JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Jembatan penghubung antar kampung di Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang rusak. Material jembatan masuk ke dalam sungai dan membuat alirannya tersumbat. Akibatnya, selama seminggu ini lebih 70 hektar tanaman padi di sekitarnya terendam air yang meluap dari sungai.
Sawah dengan tanaman padi dengan usia tanaman 30an hari itu terancam mati, karena sudah seminggu terendam air. Lahan tanaman padi yang terancam rusak itu berada di Desa Kedung Betik, Desa Jombatan serta Desa Pojok Kulon. “Sudah lebih dari seminggu terendam. Kalau sampai sepuluh hari, ya jelas mati tanamannya,” ungkap Muhammad Rodi, Kepala Dusun Sapon, Desa Jombatan, saat ditemui wartawan, Rabu (27/01).
Baca Juga: Atasi Banjir Sejak 17 Tahun, Pemkab Jombang Normalisasi Sungai di Desa Sidokerto
Dia menjelaskan, rendaman air pada tujuh puluhan hektar lahan milik petani di desanya serta dua desa lainnya, disebabkan tersumbatnya aliran sungai. Aliran sungai tersumbat setelah putusnya jembatan penghubung antar kampung di Dusun Sapon Desa Jombatan.
Sumbatan pada sungai yang juga berfungsi sebagai saluran irigasi itu, kata Rodi, berasal dari material jembatan yang masuk ke sungai yang tidak bisa dibersihkan warga. “Tadinya mau dibersihkan bersama-sama oleh warga, tetapi karena berbahan beton kami tidak bisa. Akhirnya ya nyumbat sungai,” paparnya.
Ditambahkan, jembatan yang putus dan menjadi penyebab sumbatan sungai sebenarnya bukan jembatan permanen. Jembatan itu dibangun sekitar tahun 2010, saat berlangsungnya pembangunan jalan Tol Trans Java Seksi I. Jembatan itu dibangun untuk jalur melintas truk pengangkut material jalan tol.
Baca Juga: Selain Bantu Evakuasi Warga, BPBD Jatim Kirim Bantuan Logistik ke Mojokerto dan Jombang
“Waktu pembangunannya dulu masyarakat tidak tahu. Tahu-tahu lebar jembatan ditambah, setelah jadi banyak truk pengangkut material yang lewat sini,” ungkap M. Rodi.
Dia berharap, material bekas jembatan berbahan beton yang masuk ke sungai itu bisa segera diangkat. “Agar aliran tidak tersumbat, material bekas jembatan ini harus diangkat. Kalau tidak ya, tujuh puluh hektar lahan akan mati. Tujuh puluh hektar lho pak, gak main-main ini,” kata M. Rodi.
Harapan senada disampaikan Toni Syaifuddin, petani asal Dusun Sapon Desa Jombatan, Kecamatan Kesamben. “Kami berharap segera ada solusi dari jembatan yang jadi penyumbat aliran sungai ini,” katanya saat ditemui di lokasi.
Baca Juga: Banjir di Jombang Tak Kunjung Surut, Jumlah Pengungsi Bertambah
Sebelumnya, papar Toni, tidak kendala berarti pada lahan dan sawah mereka meski intensitas hujan yang turun cukup tinggi. “Sebelum jembatan ini rusak, air yang merendam sawah tidak sampai tiga hari sudah surut. Sekarang sudah seminggu lebih belum surut,” pungkas pemilik 1,5 hektar yang lahannya terendam air luapan ini. (ony/dur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News