Persiapan Apoteker Hadapi Tantangan dan Peluang Obat Digital di Era Globalisasi

Persiapan Apoteker Hadapi Tantangan dan Peluang Obat Digital di Era Globalisasi Esperanza Putri Twelvejune.

Oleh: Esperanza Putri Twelvejune*

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, sektor kesehatan tidak tinggal diam. Salah satu perkembangan terbesar yang sedang dihadapi dunia farmasi adalah kemunculan obat digital, sebuah konsep yang menggabungkan obat fisik dengan teknologi digital untuk mendukung efektivitas pengobatan.

Baca Juga: Flu Burung Bisa Menular ke Kucing hingga Sapi, ini Penjelasan Asosiasi Kedokteran Hewan

Fenomena ini mulai diterima oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Obat digital kini menjadi salah satu topik hangat dalam dunia farmasi.

Di balik peluang besar yang ditawarkan, tentu ada tantangan besar pula bagi apoteker. Apakah apoteker sudah siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dari obat digital di era globalisasi ini?

Obat digital adalah inovasi dalam dunia farmasi yang mengintegrasikan teknologi dengan pengobatan untuk meningkatkan efektivitas, keamanan, dan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.

Baca Juga: Fakta Buah Pare, Mampu Gugurkan Kandungan Hingga Sebabkan Impotensi?

Obat ini bisa berupa perangkat medis yang terhubung dengan aplikasi, perangkat yang memantau kondisi kesehatan pasien secara real-time, atau aplikasi yang memberikan terapi mental berbasis teknologi, seperti untuk gangguan kecemasan dan depresi.

Tidak hanya berbentuk pil atau sirup, obat digital juga merujuk pada pengobatan yang dipadukan dengan software atau perangkat elektronik yang memantau atau bahkan mengatur proses pengobatan.

Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, obat digital sudah diatur secara ketat oleh badan pengawas obat dan makanan. Beberapa contoh obat digital yang sudah digunakan adalah Pear Therapeutics yang mengembangkan aplikasi terapi untuk kecemasan dan gangguan tidur.

Baca Juga: Mampu Membunuh Sel Kanker, ini Sederet Manfaat Teh Daun Sirsak

Di Indonesia, meskipun belum sepopuler di luar negeri, perhatian terhadap potensi obat digital semakin meningkat, terutama dalam konteks penggunaan untuk pengobatan mental atau pengelolaan penyakit kronis.

Meskipun tren obat digital menawarkan berbagai manfaat, seperti pemantauan kondisi pasien yang lebih akurat dan terapi yang lebih disesuaikan, apoteker di Indonesia menghadapi beberapa tantangan besar dalam menghadapi perkembangan ini.

1. Keterbatasan Pengetahuan Teknologi

Baca Juga: Tidak Banyak yang Tahu, Ternyata Kulit Semangka Memiliki Manfaat Untuk Para Pria

Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan pengetahuan dan keterampilan apoteker dalam hal teknologi. Obat digital tidak hanya melibatkan pengetahuan tentang obat itu sendiri, tetapi juga pemahaman mengenai perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan.

harus memiliki keterampilan teknologi yang cukup agar dapat menjelaskan dan merekomendasikan obat digital yang tepat kepada pasien.

Di Indonesia, pelatihan dan pendidikan apoteker terkait teknologi digital masih tergolong terbatas. Oleh karena itu, penting bagi lembaga pendidikan dan asosiasi profesi untuk memperkenalkan pelatihan berbasis teknologi sejak dini.

Baca Juga: Jangan Dikupas, Ini 6 Manfaat Konsumsi Kentang Bersama Kulitnya

2. Peran yang Berubah

Dalam era digital, peran apoteker juga mengalami perubahan signifikan. Sebelumnya, apoteker lebih dikenal sebagai penjual obat dan penyedia informasi mengenai penggunaan obat secara tradisional.

Namun, dengan hadirnya obat digital, apoteker kini dituntut untuk menjadi konsultan teknologi kesehatan, memberikan saran yang tepat mengenai aplikasi kesehatan, perangkat medis yang terhubung, atau bahkan terapi digital.

Baca Juga: Ini Efek yang Akan Kamu Rasakan Jika Rutin Konsumsi Teh Hijau di Malam Hari

Untuk itu, apoteker perlu memiliki pemahaman yang lebih luas mengenai perkembangan teknologi kesehatan dan bagaimana cara mengintegrasikannya dengan pengobatan konvensional.

3. Regulasi yang Belum Jelas

Di Indonesia, regulasi yang mengatur obat digital masih dalam tahap pengembangan. (Badan Pengawas Obat dan Makanan) belum sepenuhnya mengatur secara rinci mengenai pengawasan obat digital, sehingga apoteker sering kali kesulitan dalam menentukan produk mana yang aman untuk dipasarkan dan direkomendasikan kepada pasien.

Baca Juga: Musim Hujan, Dinkes Kota Batu: Waspadai Empat Jenis Penyakit

Hal ini juga memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap obat digital yang ditawarkan di pasaran. Oleh karena itu, penting untuk mempercepat pengembangan regulasi terkait obat digital untuk memastikan bahwa produk-produk yang beredar memiliki standar keamanan yang tinggi.

Meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, obat digital juga membawa peluang dan kontribusi yang lebih besar terhadap kualitas kesehatan masyarakat.

1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Apotek

Baca Juga: Nanas Kediri Kini Sudah Jadi Minuman Khas, Dhito Dorong segera Urus Izin BPOM

Salah satu peluang utama bagi apotek adalah memperkenalkan obat digital sebagai bagian dari layanan kesehatan yang lebih modern. Apotek dapat menyediakan informasi dan produk obat digital yang telah terbukti efektif, serta memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai cara penggunaannya.

Dengan begitu, apotek dapat bertransformasi menjadi pusat layanan kesehatan yang lebih lengkap, tidak hanya menyediakan obat-obatan konvensional, tetapi juga solusi berbasis teknologi untuk perawatan jangka panjang dan pengelolaan penyakit.

2. Personalisasi Pengobatan

Obat digital memungkinkan pengobatan yang lebih dipersonalisasi dan disesuaikan dengan kondisi individu pasien. Misalnya, aplikasi kesehatan yang memantau pola makan, olahraga, atau kondisi mental pasien dapat memberikan data yang lebih akurat untuk apoteker dalam meresepkan terapi atau memberikan saran pengobatan.

Ini membuka kesempatan bagi apoteker untuk berperan lebih dalam pengelolaan kesehatan pasien secara menyeluruh, bukan hanya mengelola konsumsi obat, tetapi juga gaya hidup pasien.

3. Peningkatan Kepatuhan Pengobatan

Salah satu masalah utama dalam dunia pengobatan adalah ketidakpatuhan pasien dalam mengikuti aturan dosis obat yang diresepkan. Obat digital yang terintegrasi dengan aplikasi atau perangkat dapat mengingatkan pasien untuk meminum obat sesuai jadwal atau memberi peringatan jika ada efek samping yang perlu diwaspadai.

Ini memberikan apoteker alat tambahan untuk memastikan pasien mengikuti pengobatan dengan benar.

Untuk memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh obat digital, apoteker perlu melakukan beberapa langkah penting:

1. Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan

perlu dilibatkan dalam pelatihan teknologi yang relevan dengan obat digital. Pemerintah dan asosiasi apoteker dapat bekerja sama untuk menyelenggarakan seminar, workshop, dan pelatihan mengenai obat digital dan perangkat kesehatan berbasis teknologi.

Ini akan membantu apoteker memahami teknologi yang ada dan bagaimana cara mengintegrasikannya dalam praktik mereka.

2. Kolaborasi dengan Pemangku Kepentingan

harus bekerja sama dengan produsen obat digital, pihak regulator, dan tenaga medis lainnya untuk memastikan bahwa penggunaan obat digital dapat diterima dan diintegrasikan dengan sistem perawatan kesehatan yang ada.

Kolaborasi ini juga akan membantu apoteker dalam memilih produk obat digital yang terpercaya dan sesuai dengan kebutuhan pasien.

3. Meningkatkan Literasi Teknologi Masyarakat

Apotek juga dapat berperan aktif dalam meningkatkan literasi teknologi di masyarakat, dengan memberikan informasi yang jelas mengenai manfaat dan cara penggunaan obat digital. Ini penting agar masyarakat tidak hanya mengikuti tren, tetapi benar-benar memahami cara penggunaan teknologi yang aman dan bermanfaat untuk kesehatan mereka.

*Penulis adalah mahasiswi Universitas Airlangga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Terbukti! Cara ini Basmi Kecoa di Mobil Anda':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO