Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - "Inna allaaha ya'muru bial’adli waal-ihsaani wa-iitaa-i dzii alqurbaa wayanhaa ‘ani alfahsyaa-i waalmunkari waalbaghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruuna".
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Adil itu perilaku benar berdasar kaedah dan standar. Sedangkan ihsan itu perilaku kebajikan di atas standar kebenaran. Besaran bagian yang diterima ahli waris dari harta peninggalan mayit sebagaimana ditera oleh agama, misalnya: si A mendapat sekian, si B sekian, si C sekian adalah ketentuan Tuhan murni berdasar kebijakan-Nya sendiri yang pasti benar. Dalam pandangan agama, hal tersebut adalah mentah yang belum diolah dan belum didialogkan dengan kondisi obyektif yang mengitari pesan ayat. Al-qur'an menyebutnya sebagai "nashiba mafrudla", pembagian yang sudah ditentukan Tuhan.
Jika seseorang mati meninggalkan tiga anak, dua laki-laki dan satu perempuan dan total aset yang ditinggalkan sejumlah 5 milyar, maka masing-masing anak laki-laki mendapat dua milyar, sedangkan anak perempuan mendapat satu milyar. Itulah hukum waris yang sudah ditetapkan Tuhan dan itulah keadilan.
Sedangkan pembagian secara ihsan tidaklah demikian. Melainkan dilihat dulu keadaan ekonomi masing-masing ahli waris tersebut. Anak laki-laki pertama ekonominya sangat mapan, maka dia dituntut bermurah hati dengan hanya mengambil satu milyar saja. Anak lelaki kedua dengan kondisi ekonomi biasa, maka mengambil jatah aslinya, yakni dua milyar, sedangkan anak perempuan diberi dua milyar karena kondisi ekonominya agak parah. Itulah yang disebut ihsan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Pembagian macam ini cenderung beraroma ishlah dan Tuhan sangat menyukai. Hal itu karena sang hamba punya pengertian dan tinggi rasa kemanusiaannya, sehingga ikhlas memberi kepada saudaranya yang membutuhkan. Dengan demikian, ketentuan jatah bagi ahli waris seperti ditera dalam al-Qur'an adalah keputusan final ketika ahli waris tidak menempuh jalan islah atau tidak mau berbaik-baikan antar sesama. Jika ada yang mengalah dan pengertian, maka berbaik-baikan adalah cara yang dipuji Tuhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News