JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Nama mualaf ini Han Jaya. Lelaki yang mayoritas keluarganya beragama Katholik
ini, memeluk Islam berawal dari keanehan yang dia rasakan. Pria kelahiran Bogor
1981 ini mengaku, mendengar suara aneh yang tidak diketahuinya.
Hans mengaku sering mendengar suara Dzat. Awalnya, saya mengira itu suara
plastik polyceell yang dipecahkan satu-satu, tapi saya cari itu tidak ada
sumbernya.
“Saya
bingung karena tidak tahu itu suara apa. Sampai akhirnya saya baca buku seperti
ada yang menuntun untuk saya mengenal agama Islam," cetus warga Tionghoa
ini
Selama satu minggu mendengar suara aneh itu, dan yakin bahwa suara yang
didengarnya adalah suara Dzat dari agama Islam, dia meminta kepada asisstan
rumah tangganya yang biasa dipanggilnya 'ibu' untuk mengenalkan dia kepada
seseorang yang dapat menjelaskan keanehan yang dialaminya.
Baca Juga: Tertarik Ajaran Islam Sejak SMP, Wanita ini Ikrar Syahadat di Usia 25 Tahun di Masjid Al Akbar
“Oleh ibu
akhirnya saya di kenalkan oleh Pak Haji Maskuri. Dengan beliau, saya dituntun
kalau itu mungkin adalah jalan hidayah dari Allah," ujarnya.
Setelah diketahui, ternyata suara yang didengarnya itu adalah suara benturan
biji tasbih yang digunakan ketika berzikir. Dia pun semakin yakin kalau suara
itu adalah panggilan untuknya memeluk agama Islam.
Tidak butuh
waktu lama, Han meyakinkan hatinya untuk bersyahadat. Pada 22 Desember 2016
kemarin, dia memutuskan untuk bersyahadat di Masjid Al-Hidayah Pejaten,
Jakarta.
“Sempat ragu, karena ajaran Islam dan Katholik berbeda. Pertama dari keyakinan
Tuhannya sudah beda. Kalau di Katholik, meyakini Yesus yang di salib sebagai
Tuhan, tapi kalau di Islam kan beda. Tuhannya ya Dzat yang Maha Sempurna
(Allah)," ujarnya.
Sejak kecil, dari semua keluarganya, memang Han yang paling religius. Sejak SMP
Han sudah sekolah di sekolah Katholik hingga kuliah pun di luar negeri,
tentunya asing dengan ajaran Islam. Tapi, sejak mendapatkan hidayah, dia sangat
meyakini kalau Islam adalah yang paling tepat untuknya, meskipun ajarannya
berbeda.
Menurut Han, belajar shalat itu sulit. Bahkan, hingga saat ini, ketika shalat
Han masih belum hafal dengan bacaan shalat. Namun demikian, Han tak patah
arang. Dia justru menyempurnakan gerakan shalatnya dahulu.
“Saya sering merindukan waktu shalat. Sangat senang ketika mendengar azan
karena itu menandakan saya ada kesempatan untuk bertaubat dan semakin mendekatkan
diri pada Dzat yang Maha Sempurna," tutur Han.
Mengingat kepercayaan keluarganya yang asli dari Cina ini tidak percaya Tuhan,
Han pun sempat ditentang oleh ayahnya dan melarangnya shalat. "Sampai saat
ini, kalau ada papa dirumah, saya masih sembunyi-sembunyi kalau shalat. Tapi,
kalau mood-nya beliau lagi bagus, ya saya tetap shalat,” kata Han.
Meskipun masa waktu dirinya diberi hidayah sampai pada memeluk Islam itu sangat
singkat, tapi Han sangat yakin bahwa Islam sangat baik dan petunjuk untuk dirinya.
Han mengakui, saat ini, memang belum ada perbedaan secara kontras yang
dirasakan. Tapi, perlahan hatinya merasakan ketenangan yang tidak bisa
dijelaskan.
“Godaan masih sering datang. Kadang hati saya lemah dan ragu, tapi saya
berusaha untuk melawan itu semua dan meyakini dengan keimanan bahwa Allah
itulah yang Maha Sempurna. Perjalanan saya belajar Islam mungkin butuh waktu
panjang untuk menyempurnakan semuanya, mungkin sampai saya mati. Saya tidak
akan lelah untuk mempelajari Islam lebih serius lagi,” ucapnya. (republika.co.id/dur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News