KOTA KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Warga Kelurahan Tamanan, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jumat (10/2) pagi dibuat geger. Pasalnya, Muhamad Rizal (35) warga setempat diduga melakukan penistaan agama dengan cara merobek sejumlah kitab pujian umat Islam yang berada di mushola setempat. Akibat kejadian itu, sejumlah warga membawa Rizal ke Mapolsek Mojoroto untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dari informasi di lapangan, sebulan belakangan ini Rizal sudah membuat resah warga setempat. Sebab, setiap kali warga membunyikan pujian dengan mikrofon dan menunaikan sholat di mushola dekat rumah, pelaku selalu marah-marah dan meminta agar suara tersebut dihilangkan. Sementara warga tetap tidak menuruti permintaan pelaku.
Baca Juga: Astaghfirullah, Ayat Suci Alquran Dibuat Keset
Bahkan, Rizal juga mengancam hendak membunuh kiai yang menjadi imam di mushola tersebut. Dari pengakuan sejumlah warga, Rizal menilai sejumlah kegiatan yang dilakukan warga adalah sesat.
"Setiap kali kita mau sholat dan mau pujian di mushola, pelaku selalu mengamuk," ujar Yanto warga setempat.
Puncak kemarahan warga adalah Kamis (9/2) malam. Saat itu warga hendak menunaikan sholat Isya berjamaah. Tiba-tiba Rizal langsung menendang pintu mushola. Rizal yang masuk ke dalam mushola lantas mengambil sejumlah kita pujian dan merobek-robeknya hingga membuangnya ke dalam kamar mandi. Mendapati hal itu, warga yang semakin resah langsung melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Mojoroto.
Kapolsek Mojoroto, Kompol Didit Prihantoro mengatakan dari kejadian itu, pihaknya langsung melakukan mediasi pada sejumlah tokoh setempat bersama keluarga pelaku. "Kita kumpulkan warga bersama pelaku dan keluarganya. Bahkan kita juga panggilkan dokter spesialis psikologi dari Rumah Sakit Bhayangkara untuk mengecek kondisi kejiwaannya," ujarnya.
Didit menambahkan, dari hasil cek kejiwaan, ternyata pelaku sudah sebulan ini memang mengalami gangguan kejiawaan keyakinan. "Jadi dari hasil dokter Psikologi, pelaku ini tidak bisa menerima keyakinan orang lain di luar keyakinannya. Sehingga selalu diluapkan dengan emosi," jelasnya.
Mengetahui hasil itu, emosi warga setempat akhirnya mereda. Bahkan warga juga menerima dan mengalah dengan cara mengurangi suara volume mikrofon saat menunaikan sholat dan pujian di mushola dekat rumah pelaku. (rif/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News