Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - "Inna allaaha ya'muru bial’adli waal-ihsaani wa-iitaa-i dzii alqurbaa wayanhaa ‘ani alfahsyaa-i waalmunkari waalbaghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruuna".
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Betapa tali kekeluargaan itu punya kekuatan batin yang sangat mendalam. Betapa kekuatan hubungan darah itu mampu menembus serat-serat agama. Betapa emosi darah daging itu mampu meretas situs-situs perbedaan, meski itu situs agama. Orang yang berbeda agama bisa saja mati-matian membela familinya, rela bertaruh nyawa demi saudara kandungnya. Walaupun saudaranya itu sedang menjalankan misi dakwah, sedang menebar, mengajarkan agama yang beda dengan agama yang dia anut.
Semisal Hamzah ibn Abd al-Muttalib, paman Nabi yang terkenal jagoan bertarung, bahkan semasa jahiliah dijuluki Singa padang pasir. Hal itu karena Hamzah adalah satu-satunya jagoan arab yang berhasil menundukkan singa padang pasir yang terkenal buas. Hamzah pernah bertarung melawan singa besar secara terbuka dan berhasil melumpuhkan. Itulah, maka masyarakat menjulukinya "Hamzah, sang Singa Padang Pasir". Singa padang pasir sejatinya ternyata adalah Hamzah, bukan singa-singa yang hewan, yang berkeliaran di padang terbuka.
Suatu ketika, Hamzah menyaksikan sendiri keponakannya, Muhammad SAW dizalimi oleh kelompok Abu Jahal, dilempari kotoran, jalannya dipasangi kayu berduri, diludahi dan pengikutnya disiksa. Spontan dia tersinggung berat dan marah besar. Hamzah berdiri di samping sang keponakan, sembari menghunus pedang dan mengancam: "Silakan kalian menolak, membenci, menolak agama yang dibawa oleh Muhammad. Tapi perlu saya ingatkan, bahwa Muhammad adalah keponakanku, maka jangan sekali-sekali ada yang berani menyentuhnya. Aku tidak segan-segan menebas leher kalian dengan pedangku ini. Ayo, majulah kemari jika anda laki-laki".
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Tentu saja mereka diam dan bubar. Sejak itu, jika para penjahat arab hendak merusuhi Nabi, harus berpikir seribu kali lebih dulu. Mereka akan diam tak berkutik saat ada Hamzah lewat di tengah-tengah kerumunan mereka. Seja itu pula, dakwah Nabi semakin lancar dan berpeluang, di samping jiwa relatif makin aman dari gangguan. Hamzah makin sayang dengan Nabi dan akhirnya menyatakan islam.
Tinjauan teologis, ini lebih pada pengaruh hidayah yang diberikan Allah SWT, bukan semata-semata karena hubungan keluarga. Nyatanya, Abu Lahab juga keluarga, sama-sama statusnya sebagai paman Nabi, tapi tetap saja kafir dan mati dalam keaadaan kafir. Iyadza billah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News