Mengenal Arus Rip yang Seret Siswa SMP 7 Mojokerto, Begini Penjelasan Pakar ITS

Mengenal Arus Rip yang Seret Siswa SMP 7 Mojokerto, Begini Penjelasan Pakar ITS Dosen Departemen Teknik Kelautan ITS, Dr. Ir. Wahyudi, MSc.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Tragedi terseretnya siswa SMP 7 Kota Mojokerto oleh ombak yang diketahui sebagai di beberapa waktu lalu, menjadi perhatian masyarakat luas. Masyarakat perlu mengetahui lebih jauh seberapa bahayanya dan bagaimana harus mewaspadainya ketika sedang bermain di tepi pantai.

Mengkaji hal itu, dosen Departemen Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr. Ir. Wahyudi, MSc, menjelaskan terjadi ketika gelombang laut yang mendekati pantai pecah dan berubah menjadi aliran air yang dibelokkan oleh garis pantai ke daerah yang energinya rendah. Terkhusus pada daerah pantai yang berbentuk teluk, seringnya memiliki energi yang kencang.

Baca Juga: Soal Arus Rip Pantai Drini, Pakar ITS Beberkan Cara Hindari Gelombang Laut yang Mematikan

“Memang nampak tidak berbuih dan tenang, tapi itu ada di dalamnya,” jelas Wahyudi, Jumat (31/1/2025).

Pria asal Yogyakarta itu menuturkan, pengunjung pantai harus mewaspadai area air di tepian daratan yang nampak tenang dengan diapit oleh gelombang yang berbuih. Arus rip berpotensi besar terjadi di seluruh pantai selatan Jawa karena berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.

Meskipun gelombang yang menuju garis pantai bersifat acak dan tidak terprediksi, tetapi dapat dipastikan pantai yang berbatasan dengan samudera lepas memiliki gelombang datang yang tinggi.

Baca Juga: Korban Laka Laut Pantai Drini Tiba, Pj Wali Kota Mojokerto Turut Sholati Jenazah

Lebih lanjut, pakar oseanografi ini mengatakan, kecepatan dapat terjadi dari 0,85 hingga 1 meter per sekon. Arus rip tidak hanya arus balik ke tengah laut, arus yang memiliki lebar sekitar 9 sampai 11 meter ini turut membawa sedimen yang ada di sekitaran pantai menuju tengah laut. Sehingga area yang sering terjadi nampak tenang dan gelap karena telah terbentuk palung.

“Saking cepatnya arus tersebut, juara renang olimpiade sekalipun tidak akan kuat melawan ,” ujarnya.

Ia menuturkan, tidak terjadi pada musim-musim tertentu dan tidak dapat dipastikan berapa kali dalam sehari. Tetapi yang bisa diwaspadai adalah ketika berada di pantai berteluk atau di tepi tanjung, karena daerah tersebut memiliki kekuatan yang bisa menghanyutkan manusia.

“Kondisi hidro-oseanografi dan morfologi pantai merupakan hal yang memengaruhi ini,” tutur Wahyudi.

Pihaknya menjelaskan, kejadian yang menimpa sejumlah siswa SMP 7 Kota Mojokerto tersebut merupakan contoh kecil dari banyaknya korban tenggelam karena .

Di Indonesia, korban akibat di pantai selatan Jawa terus meningkat sepanjang tahun 2017 hingga 2022. Bahkan, data terakhir menyebutkan bahwa hampir 50 orang meninggal dunia karena terseret arus ini.

“Arus rip dapat menjadi ancaman bagi pengunjung pantai. Arus tersebut tidak bisa dihilangkan, tapi bisa dihindari,” tegasnya.

Ia berpesan, hal penting agar tidak terjadi korban lagi adalah mitigasi terhadap ancaman arus mematikan ini kepada seluruh pengunjung. Pentingnya dilakukan sosialisasi mengenai bahaya melalui seminar atau sekolah-sekolah di Indonesia.

Selain itu, juga perlu peningkatan fasilitas penunjang pantai seperti kapal cepat, pelampung, dan penjaga pantai yang andal. Apabila pengunjung terlanjur terseret , diharuskan menghindari arus tersebut dengan cara berenang ke samping, sejajar dengan pantai.

Sebagai penutup, dosen mata kuliah Oseanografi ini berharap mampu menggalakkan sosialisasi lebih masif ke seluruh lapisan masyarakat, terutama ke sekolah-sekolah yang memilih opsi pantai sebagai tempat rekreasi sekaligus belajar.

Ia mengajak sukarelawan yang memiliki empati tinggi untuk berjuang bersama sebagai penyuluh dan menggencarkan sosialisasi mengenai bahaya .

“Tentunya, pemerintah daerah juga harus turut andil dalam sosialisasi ini,” tutupnya.

Sosialisasi tentang bahaya ini sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 13, yaitu aksi untuk mengatasi perubahan iklim. Sosialisasi bahaya ini juga terkait dengan beberapa SDGs lainnya. Di antaranya adalah SDGs 3 tentang kesehatan yang baik dan kesejahteraan (dengan mengurangi risiko cedera atau kematian akibat ), dan SDGs 11 tentang kota dan komunitas yang berkelanjutan (dengan meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bahaya di daerah pesisir). (msn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Demi Konten, Perempuan ini Ngevlog di Pantai Hingga Diterjang Ombak':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO