Bediding Melanda Jawa Timur, BMKG Imbau Warga Waspada Dingin saat Puncak Kemarau

Bediding Melanda Jawa Timur, BMKG Imbau Warga Waspada Dingin saat Puncak Kemarau Ilustrasi. Foto: Ist

BANGSAONLINE.com - Suhu udara yang lebih dingin dari biasanya belakangan ini dirasakan masyarakat di sejumlah wilayah Jawa Timur, terutama pada malam hingga pagi hari. Fenomena ini dikenal sebagai bediding, yaitu kondisi turunnya suhu udara secara signifikan di musim kemarau.

BMKG menyebut, bediding sebagai fenomena alamiah yang kerap terjadi pada puncak kemarau, khususnya antara Juli hingga Agustus.

Dilansir dari laman resminya, penyebab utama bediding adalah kondisi atmosfer yang cerah dan minim awan pada malam hari. 

Panas yang diserap permukaan bumi pada siang hari mudah terlepas ke atmosfer saat malam, sehingga suhu menurun drastis.

Selain itu, kelembapan udara yang rendah karena minimnya uap air membuat udara terasa lebih kering dan dingin. Faktor lain yang memperkuat bediding adalah angin muson timuran dari Australia yang membawa massa udara kering dan dingin ke wilayah selatan Indonesia, termasuk Jawa Timur.

BMKG menyebut suhu di dataran tinggi seperti Batu, Pacet, dan Malang bisa turun hingga 19°C, bahkan lebih rendah. Suhu ekstrem pernah tercatat di Malang dengan angka 11,3°C pada Agustus 1994.

Meski tergolong fenomena musiman yang wajar, bediding tetap berdampak pada kesehatan masyarakat. BMKG mengimbau agar masyarakat mewaspadai perubahan suhu ini, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.

“Disarankan agar warga mengenakan pakaian hangat saat malam dan pagi hari, mencukupi kebutuhan cairan dan gizi, serta menjaga daya tahan tubuh. Aktivitas luar ruangan pada malam hari juga sebaiknya dikurangi jika tidak mendesak,” tulis BMKG.

Fenomena bediding diperkirakan berlangsung hingga Agustus 2025, bersamaan dengan puncak musim kemarau. BMKG mengingatkan bahwa pemahaman akan penyebab dan dampaknya penting agar masyarakat bisa lebih siap dan menjaga kesehatan selama kemarau berlangsung. (rom)