Jokowi Intervensi Muktamar NU, Kilas Balik Politik Pecah Kongsi Gus Ipul-Kiai Said Aqil

Jokowi Intervensi Muktamar NU, Kilas Balik Politik Pecah Kongsi Gus Ipul-Kiai Said Aqil KH Said Aqil, Megawati Soekarno dan A Muhaimin Iskandar saat masih satu kubu dengan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dalam acara mendukung Gus Ipul-Puti sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur Jatim. Foto: okezone

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Pernyataan Prof Dr KH Said Aqil Siraj, mantan ketua umum PBNU, yang mengungkap Presiden Jokowi intervensi atau cawe-cawe dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung heboh, terutama di kalangan NU. Kiai Said Aqil mengklaim bahwa dirinya kalah dengan KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dalam Muktamar NU di Lampung karena Jokowi intervensi dan mendukung Gus Yahya.

Pernyataan Kiai Said Aqil itu mendapat respons dari Sekjen PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Menteri Sosial itu membantah ada keterlibatan pihak istana dalam Muktamar PBNU ke-34, yang digelar di Lampung, Jumat, 24 Desember 2021.

"Pemilihannya demokratis, tergantung cara calon mendekati semua pihak," kata Gus Ipul kepada Tempo ketika dihubungi lewat sambungan telepon, Kamis, 3 April 2025.

Gus Ipul yang mantan ketua umum GP Ansor itu meyakinkan, proses pemilihan Ketua Umum PBNU telah sesuai dengan mekanisme internal organisasi, dalam hal ini mematuhi AD/ART yang telah ditetapkan. Para calon yang bertanding juga sudah sepersetujuan dari Rais Aam PBNU.

"Kalau ada intervensi, kan bisa dilarang aja salah satu untuk maju oleh Rais Aam PBNU," ujarnya kembali.

Menurut Gus Ipul, isu soal adanya cawe-cawe pihak eksternal dalam pemilihan Ketua Umum PBNU merupakan hal yang biasa terjadi. Sebagai organisasi yang besar, dinamika politik semacam itu menurutnya adalah hal yang lumrah.

"Setiap muktamar, selalu ada saja isu cawe-cawe," ujar mantan wali kota Pasuruan itu.

Namun, kata Gus Ipul, meskipun sering diterpa isu campur tangan orang luar dalam urusan internal organisasi, PBNU sudah memiliki mekanisme kuat untuk menghalau hal itu.

"PBNU punya mekanisme untuk menahan cawe-cawe pihak luar," ujarnya.

Siapa yang benar dan jujur antara Kiai Said Aqil dan Gus Ipul? Tentu Allah SWT dan para peserta Muktamar NU serta pihak Istana yang tahu siapa yang jujur dan berbohong.

Yang pasti ada kilas balik yang cukup menarik tentang hubungan Kiai Said Aqil dengan Gus Ipul.

Seperti diberitakan, Kiai Said Aqil yang ketua umum PBNU periode 2010-2021 secara terbuka menyatakan bahwa ada cawe-cawe dari Presiden Joko Widodo dalam Muktamar NU di Lampung. Kiai Said Aqil mengklaim bahwa Jokowi yang dikenal sebagai presiden cawe-cawe itu menghalangi dirinya menjadi Ketua PBNU periode 2021-2026. Pernyataan itu ia lontarkan dalam sebuah siniar Akbar Faizal Uncensored.

"Pak Jokowi tidak senang saya kalau saya terpilih lagi di NU. Maka di (Muktamar) Lampung semua itu diatur sehingga saya kalah," ungkap Kang Said, panggilan akrabnya.

Dalam muktamar itu, Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya akhirnya menjadi pemenang dengan raihan 337 suara dan resmi menjadi Ketua Umum PBNU periode 2021-2026. Sementara Said Aqil Siradj hanya memperoleh 210 suara.

Intervensi Istana terhadap Muktamar NU bukan hal yang baru. Menurut Said Aqil, saat Muktamar NU di Cipasung pihak Istana (Presiden Soeharto) menghalangi KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi ketua umum PBNU. Dengan berbagai cara. Soeharto mendorong Abu Hasan menjadi ketua umum PBNU. Tapi Soeharto gagal menyingkirkan Gus Dur karena cucu pendiri NU Hadrtussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari itu merupakan tokoh kuat dan didukung para kiai.

Kiai Said Aqil mengakui dirinya tak sekuat Gus Dur. Sehingga dengan mudah dikalahkan Gus Yahya yang didukung Jokowi dalam Muktamar di Lampung.

Pernyataan Kiai Said Aqil bahwa Jokowi cawe-cawe Muktamar NU itu dibantah oleh Gus Ipul. Ini yang menarik. Sebab pada Muktamar ke-31 NU di alun-alun Jombang Gus Ipul bersekutu dengan Kiai Said Aqil menghadang Kiai Hasyim Muzadi dan KH Shalahuddin Wahid (Gus Sholah) sebagai calon Rais Aam dan Ketua Umum PBNU. Saat itu Kiai Said dan Gus Ipul juga satu barisan dengan Ketua Umum PBNU A Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Sama-sama menghadang Kiai Hasyim Muzadi dan Gus Sholah. Mereka mendukung Kiai Said Aqil yang didukung Presiden Jokowi untuk menjadi Ketua Umum PBNU.

Saat Mukamar NU di alun-alun Jombang, Gus Ipul memang satu kubu dengan Kiai Said Aqil dan Cak Imin. Bahkan tiga tokoh NU itu secara politik satu paket. Tak aneh, jika ketika Gus Ipul menjadi calon gubernur Jawa Timur berpasangan dengan calon wakil gubernur Puti Soekarno, Kiai Said Aqil dan Cak Imin all out mendukung Gus Ipul-Puti. Bahkan Kiai Said dalam kapasitas sebagai ketua umum terang-terangan mendukung Gus Ipul-Puti di depan publik tanpa risih sedikitpun.

Ternyata pada Muktamar ke-32 NU di Lampung mereka pecah kongsi. Gus Ipul “meloncat” ke kubu Gus Yahya, meninggalkan Kiai Said Aqil yang masih satu kubu dengan Cak Imin. Bahkan Gus Ipul disebut-sebut punya andil besar dalam kemenangan Gus Yahya sehingga diangkat menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU.