MALANG, BANGSAONLINE.com - Menyambut Hari Bahasa Isyarat Internasional dan untuk mempromosikan hak-hak asasi penyandang tuli, Komunitas FeminisThemis menggelar “FeminisThemis Academy 2024" di Malang Creative Center (Ruang Amphitheater 2 Lt. 5) Kota Malang, Sabtu (21/9/2024).
Program ini memberikan edukasi mengenai kekerasan seksual dan kesetaraan gender, khususnya di kalangan komunitas tuli. Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Komnas Disabilitas RI dan Unilever Indonesia.
Baca Juga: Aktivis Kesetaraan Gender Kupas Optimalisasi Peran Generasi Milenial di Era 4.0
Selama tiga bulan program berjalan, lebih dari 150 teman tuli mendapatkan edukasi tentang hak perempuan tuli untuk hidup lebih aman, adil, dan setara melalui pengetahuan tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi.
Acara ini dimulai dengan diskusi tentang kekerasan seksual, kesetaraan gender, dan dunia tuli yang bertujuan meningkatkan literasi kesadaran diri dan keadilan gender untuk mencegah kekerasan seksual yang kerap menimpa perempuan tuli.
Dr. Rachmita Maun Harahap, Komisioner Komisi Nasional Disabilitas RI (KND RI), menerangkan secara hukum, perempuan dengan disabilitas berhak mendapatkan perlindungan yang lebih dari tindak kekerasan, termasuk kekerasan dan eksploitasi seksual. Namun nyatanya, mereka memiliki kerentanan berlapis pada kekerasan serta diskriminasi.
Baca Juga: Penyandang Disabilitas Dukung dan Doakan Pasangan Abadi Wujudkan Aspirasinya
"Tugas dan fungsi KND RI adalah terus melakukan pemantauan, evaluasi, dan advokasi terhadap pemenuhan hak penyandang disabilitas di Indonesia, termasuk hak para perempuan tuli untuk mendapatkan hak edukasi kesehatan seksual dan reproduksi," terangnya.
Tentunya upaya ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk komunitas seperti FeminisThemis dan pelaku usaha seperti Unilever Indonesia.
Baca Juga: Pj Gubernur Jatim Salurkan Bantuan Sosial ke PPKS Wilayah Kota Malang
Menurutnya, hal ini sejalan dengan misi komunitas FeminisThemis untuk menciptakan komunitas feminis yang inklusif dan edukatif bagi individu tuli untuk melawan ketidakadilan serta memperjuangkan keadilan gender.
Salah satu programnya, yaitu FeminisThemis Academy yang menyediakan akses berupa forum edukasi mengenai kekerasan seksual, kesetaraan gender, dan dunia tuli.
"Tujuan utama dari program ini adalah untuk meningkatkan literasi kesadaran diri dan keadilan gender guna mencegah kekerasan seksual pada perempuan tuli," ujarnya.
Baca Juga: Sah! Kolaborasi 5 Tahun NU dan Unilever Perkuat Sinergi Lintas Pemangku Kepentingan
Sementara itu, Kristy Nelwan, Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion Board Unilever Indonesia, menyampaikan Hari Bahasa Isyarat Internasional ini jadi momentum yang baik untuk menguatkan komitmen semua pihak dalam mewujudkan dunia yang lebih adil, beragam, dan inklusif.
"Kami harap kolaborasi ini mampu mengangkat urgensi tentang pentingnya bagi lebih banyak pelaku usaha untuk menempatkan penyandang disabilitas sebagai bagian dari masyarakat yang sepatutnya mendapatkan perhatian dan dukungan yang adil dan setara," harapnya.
Kristy juga menjelaskan bahwa Unilever Indonesia memiliki tiga fokus Equity, Diversity & Inclusion yang sangat sejalan dengan program ”FeminisThemis Academy”, yaitu keadilan gender yang memberikan kesempatan yang sama, perlakuan adil, dan support yang sesuai dengan kebutuhan unik dari tiap perempuan.
Baca Juga: Dirikan ULD, Disnaker Kabupaten Malang Teken Perjanjian dengan Unibraw dan UMM
Kemudian keadilan untuk penyandang disabilitas, untuk menciptakan masyarakat yang ramah disabilitas dan membuka peluang yang adil untuk membuktikan kemampuan mereka tanpa keraguan.
Serta penghapusan diskriminasi dan stigma untuk menghormati hak asasi manusia dan memberikan kesempatan yang adil bagi semua orang dengan melawan berbagai bentuk diskriminasi dan stigma.
Di kesempatan yang sama, Nissi Taruli Felicia Co-Founder dan Direktur Eksekutif Feminis Themis menyampaikan, Program FeminisThemis Academy 2024 telah berlangsung selama Juli-September secara hybrid, terdiri dari training of trainers untuk fasilitator tuli, workshop offline di tiga kota, yaitu Bandung, Yogyakarta, dan berakhir di Malang serta rangkaian webinar.
Baca Juga: Selimut Hati Batch 3, Pembekalan Perempuan Berdaya
"Selama program berjalan, kami menemukan banyak insight menarik dari para peserta seputar tantangan yang dihadapi perempuan Tuli untuk mendapatkan keadilan gender, khususnya di kota Bandung dan Yogyakarta," jelasnya.
Dari tiga tantangan utama yang ditemukan, antara lain tidak terpenuhinya hak bahasa isyarat, keterbatasan pengetahuan dan akses informasi, terutama yang bersifat pribadi mengenai hak tubuh, hak kesehatan seksual, dan reproduksi dan Kecenderungan victim blaming.
Nissi mengaku bahwa Kota Malang menjadi puncak rangkaian workshop offline Feminis Themis Academy 2024, yang diikuti oleh 40 peserta.
Baca Juga: Perkuat Peran Organisasi Perempuan, Pemkot Kediri Gelar Seminar Peningkatan Kapasitas
"Kota ini dipilih karena merupakan kota ramah disabilitas, dibuktikan dengan memiliki peraturan daerah, minimnya praktik diskriminasi, dan tersedianya berbagai layanan fasilitas publik yang ramah bagi penyandang disabilitas," kata Nissi.
"Ke depannya, ‘FeminisThemis Academy’ akan merangkul lebih banyak peserta hingga ke level akar rumput untuk mengedukasi lebih banyak orang mengenai kesehatan seksual dan reproduksi," ungkapnya. (dad/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News