CHINA, BANGSAONLINE.com - Presiden China Xi Jinping sebagai pemimpin tertinggi Partai Komunis yang berkuasa, memperingatkan rakyatnya, khususnya yang tinggal di Provinsi Xinjiang, untuk meninggalkan praktik ibadah Islam dan tetap memegang teguh ajaran ateisme Marxist.
Pernyataan Xi itu disampaikan dalam Konferensi Kerja Nasional Kedua Bidang Agama yang secara luas dilaporkan oleh stasiun televisi pemerintah CCTV, seperti dilansir Indian Express, Kamis (26/5).
Baca Juga: Prabowo ke China Bawa Tommy Winata dan Prayogo Pangestu, Siapa Dua Taipan Itu
Xi mengatakan peringatan itu ditujukan langsung kepada warga muslim Uighur yang dalam beberapa tahun belakangan dianggap melawan negara dengan berbagai protes dan serangan. Menurut pemerintah Negeri Bambu sebagian besar warga di Xinjiang sudah teradikalisasi dan kondisi ini bisa berdampak serius.
Provinsi Xinjiang memang terletak berdekatan dengan perbatasan Pakistan dan dari sanalah pemahaman Islam garis keras masuk ke China. Menurut sejumlah kalangan pidato Presiden Xi dalam konferensi itu juga ditujukan kepada pemerintah Pakistan supaya menyetop aliran pemahaman Islam garis keras ke Xinjiang.
Xi dengan tegas menyatakan tidak ada kompromi dalam kebijakan pemerintah untuk isu Islam garis keras ini. Dia juga memperingatkan rakyat untuk menolak segala pengaruh atau ideologi dari kelompok ekstremis Islam.
Baca Juga: Kesemek Glowing asal Kota Batu, Mulai Diminati Masyarakat Indonesia Hingga Mancanegara
Para pejabat Partai Komunis China jelas mendukung pernyataan Xi itu. Mereka memperingatkan warga untuk menentang segala jenis makanan halal. Pemerintah China selanjutnya akan melarang peredaran makanan halal karena menganggap hal itu adalah bagian dari kampanye perbedaan agama.
Dalam konferensi itu juga disebarkan sejumlah artikel yang isinya mendukung kebijakan pemerintah dalam bidang agama. Pada pemberitaan media pemerintah, Xinhua, 9 Mei lalu, dikatakan seluruh kader Partai Komunis China di setiap cabang harus bersatu menolak ajaran agama, terutama yang bisa membahayakan kondisi negara.
China sudah mengumumkan 2016 adalah tahun "Persatuan Antar Etnis dan Kemajuan", artinya jelas menolak masuknya pengaruh Islam.
Baca Juga: Ratusan Wisudawan Universitas Harvard Walk Out, Protes 13 Mahasiswa Tak Lulus karena Bela Palestina
Presiden Xi sudah mengumumkan untuk memperketat pengawasan atas praktik keagamaan, terutama Islam. Partai Komunis China juga sudah menyatakan Islam radikal adalah ancaman bagi keamanan negara dan Beijing akan menindak tegas siapa pun yang menyebarkan dan melakukan propaganda Islam.
Di Provinsi Xinjiang belakangan memang semakin banyak warga memperlihatkan praktik ajaran Islam seperti memelihara jenggot, berpuasa saat Ramadan, memakai hijab, konsumsi makanan halal, salat lima waktu dan seterusnya. Seluruh ibadah itu dianggap praktik antipemerintah dan jadi sasaran tindakan tegas aparat. (mer/ind/lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News