolar terhadap rupiah mengakibatkan pengrajin tahu - tempe kesulitan membeli dan terancam gulung tikar. Dikarenakan selama ini bahan baku kedelai mengandalkan impor. Ditambah dengan lahan tanaman kedelai di Jatim terus mengalami penurunan.
"Meroketnya nilai dolar memang sangat mempengaruhi para pengusaha kecil yang bahan bakunya mengandalkan impor. Jika kondisi ekonomi terus seperti ini, saya prediksi banyak pengrajin tahu-tempe yang gulung tikar. Untuk itu Komisi B DPRD Jatim mendesak adanya perluasan lahan tanam kedelai,” tegas politisi asal Fraksi Demokrat, Rabu (26/8).
Politisi berlatar pengusaha ini menjelaskan, jika luas tanaman kedelai di Jatim beberapa tahun lalu 270 ribu hektare, sekarang tinggal 210 ribu hektare dengan produksi kedelai sekitar 315 ribu ton. Sedangkan kebutuhan Jatim 450 ribu ton per tahun, sehingga ada kekurangan 135 ribu ton. "Untuk memenuhi kekurangan tersebut selama ini mengandalkan impor. Jika kondisi dolar terus meroket maka para pengusaha tidak mampu membeli bahan baku. Untuk itu perluasan lahan tanam sekitar 100 ribu hektare harus dilakukan," tandasnya.
Baca Juga: Fungsi Kalkulator Forex Lanjutan: Melampaui Perhitungan Dasar
Di sisi lain Komisi B DPRD Jatim sudah mendesak Perhutani untuk merealisasikan perluasan lahan tanam kedelai dengan memanfaatkan lahan Perhutani. Tapi sangat disayangkan hingga detik ini desakan tesebut belum terealisasi. Untuk itu Komisi B akan mendatangi Kementerian Kehutanan untuk segera merealisasikan perluasaan lahan. Mengingat saat ini, petani mendapatkan bantuan bibit dan pupuk sebesar Rp 1.700.000,00 per hektare.
Hal senada juga diungkapkan Anggota Komisi B DPRD Jatim yang lain, Mochamad Zainul Lutfi. Menurutnya, kondisi pengusaha tahu dan tempe kini dalam kondisi kritis seiring dengan terpuruknya nilai rupiah terhadap dolar. Hal ini dikarenakan sebagian bahan bakunya yaitu kedelai tergantung impor. Sementara disatu sisi nilai dollar merangkak naik yang mengakibatkan harga kedelai juga mengalami peningkatan.
"Sekarang ini daya beli measyarakat terus menurun. Bisa-bisa camilan khas orang Indonesia, yaitu tahu tempe akan hilang, seiring mahalnya dan sulitnya panganan ini ditemukan di pasar tradisional. Untuk itu pemerintah harus segera mengambil langkah strategis untuk menyelamatkan mereka,’’papar politisi asal PAN ini dengan nada tinggi. (mdr/ros)
Baca Juga: Freeport Dukung Transformasi Era Society 5.0 di 36 Sekolah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News