
MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Puluhan ribu santri Pondok Pesantren Amanatul Ummah melakukan shalat ghaib dan tahlil untuk korban reruntuhan gedung Al Khoziny Buduran Sidoarjo. Shalat ghaib itu bahkan dilakukan di lima tempat secara serentak.
“Di Masjid Raya KH Abdul Chalim Pondok Pesantren Amanatul Ummah dipimpin saya,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim MA saat khutbah Jumat di Masjid KH Abdul Chalim Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, Jumat (3/10/2025).
Menurut Kiai Asep, shalat ghaib juga dilaksanakan di Masjid kampus Universitas KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto.
“Di Masjid Kampus KH Abdul Chalim dipimpin Syaikh Ahmad Muhammad Mabruk,” kata pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu lagi. Syaikh Mabruk adalah ulama asal Mesir yang sedang bertugas di Pondok Pesantren Amanatul Ummah.
Kemudian, menurut Kiai Asep, shalat ghaib juga dilakukan di Madrasah Hikmatul Amanah yang letaknya di sebelah kampus Universitas KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto.
“Di Hikmatul Amanah dipimpin oleh Ustadz Ainul Yaqin,” ujar putra pahlawan nasional KH Abdul Chalim itu lagi
Menurut Kiai Asep, shalat ghaib juga dilakukan di Pondok Pesantren Amanatul Surabaya.
“Di Amanatul Ummah Surabaya dipimpin Ustadz Alwi,” tutur Kiai Asep. “Sedangkan di MBI Amanatul Ummah Surabaya dipimpin Ustadz Hakim.”
“Jadi shalat ghaib dilakukan puluhan ribuan santri. Belum lagi pondok-pondok pesantren yang lain dan masjid-msjid yang lain,” tegas Kiai Asep.
Kiai Asep dan santri Amanatul Ummah shalat ghaib dan tahlil seusai shalat Jumat. Pantauan BANGSAONLINE, khutbah Jumat Kiai Asep juga banyak membahas tentang musibah yang menimpa para santri Al Khoziny.
Kiai Asep yakin bahwa para santri yang wafat karena reruntuhan gedung di Akhoziny itu syahid.
“Mereka meninggal saat mencari ilmu,” kata Kiai Asep. Apalagi, tegas Kiai Asep, mereka wafat saat shalat Ashar berjemaah.
Kiai Asep mengajak kepada semua pihak untuk introspeksi. Termasuk para kiai pengelola pesantren.
Menurut Kiai Asep, kita juga tak bisa melawan takdir. “Sekuat-kuat tenaga kita tak bisa menghalau takdir,” ujarnya.
“Semua orang akan menghadapi kematian. Hanya saja penyebabnya yang berbeda. Di Buduran disebabkan keruntuhan,” tambah Kiai Asep.
Dalam ajaran Islam, tegas Kiai Asep, ketika kita mendapat kenikmatan harus bersyukur. “Lain syakartum laazidannakum,” kata Kiai Asep mengutip Al Quran Surat Ibrahim ayat 7.
Ayat tersebut lengkapnya: Lain syakartum laazidannakum walain kafartum inna adzabi lasyadid. Artinya, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Tapi ketika kita mendapatkan musibah, kata Kiai Asep, mereka sabar dan pasrah kepada Allah. Kiai Asep mengutip Al Quran Surat Al Baqarah ayat 156. Yaitu Idza ashabatkum mushibatun qaaluu Innalillahi wainna ilaihi roji’un. Artinya, orang-orang apabila ditimpa musibah berkata; sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada Allah kami akan kembali.
“Ini ajaran menakjubkan,” tegasnya.
Kiai Asep sendiri mengaku tak kuat melihat santri Al Khoziny yang tertimpa musibah. “Karena kata Nabi santri itu harus diaanggap sebagai anak kandung sendiri,” kata Kiai Asep.