Guru Besar ITS Kaji Ketimpangan Ekonomi untuk Tingkatkan Daya Saing Wilayah

Guru Besar ITS Kaji Ketimpangan Ekonomi untuk Tingkatkan Daya Saing Wilayah Eko Budi Santoso selaku Ketua KKN Abmas ITS saat memimpin diskusi peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan bupati dan perwakilan OPD Kabupaten Tuban. Foto: Ist.

BANGSAONLINE.com - Dalam perencanaan wilayah, menjadi salah satu tantangan dalam mewujudkan kemajuan dan kemandirian bangsa. Hal tersebut mendorong Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (), Eko Budi Santoso, untuk mengkaji lebih dalam bidang ilmu perencanaan dan pengembangan ekonomi wilayah.

Melalui orasi ilmiahnya, Eko Budi Santoso menjelaskan bahwa perbedaan karakteristik wilayah dapat membuat suatu daerah berkembang lebih cepat dibanding yang lain. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menimbulkan ketimpangan pada sektor ekonomi.

Baca Juga: Perkuat Industri, Profesor ITS Kembangkan Material Seluler dan Magnet Mesin

“Kondisi ekonomi yang berbeda ini biasanya membuat sumber daya manusia unggul hanya terpusat di daerah berkembang,” terang Guru Besar Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) tersebut, Senin (24/2/2025).

Menjawab tantangan tersebut, Eko menggagas pendekatan Place-based Policy. Pendekatan ini menyesuaikan strategi pembangunan dengan karakteristik dan kebutuhan spesifik tiap daerah. Dengan berfokus pada pemanfaatan potensi lokal, perencanaan ekonomi dapat meningkatkan daya saing wilayah.

Ia menjelaskan, pengukuran Indeks Daya Saing Daerah (IDSD) dilakukan dengan mengacu pada pengukuran indeks daya saing global atau Global Competitiveness Index (GCI).

Baca Juga: Luncurkan Kapal Terbaru, Tim ITS Optimis Raih Juara Lagi di Ajang IRC 2025

Pengukuran ini terdiri dari empat komponen pembentuk daya saing, yaitu lingkungan pendukung, sumber daya manusia, pasar dan ekosistem inovasi.

“Dari komponen tersebut, terdapat 12 pilar daya saing yang terbentuk untuk mengukur IDSD di Indonesia,” terang Eko yang juga anggota peneliti Pusat Studi Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (PDPM) .

Menurut Eko, pengukuran daya saing ekonomi akan efektif bila didukung oleh pendekatan berbasis data dan teknologi. Perkembangan teknologi digital mendukung pemanfaatan big data dan kecerdasan buatan untuk menganalisis kondisi ekonomi berdasarkan pilar daya saing wilayah.

Baca Juga: Prodi RKP ITS Raih Penghargaan Khusus dari DK3P Jatim

Dengan integrasi data dalam Sistem Informasi Geografis (SIG), perencana dapat memahami pola keruangan dan karakteristik ekonomi daerah secara komprehensif.

Eko menuturkan, bahwa dengan pengukuran dan evaluasi daya saing wilayah, perencana dapat mengembangkan pusat ekonomi lokal yang berkelanjutan. Pemilihan tema pengembangan wilayah harus sesuai dengan sektor unggulan wilayah tersebut.

“Wilayah yang unggul di sektor pertanian akan dikembangkan menjadi kawasan agropolitan, sementara sektor pariwisata, industri, dan sebagainya memiliki konsep berbeda,” paparnya.

Baca Juga: Hebat, Mahasiswa ITS Ciptakan Gelang Sensor Pintar untuk Cegah Kecelakaan Kerja

Dengan penerapan berbagai disiplin ilmu, upaya peningkatan daya saing wilayah turut berkontribusi dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Sinergi antara pilar daya saing wilayah dengan indikator SDGs mencakup 10 dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama pada aspek pertumbuhan ekonomi, pemerataan sosial, dan pelestarian lingkungan.

Terakhir, Eko berharap kolaborasi multipihak dapat membantu wilayah dengan tinggi untuk mengejar ketertinggalan. Daerah dapat memanfaatkan sumber daya secara optimal guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

“Peningkatan daya saing wilayah ini akan menciptakan bangsa yang mandiri dan berdaya saing global,” pungkasnya. (msn)

Baca Juga: Perkenalkan Konsep SDGs di Lingkungan Kampus, ITS Hadirkan CommTech Camp Insight 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO