Ditawari Presiden Bantuan Asrama senilai Rp 100 M, Kiai Asep Menolak Demi Kemandirian Pesantren

Ditawari Presiden Bantuan Asrama senilai Rp 100 M, Kiai Asep Menolak Demi Kemandirian Pesantren Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA foto bersama seusai Halaqah Penguatan Kelembagaan Pendirian Direktorat Jenderal Pesantren di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Senin (24/11/2025). Foto: M. Mas'ud Adnan/bangsaonline

MALANG, BANGSAONLINE.com – Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, mengaku bahwa pondok pesantren yang diasuhnya pernah ditawari bantuan gedung untuk asrama oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tapi pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu menolak secara halus.

“Saya sampaikan kepada presiden, terimakasih, saya mau mandiri dulu,” ujar Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, dalam Halaqah Penguatan Kelembagaan Pendirian Direktorat Jenderal Pesantren di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Senin (24/11/2025).

Selain Kiai Asep, juga tampil sebagai pembicara Prof Dr Ali Maskur Moesa, Mudir Ali JATMAN dan Prof Dr HM Zainuddin, dosen UIN Maliki Malang.

Hadir dalam acara itu Rektor UIN Maliki Prof Ilfi Nur Diana, Ketua Yayasan Pesantren Lirboyo KH Athoillah Sholahuddin Anwar, Kepala Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur Dr. H. Akhmad Sruji Bahtiar, Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang Dr KH Marzuki Mustamar, dan Ketua PCNU Kota Malang Dr KH Isroqunnajah.

Menurut Kiai Asep, bantuan itu berupa bangunan asrama yang nilainya sekitar Rp 100 miliar.

“Saat itu Pak Jokowi didampingi Pak Pratik. Saya duduk sekitar satu meter dari tempat duduk Pak Pratik,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.

Menurut Kiai Asep, bukan hanya Presiden Jokowi yang pernah nawari bantuan. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga pernah menawari bantuan. Tapi Kiai Asep juga tak berkenan.

“Amanatul Ummah sudah mampu mandiri. Lebih baik bantuan itu diberikan kepada pesantren-pesantren yang masih kecil, yang masih butuh bantuan,” tegas Kiai Asep di depan ratusan tokoh pendidikan dan kiai pengasuh pesantren yang datang dari berbagai daerah.

Kiai Asep menyarankan agar pesantren-pesantren besar lebih baik mandiri, tidak perlu minta bantuan kepada pemerintah. “Kalau kita tahu bagaimana rendahnya orang yang mengajukan proposal kepada kepala dinas sosial, kita tak akan minta bantuan,” kata Kiai Asep mengutip sebuah Hadits.

Terkait tata kelola pondok pesantren, Kiai Asep memberi contoh kegiatan ekonomi di Pondok Pesantren Amanatul Ummah. “Istri saya mengelola kantin saja penghasilannya Rp 2 miliar tiap bulan,” kata kiai miliarder tapi dermawan itu.

Kiai Asep mengungkap tujuh rahasia sukses belajar santri. Pertama, al-jiddu wal muwaadlabah, berkesungguhan dan ajeg dalam berkesungguhan.

“Anak-anak harus selalu dimotivasi untuk bisa melakukan demikian,” jelasnya.

Kedua, taqliilul ghida’ (menyedikitkan makan). Menurut dia, kalau makan tidak boleh sampai kenyang. Tapi juga tidak boleh kelaparan. “Karena a al-bithnatu tudzhibul fath’ata, kenyang itu menghilangkan kecerdasan”,” ujarnya.

Ketiga, mudaawamatul wudlu’ selalu menjaga diri dalam keadaan suci dengan berwudlu. Menurut dia, wudlu’ itu cahaya. Dan ilmu juga cahaya. “Dan, ketika cahaya (ilmu) datang lalu diterima oleh murid yang bercahaya karena punya wudlu’, maka akan mudah menyatu,” kata Kiai Asep.

Keempat, qira’atul quran bi nadzran, yaitu: membaca Al-Qur'an dengan melihat tulisanAl-Qur'annya. Bukan dengan hafalan. “Karena dengan melihat tulisan al-Quran kita akan berpikir,” tegasnya.

Kelima, tarkul ma’aashi, tidak boleh bermaksiat.

Keenam, melaksanakan shalat malam. Di Amanatul Ummah praktik salat malam 12 rakaat dengan enam kali salam plus witir 3 rakat dengan dua kali salam.

Ketujuh, tidak boleh jajan di luar pesantren. Karena makanan di luar lebih mendekati najis dan kotor. Selain itu makan di luar dilihat banyak orang. Kadang ada orang ingin membeli makanan itu tapi tak punya uang. Sehingga dia hanya bisa melihat saja.

“Ini menghilangkan barokah makanan itu,” ujar kiai yang gemar bersedekah itu.

Menurut Kiai Asep, pesantren yang melarang santrinya makan diluar ini memang bisa mengurani perputran ekonomi pada masyarakat sekitar. Tapi, kata Kiai Asep, masyarakat di sekitar Amantul Ummah diberi pekerjaan untuk laundry pakaian santri.

“Sebagai pengabdian kepada masyarakat, sebanyak 850 KK penduduk sekitar diberi pekerjaan mencuci pakaian para santri,” kataputra KH Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri NU dan pejuang kemerdekaan yang pada 10 Novembe 2023 mendapat anugrah gelar pahlawan nasional.

Tekait Pendirian Direktorat Jenderal Pesantren, Kiai Asep berharap pemerintah memberi akses ke pesantren-pesantren kecil, terutama soal dana. Tapi, kata Kiai Asep, setelah pesantren yang dapat bantuan itu bisa mandiri sebaiknya tidak minta bantuan lagi.