TUBAN, BANGSAONLINE.com - Gembar-
Seperti yang dialami Muntholib (70) pelaku usaha pembuat tahu asal Desa Wanglu Kulon, Kecamatan Senori, Tuban. Ia mengaku, selama 40 tahun menjalankan usaha membuat tahu, sekalipun belum pernah mendapat perhatian maupun bantuan dari Pemkab.
Baca Juga: Masyarakat Keluhkan Tingginya Denda Tilang yang Dijatuhkan PN Tuban, Tertinggi Rp750 ribu
Untuk menjalankan usaha, ia mengaku hanya bermodal dengkul alias pengalaman pribadi. Tahu tersebut dicetak sendiri di belakang rumah, kemudian dipasarkan keliling kampung.
"Maklum tidak kuat bayari karyawan jadi dilakukan sendiri, dan terkadang dibantu 2 anak dan 1 menantu," ungkap Tholib sapaan akrabnya saat ditemui di kediamannya sambil membuat tahu, Minggu (10/1) sore.
Ia mengatakan, di usianya yang sudah senja ini, tak mungkin lagi mengerjakan usahanya seorang diri. Oleh karena itu ia kini berharap ada bantuan dari pemerintah.
Baca Juga: Penyidik Satreskrim Polres Tuban Mulai Periksa Korban Dugaan Penggelapan Dana BMT AKS Bancar
Pengalaman pahit asam dalam menjalani usaha tahu sudah dirasakan Tholib. Saat harga kedelai melonjak hati terasa "galau". Sebab, konsumen atau pelanggannya tidak mau dinaikkan. Sehingga, terpaksa ia memangkas ukuran tahu dari biasanya agar tidak gulung tikar.
"Sak itik-itik gak popo seng penting lancar lan halal (sedikit tidak apa-apa yang penting lancar dan halal)," terang anggota jama'ah tahlil desa setempat ini.
Tholib menyadari, dengan hanya modal berpendidikan Sekolah Rakyat (SR) yang tidak lulus, sulit rasanya membesarkan usaha cetak tahu ini. Selain kendala tenaga, modal, ia juga kesulitan menggunakan ilmu manajemen perusahaan atau home industri. Maklum saja karena selama 40 tahun menjalankan usaha cetak tahu belum pernah sekalipun mendapat bimbingan maupun perhatian dari pemkab.
Baca Juga: Warga Resah Kawasan GOR Tuban Marak Aksi Maling Motor dan Helm
"Dikembangkan sendiri sak mlaku-mlakune," ungkapnya.
Ketika ditanya berapa produksi per hari, Tholib menjawab, per hari hanya mampu memproduksi kedelai sekitar 1/2 kwintal dan menjadi 4 cetakan. Sesudah dicetak, lalu tahu tersebut dijual keliling kampung, dititipkan pada tukang sayur, dijualkan anak di pasar dan dititipkan di toko-toko terdekat di wilayah Senori.
"Kalau untungnya ya gak banyak, tapi yang penting bisa buat makan dan ngasih upak dikit-dikit pada anak," tambah kakek bercucu 4 ini.
Baca Juga: Lewat Restorative Justice, Kejari Tuban Selesaikan Kasus Penganiayaan
Sementara itu, Kepala Dinas Perekonomian dan Pariwisata, Farid Ahmadi ketika dikonfirmasi terkait nasib yang dialami Muntholib belum memberi jawaban.
Tholib berharap, Pemerintah lebih perhatian pada pelaku UMKM yang ada di pelosok desa, tidak hanya di Kota. Selain itu, ia juga meminta agar pihak kecamatan lebih intensif mendata pelaku UMKM, supaya pelaku usaha merasa mendapat perhatian dari pemerintah.
"Tidak mendapat bantuan tidak apa, diperhatikan saja aku wes seneng," tambah Tholib. (wan/rev)
Baca Juga: Mediasi Gagal, Proses Hukum Kasus Perusakan Pagar Rumah Warga oleh Pemdes Mlangi Berlanjut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News