TEXAS, BANGSAONLINE.com - Kisah Ahmed Mohamed (14) benar-benar dramatis dan spektakuler. Seperti dilansir detik.com, ia popular secara internasional setelah menerima perlakukan diskriminatif aparat kepolisian akibat jam buatannya dikira bom. Ia kemudian ditangkap dan diborgol.
Namun hanya dalam waktu sekejap ia menuai simpati setelah kasus itu diketahui publik. Bahkan sejumlah tokoh ternama di dunia, seperti pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, NASA, bahkan Presiden AS, Barack Obama mengajak bertemu anak jenius itu. Terakhir Gubernur negara bagian Texas Greg Abbott memberikan dukungan kepada Ahmed Mohamed.
Baca Juga: Mengapa Jupiter Punya Cincin, Sedangkan Bumi Tidak? Ini Penjelasannya
"Jam yang keren Ahmed. Maukah kamu membawanya ke Gedung Putih? Kita harus menginspirasi lebih banyak anak seperti kamu agar menyukai ilmu sains. Itulah yang membuat Amerika hebat," tulis Obama di Twitter resminya beberapa waktu lalu seperti dikutip detik.com.
Namun – sepertii dilansir JPNN - di antara banyak simpati dan apresiasi terhadap dirinya, ada satu yang membuat Ahmed Mohamed, sang pembuat jam digita yang dikira bom benar-benar bangga. Yakni, apresiasi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Sejak dulu, kampus teknik di Kota Cambridge, Middlesex County, Negara Bagian Massachusetts, tersebut memang menjadi perguruan tinggi impian Ahmed. Remaja asal Sudan yang kini merupakan warga Irving, negara bagian Texas itu bercita-cita bisa menuntut ilmu di sana.
Obama menilai Ahmed sebagai bocah luar biasa, dan tertarik bertemu dengannya secara langsung di Gedung Putih.
Baca Juga: Ratusan Wisudawan Universitas Harvard Walk Out, Protes 13 Mahasiswa Tak Lulus karena Bela Palestina
Mengutip Dailymail, Tribun Internasional memberitakan, keluarga Ahmed saat ini tinggal di Irving, Texas, Amerika Serikat namun keberadaan mereka di negara yang menjunjung tinggi kebebasan tersebut tak lepas dari peran Mohamed Elhassan Mohamed (57), yang menjadi kepala keluarga.
Pemuka agama Islam di Irving tersebut merupakan imigran asal Sudan. Tiga dekade yang lalu ia meninggalkan kampungnya yang miskin, hanya dengan bermodalkan sebuah paspor.
Ia merupakan anak dari Elhassan, seorang petani dari desa Alshatawy yang terletak di White Nile, Sudan. Selama hidupnya Elhassan menyisihkan penghasilannya untuk mengrimkan empat dari sembilan anaknya termasuk Mohamed, untuk mengenyam pendidikan di sekolah bergengsi di Inggris.
Baca Juga: Viral, Surat Suara di Taiwan Sudah Dicoblos Paslon Nomor Urut 3, KPU: Hoaks
Mohamed kemudian melanjutkan sekolahnya dan mendapat gelar filsafat dari Universitas Kairo di Khartoum.
Pada akhir 1980-an, Mohamed beremigrasi ke Amerika Serikat, Mengikuti jejak kakaknya, Aldean, 59, yang berjualan bahan makanan, permen, dan kertas di New York.
Pekerjaan pertamanya adalah menjual hot dog untuk wisatawan di sudut-sudut jalan di Midtown Manhattan.
Baca Juga: Dampak Tak Pernah Ganti Celana Dalam
"Kami memiliki mesin hot dog, dan ia akan pergi membawanya ke Rockefeller Center," ujar Aldean, seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (18/9/2015).
Sosok Mohamed sangat dikenal luas oleh komunitas muslim di AS. Di tahun 2011 ia menantang debat pendeta Kristen Terry Jones yang membuat heboh dunia karena tindakannya membakar al-Quran.
Ia juga berani melawan ditaktor Sudan Omar al-Bashir, yang menguasai negara itu dalam kudeta militer pada tahun 1989, dalam perebutan kursi Presiden.
Baca Juga: Hindari Cara ini pada Wajan Antilengket Agar Tidak Cepat Rusak
Mohamed yang menjabat sebagai wakil presiden Partai Reformasi Nasional Sudan, maju dalam pemilihan presiden Sudan pada 2010 dan 2015.
Namun menurut kakaknya, Mohamed dicurangi dalam pemilihan itu.
Namun spektakulernya berita tetang Ahmed juga tak lepas dari peran wanita cantik berjilbab bernama Amneh Jafari. Seperti ditulis Smeaker.com, Amneh Jafari inilah yang jadi pencetus hastag (tagar) #IStand WithAhmed di twitter sehingga kasus Ahmed itu menjadi tranding topic di dunia maya secara internasional.
Baca Juga: Beberapa Negara Terpanas di Dunia, Mali Capai 28,8 Derajat Celcius
Siapa Amnerh Jafari itu? Ia merupakan seorang mahasiswi Psikologi di Kota Texas. Jafari juga sesorang muslimah yang sangat mendukung Ahmed, seorang remaja yang diborgol ketika menciptakan sesuatu yang diduga bom.
“Saya perlu mengambil langkah solidaritas. Ahmed mengalami diskriminasi, ini tidak bisa dibiarkan,” ujar Jafari yang dikutip dari abcnews.go.com, Jumat (18/9).
Kicauan dari akun Jafari tersebut langsung saja di re-twet mencapai 1,6 juta orang dalam sehari, hal tersebut membuat hastag #IStandWith Ahmed menjadi trending topic di Twitter.
Baca Juga: Fakta Unik Negara Qatar: Tuan Rumah Piala Dunia 2022
Ini kiauan Jafari yang langsung menarik perhatian pengguna social media, “Jika saja namanya John, dia akan dilabeli jenius. Karena namanya Ahmed dia dijadikan tersangka #StandarGanda #IStandWithAhmed”.
Ia juga tak percaya bahwa hastag tersebut akan menjadi gerakan besar, ia juga mengungkapkan bahwa gerakan ini bukan hanya untuk Ahmed, melainkan juga untuk banyak orang di luar sana yang tengah mengalami diskriminasi hingga ia merasa prihatin.
Ahmed sendiri hanyalah remaja yang masih berusia 14 tahun, kini ia menjadi sorotan dunia karena ditangkap dan juga diborgol di sekolahnya hanya karena jam. Guru bahasa Inggrisnya menilai bahwa jam yang dibuat Ahmed tersebut sebagai bom, polisi pun langsung menuju ke sekolah dan meringkus Ahmed.
Baca Juga: Belajar dari Ukraina, Taiwan Percaya Diri Melawan Serangan Tiongkok, inilah Persiapannya
Namun setelah dilakukan penyelidikan, Ahmed ternyata tak bersalah dan dia dilepaskan dari segala tuduhan. (tribun internasional/detik.com/rol/jpnn/smeaker.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News