Sempat jadi Incaran Petugas, Jarwo Kini Sukses Jualan Tempe Dolly

Sempat jadi Incaran Petugas, Jarwo Kini Sukses Jualan Tempe Dolly Jarwo dengan tempe yang diproduksinya.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Bisnis halal di eks Lokalisasi mulai menunjukan hasil pasca penutupan. Adalah pria bernama lengkap Jarwo Susanto yang awalnya berdagang kopi untuk melayani para tamu wisma lokalisasi.

Pria yang lahir dan besar di kawasan Lokalisasi tersebut mengakui, kala itu penghasilannya cukup lumayan mengingat ramainya pengunjung lokalisasi terbesar se-Asia tenggara tersebut.

Baca Juga: Ramai Pengunjung, Kepo Market Sukses Gelar Bazar UMKM

Namun kondisi berubah, saat Wali Kota Tri Rismaharini memutuskan untuk menutup lokalisasi legendaris yang dirintis oleh Mami . Jarwo, sapaan akrab Jarwo Susanto, saat itu memilih berjuang melawan kebijakan Pemerintah Kota Surabaya guna melindungi lingkuan yang menjadi tumpuan hidupnya. Bergabung bersama gerakan tolak penutupan lokalisasi dan Jarak, Jarwo terlihat aktif kala itu.

Menjadi aktivis pada penutupan lokalisasi bukanya tanpa beban, Jarwo menjadi incaran petugas lantaran dinilai berada pada barisan depan mewakili pedagang. Selama menjadi aktivis penolakan penutupan lokalisasi, pria ini sempat beberapa kali melarikan diri dari rumahnya untuk menghindari incaran petugas kepolisian.

Jarwo menjelaskan, bahwa getolnya menolak penutupan lokalisasi, hanya untuk melindungi kepentingan pedagang yang saat itu memang menggantungkan hidupnya dari ramainya geliat prostitusi.

Baca Juga: Gus Afif Dukung UMKM Surabaya Bersertifikasi Halal

"Waktu itu, Saya hanya mikir pedagang seperti saya, kalau ditutup mau cari makan di mana? Modal pas-pasan, kakak-kakak saya juga berdagang di sekitar dolly," keluh anak ketujuh dari tujuh bersaudara ini.

Dari sepak terjang Jarwo menjadi Aktivis, alhasil, salah satu kakaknya ditangkap polisi di rumahnya, lantaran tak berhasil mencari Jarwo.

"Masku dicekel kok, nggoleki aku gak onok, padahal masku gak melok-melok, (mas saya ditangkap, padahal kakak saya itu tidak ikut apa-apa)," ujar Jarwo dengan logat Suroboyoannya yang khas.

Baca Juga: Gandeng Disperindag Jatim, Ketum Muslimat NU Khofifah Gelar Pasar Murah untuk Warga Wonocolo

Berhasil ditutupnya lokalisasi , Jarwo mendapat panggilan dari Kecamatan Sawahan untuk dilakukan pembinaan, kala itu Jarwo meminta alat untuk usaha membuat tempe.

"Saya dipanggil, ditanya, saya jawab mau usaha tempe, trus dimodali alat sama sedikit bahan. Dari modal itu, saya kembangkan terus," beber Suami Munasifah ini.

Tak langsung berkembang, usaha tempe Bang Jarwo (nama usaha tempenya), mengalami kesulitan dalam pemasaran yang membuat pria berambut keriting ini harus memutar otak.

Baca Juga: Jelang Piala Dunia U-17, Puluhan Pedagang Kecil Dilarang Berjualan di Sekitar Stadion GBT

"Biyen gak payu mas, sampean eruh dewe ngono lho,'' keluhnya.

Keuletan, serta kegigihan Jarwo dalam menjalankan usahanya, membuat berbagai kalangan mulai melirik. Dengan kemasan cara berdagang yang unik, kini Tempe Bang Jarwo banyak diminati masyarakat. Jarwo kerap menggunakan Sepeda Angin Antik serta berpakaian khas jawa saat menjajakan dagangannya.

Pemerintah Kota Surabaya pun saat ini kerap membawa Jarwo ke berbagai daerah untuk memamerkan keberhasilan dalam membina warga eks lokalisasi . Terbaru Jarwo diminta membagi kisahnya di hadapan warga Rembang Jawa Tengah. Dengan didampingi Bupati Rembang, Jarwo membagi kisahnya kepada para pelaku UKM di sana, sekaligus sebagai Duta Pemerintah Kota Surabaya.

Baca Juga: Gus Lilur Motivasi Pelaku UMKM agar Naik Kelas

Jarwo adalah potret, sosok masyarakat Surabaya yang polos, apa adanya, namun mempunyai semangat untuk maju dan berkembang. Jarwo tidak segan melawan Pemerintah Kota Surabaya saat penutupan lokalisasi , namun juga tak menolak ketika Pemerintah Kota membutuhkanya sebagai contoh pelaku usaha. Dulu diburu dan diincar, sekarang menjadi sosok yang membanggakan Kota Surabaya.(lan/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO