Lewat Aplikasi BSCMU.com, Kini Warga Medokan Ayu Bisa Pantau Omzet Sampah Sendiri

Lewat Aplikasi BSCMU.com, Kini Warga Medokan Ayu Bisa Pantau Omzet Sampah Sendiri Tim Dosen Fakultas Teknik dan Desain Universitas Hayam Wuruk (UHW) Perbanas Surabaya bersama anggota Komunitas Bank Sampah Medokan Ayu menunjukkan tampilan aplikasi BSCMU.com.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Masyarakat Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, kini dapat merasakan inovasi digital aplikasi BSCMU.com yang baru saja di-launching.

Aplikasi BSCMU.com memudahkan warga dalam mengetahui secara langsung berapa omzet atau nilai ekonomi dari sampah yang telah mereka kumpulkan di Bank Sampah Cinta Medokan Ayu (BSCMU).

Langkah ini menjadi terobosan baru dalam dunia pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Aplikasi tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Komunitas Bank Sampah Medokan Ayu dan Tim Dosen Fakultas Teknik dan Desain Universitas Hayam Wuruk (UHW) Perbanas Surabaya, yang terdiri dari Hariadi Yutanto, S.Kom., M.Kom., Gaguk Suprianto, S.Pd., M.T., dan Laqma Dica Fitrani, S.Kom., M.MT.

Ketua tim pengembang, Hariadi Yutanto, menjelaskan bahwa BSCMU.com tidak hanya mencatat transaksi sampah, tetapi juga menampilkan data secara transparan dan real time tentang omzet atau saldo yang berhasil dikumpulkan oleh setiap nasabah bank sampah.

“Selama ini banyak warga yang rajin menyetorkan sampah, tapi tidak tahu seberapa besar nilai yang sudah mereka hasilkan. Melalui sistem digital ini, setiap nasabah bisa langsung memantau jumlah sampah yang dikonversi menjadi nilai uang,” jelas Hariadi.

Dalam aplikasi tersebut, setiap warga yang terdaftar memiliki akun pribadi layaknya rekening tabungan. Hasil pengumpulan sampah otomatis tercatat dalam bentuk saldo digital yang dapat diakses kapan saja. Bahkan, sistem ini memungkinkan warga mengetahui tren peningkatan atau penurunan omzet dari waktu ke waktu.

Selain fitur pencatatan dan pelaporan, BSCMU.com juga dilengkapi teknologi artificial intelligence (AI) yang membantu pengelola memberikan informasi cepat seputar data nasabah, jumlah setoran, dan peringkat kelompok bank sampah dengan omzet tertinggi.

“AI di dalam aplikasi ini berfungsi seperti asisten virtual. Pengelola tinggal mengetik pertanyaan seperti ‘siapa pengumpul terbanyak bulan ini?’ atau ‘berapa omzet total minggu ini?’, dan sistem akan menampilkan jawabannya secara otomatis,” tambah Hariadi.

Fitur unggulan lain adalah mini e-money, yang memungkinkan saldo hasil tabungan sampah digunakan untuk transaksi internal, seperti pembelian kebutuhan rumah tangga di lingkungan komunitas. Dengan begitu, warga tidak hanya menabung sampah, tetapi juga merasakan manfaat ekonomi langsung.

Pembina Komunitas Pahlawan Lingkungan Medokan Ayu, Nanang Andi, menilai aplikasi ini membuat warga semakin semangat menabung sampah karena bisa memantau hasilnya sendiri.

“Kalau dulu mereka hanya tahu beratnya saja, sekarang bisa tahu nilainya dalam bentuk uang. Ini membuat warga lebih termotivasi dan merasa hasil kerja mereka dihargai,” ujarnya.

Sementara Ketua LPMK Medokan Ayu, Rudy Judianto, menyebut inovasi ini sebagai langkah maju menuju masyarakat cerdas lingkungan.

“Selama ini kegiatan bank sampah sering dianggap hanya kegiatan sosial, tapi dengan sistem seperti ini warga jadi sadar bahwa sampah bisa punya nilai ekonomi nyata. Ini bukti bahwa teknologi bisa membawa perubahan positif di tingkat kampung,” tegasnya.

Melalui digitalisasi ini, Bank Sampah Cinta Medokan Ayu membuktikan bahwa inovasi tidak harus datang dari kota besar atau industri besar. Dari kampung Medokan Ayu, Surabaya, lahir sebuah sistem pintar yang mampu mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah, bukan lagi sekadar limbah, tetapi aset bernilai yang bisa dikelola, dipantau, dan menghasilkan omzet secara transparan.