
SURABAYA,BANGSAONLINE.com - DPC PDIP Kota Surabaya blusukan menyusuri perkampungan padat penduduk di kawasan Jl. Kapas Lor, Kelurahan Kapas Madya Baru, Kecamatan Tambaksari, untuk memberikan paket bantuan makanan bergizi kepada anak yang terindikasi mengalami stunting.
Kegiatan ini menegaskan komitmen PDIP untuk ikut serta dalam upaya penuntasan stunting di Kota Surabaya.
Plt. Ketua DPC PDIP Surabaya Yordan M Bataragoa mengatakan, stunting sebagai masalah serius karena berpotensi menghambat masa depan generasi muda Indonesia, tidak hanya dari sisi fisik tetapi juga berdampak pada tingkat kecerdasan.
“Kalau balita sudah stunting, ke depan akan sulit berkembang. Potensinya terhambat. Satu anak stunting pun sudah terlalu banyak,” jelasnya pada Senin (18/08/2025).
Menurutnya, setiap anak yang lahir berhak tumbuh sehat jasmani maupun rohani. Karena itu, pemerintah bersama masyarakat harus memastikan tidak ada satupun anak yang terlahir dan tumbuh tanpa perhatian.
Yordan menekankan pentingnya peran PDIP Surabaya dalam mengawal kebijakan pemerintah kota diantaranya menekan angka stunting hingga 0 persen.
"Karena persoalan stunting menjadi atensi khusus dari Ketua Umum PDI Perjuangan ibu Megawati Sukarno Putri," tegasnya.
“Program pemerintah harus dikawal oleh partai agar benar-benar mencapai tujuan. Apalagi kita ini partai pengusung wali kota dan wakil wali kota. Jadi harus memastikan penanganan stunting berjalan maksimal,” imbuhnya.
Yordan menerangkan, sebagai bentuk komitmen, DPC PDIP Surabaya menugaskan seluruh jajaran kader hingga tingkat anak ranting untuk terlibat aktif. Mereka diminta melakukan pendataan, pemantauan, hingga melaporkan perkembangan kondisi anak stunting di wilayah masing-masing.
Sementara itu Penanggung Jawab atau Person In Charge (PIC) Surabaya Menuju Zero Stunting DPC PDIP Surabaya Khusnul Khotimah menjelaskan, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya angka stunting di Surabaya menunjukkan penurunan signifikan.
Pada 2021 tercatat 28,9 persen, kemudian turun menjadi 4,8 persen pada 2022, dan berlanjut menjadi hanya 1,5 persen pada 2023. Hingga tahun 2025 terpantau sebanyak 308 balita terindikasi stunting.
Khusnul menjelaskan, meski angka stunting di Surabaya sudah mendekati nol persen, kondisi ini tetap dianggap dinamis. Sebab, setiap tahun ada kelahiran baru yang berpotensi mengalami gangguan tumbuh kembang.
“Kalau sekarang sudah nol pun, enam bulan lagi bisa muncul kasus baru. Karena ada anak lahir dengan kondisi bawaan tertentu. Jadi harus terus dipantau dan ditangani,” tambahnya.
DPC PDIP Surabaya berharap, lewat kolaborasi pemerintah kota dan partai politik, angka stunting di Surabaya dapat ditekan hingga benar-benar tuntas, sehingga tidak ada lagi anak yang kehilangan haknya untuk tumbuh sehat dan cerdas.