Waspadai Game Kekerasan, Surabaya Gandeng Densus 88 Edukasi Pelajar

Waspadai Game Kekerasan, Surabaya Gandeng Densus 88 Edukasi Pelajar Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat menghadiri Deklarasi Anak Surabaya Digital Aman dan penandatanganan Tri Darma Digital secara serentak, Kamis (27/11/2025). Foto: Hms

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Menandai momentum Hari Anak Internasional, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya meluncurkan komitmen serius untuk membatasi paparan konten digital berbahaya bagi pelajar. Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, secara tegas menyoroti bahaya game daring yang mengandung unsur kekerasan dan dampaknya terhadap pembentukan mental generasi penerus kota.

Komitmen ini diresmikan melalui Deklarasi Anak Surabaya Digital Aman dan penandatanganan Tri Darma Digital secara serentak, Kamis (27/11/2025). Kegiatan kolaboratif ini melibatkan BNN, Densus, Kepolisian, Komnas Perlindungan Anak, NGO, dan berbagai pihak lain, yang berfokus pada pengawasan ketat penggunaan konten digital oleh anak-anak.

Wali Kota Eri menekankan bahwa ancaman game digital, mulai dari simulasi perampokan hingga konten yang secara halus memperkenalkan perilaku seperti penyalahgunaan zat terlarang dalam alur permainan, dapat mengontaminasi pola pikir anak.

"Permainan daring yang berbau kekerasan sangat berbahaya karena dapat mengontaminasi pola pikir dan membentuk karakter anak menuju hal-hal yang tidak baik. Game-game ini bahkan secara halus memperkenalkan perilaku berbahaya, dan ini tanpa disadari membenarkan tindakan negatif dalam pikiran anak,” terang Wali Kota Eri.

Menurut Wali Kota Eri, demi menyelamatkan potensi anak-anak yang kelak akan memimpin Surabaya, Pemkot Surabaya bertekad mengembalikan pola pikir mereka ke jalur yang positif. Fokus perlindungan ini tidak hanya menyasar pelajar SMP, tetapi juga SD, dengan perhatian khusus ditujukan kepada peran orang tua.

“Orang tua tentu memiliki harapan besar terhadap prestasi anak. Namun, keseimbangan antara akademik dan interaksi sosial tetap penting agar anak dapat tumbuh dengan karakter dan mental yang kuat. Lingkungan yang baik dan suportif menjadi bagian penting dalam proses tersebut," jelasnya.

Wali Kota Eri melanjutkan, anak yang minder atau kesulitan mengemukakan pendapat sering kali diakibatkan oleh kurangnya interaksi sosial karena terlalu lama menghabiskan waktu di rumah untuk belajar.

“Oleh karena itu, Pemkot Surabaya melalui Dinas Pendidikan (Dispendik), meminta sekolah untuk aktif membentuk lingkungan yang mendukung sosialisasi, di samping pembentukan Satuan Tugas (Satgas) di setiap sekolah yang terdiri dari Guru Bimbingan Konseling (BK) untuk memantau dan mengawasi perilaku siswa,” ujar dia.

Sementara itu, Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh, menambahkan bahwa Pemkot Surabaya ingin memastikan para pelajar SD dan SMP di Kota Pahlawan menggunakan media digital secara sehat dan bertanggung jawab. Menanggapi instruksi Wali Kota Eri untuk membentuk Satgas, Yusuf menjelaskan bahwa ini adalah upaya penguatan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPKS).

"Semakin banyak tim yang mengingatkan dan semakin banyak ruang bagi anak-anak untuk curhat, semakin baik. Tujuannya adalah memastikan anak-anak memiliki wadah yang tepat dan terfasilitasi sehingga mereka tidak salah memilih tempat untuk mencurahkan isi hati," jelasnya.

Yusuf menegaskan bahwa kunci utama keberhasilan program ini adalah sinergi antara sekolah dan orang tua. Ia meminta orang tua mulai menetapkan waktu yang jelas untuk istirahat, belajar, dan waktu berekspresi secara edukatif.

"Orang tua harus tahu jam pulang putra-putrinya dan membagi tugas dengan sekolah dalam pengawasan, termasuk pengaturan penggunaan sarana digital di rumah. Saat ini sudah banyak referensi game positif dan buku elektronik edukatif, dan inilah yang harus diarahkan kepada anak-anak," pungkasnya. (ari/rev)