REMBANG, BANGSAONLINE.com - Kementerian Perindustrian RI berkomitmen menjaga iklim usaha dan kepastian investasi di dalam negeri, terutama untuk sektor manufaktur strategis seperti industri semen.
Beroperasinya pabrik-pabrik semen di dalam negeri akan merealisasikan berbagai program pemerintah dalam pemerataan pembangunan dan kesejahteraan seluruh masyarakat di Tanah Air.
Baca Juga: Pembukaan GIIAS 2024, Adhy Karyono Sebut Ekspor Industri Otomotif Jatim Tembus 117,6 Juta USD
Salah satunya, pembangunan fasilitas produksi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. di Rembang, Jawa Tengah.
“Kepastian investasi pembangunan industri strategis seperti pabrik semen perlu dijaga keberlanjutannya karena membawa efek berganda bagi perekonomian daerah dan nasional, antara lain penyerapan tenaga kerja dan penumbuhan industri kecil berbasis semen yang bisa dikembangkan untuk masyarakat Rembang dan sekitarnya,” kata Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto, Minggu (19/3).
Kemenperin mencatat, jumlah investasi industri semen secara nasional mencapai Rp 15 triliun sepanjang tahun 2016.
Baca Juga: Petrokimia Gresik Terima Penghargaan National Lighthouse Industri 4.0 Dari Kemenperin
Secara keseluruhan, kinerja industri semen, kaca dan keramik cukup positif dengan pertumbuhan 5,46 persen atau di atas pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 5,02 persen tahun 2016.
Selain itu mampu berkontribusi terhadap PDB sebesar Rp 89,05 triliun atau 0,72 persen dari PDB nasional.
Diproyeksikan, nilai investasi pabrik semen Rembang mencapai Rp 4,9 triliun dengan jumlah tenaga kerja untuk mengoperasikan pabrik yang menggunakan teknologi canggih ini sekitar 261 orang.
Baca Juga: Dirjen IKMA Kemenperin Resmikan Gedung Sentra IKM Batik Kota Mojokerto
Selanjutnya, untuk mendukung unit lainnya bakal menyerap tenaga kerja mencapai 1.600 orang. Dari total peluang kerja tersebut, masyarakat lokal dan sekitarnya akan dilibatkan.
Menurut Airlangga, industri semen berperan sebagai penunjang utama dalam percepatan pelaksanaan proyek infrastruktur yang dicanangkan oleh pemerintah.
Contohnya, pembangunan infrastruktur logistik seperti jalan, pelabuhan, jembatan, dan bandara. “Kami telah berkoordinasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk meningkatkan penggunaan produk semen dalam negeri,” tuturnya.
Baca Juga: Bupati Gresik Terima Penghargaan dari Kemenperin
Sejauh ini, terdapat 16 perusahaan industri semen terintegrasi yang memiliki fasilitas penggilingan dan pengemasan, di mana 14 perusahaan bergabung dalam Asosiasi Semen Indonesia yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia.
Selain itu, terdapat tiga produsen lain yang belum dilengkapi dengan fasilitas produksi klinker.
Kapasitas produksi semen secara nasional tahun 2016 sebesar 95,5 juta ton dan diperkirakan mencapai 102,1 juta ton tahun 2017.
Baca Juga: Berikut Cara Cek IMEI iPhone Terdaftar atau Tidak
Pada 2016, kebutuhan domestik semen sebanyak 62 juta ton dan untuk ekspor sekitar 1,5 juta ton. “Kami terus dorong agar industri semen nasional memperluas pasar ekspor karena masih sangat potensial. Misalnya ke Australia dan beberapa negara Asia lainnya,” jelas Airlangga.
Industri semen sebagai sektor strategis laik ditetapkan sebagai obyek vital nasional. Status tersebut dapat memberikan jaminan keamanan dan kelancaran bagi investasi dan kegiatan produksi industri, termasuk perlindungan karyawan. “Selama ini produsen semen di Indonesia telah menerapkan prinsip industri hijau, di mana dalam proses produksinya melakukan upaya efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya secara berkelanjutan serta ramah lingkungan,” paparnya.
Beberapa perusahaan terbukti mampu memenuhi standar industri hijau yang ditetapkan oleh Kemenperin.
Baca Juga: SIG Raih Penghargaan P3DN Kategori BUMN Terbaik dari Kemenperin
Mereka yang berhasil meraih penghargaan industri hijau dari Kemenperin pada tahun 2016, antara lain Semen Indonesia Group (PT Semen Gresik, PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa), PT Holcim Indonesia Tbk, PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk, serta PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Sementara Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA), Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, pihaknya terus berupaya memacu daya saing industri semen nasional, antara lain dengan mengendalikan impor semen maupun klinker, mendorong diversifikasi produk barang-barang dari semen, serta penerapan dan penegakan Standar Nasional Indonesia (SNI) semen secara wajib maupun pengembangannya.
“Selain itu, kami juga meminta kepada pelaku industri semen di dalam negeri agar terus membangun budaya inovasi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif di tengah persaingan yang semakin ketat baik di tingkat regional maupun internasional,” katanya.
Baca Juga: 40 Mahasiswa Lulusan Terbaik Diploma 1 Didikan Petrokimia Gresik Siap Kerja
Menurutnya, inovasi tersebut akan menjadi keuntungan bagi perusahaan agar menjadi lebih efisien terutama dalam mengatasi kelebihan kapasitas produksi semen dalam negeri, yang sejak tahun 2015 mencapai 25 persen dari kebutuhan.
“Industri semen diharapkan dapat melakukan transformasi sesuai dengan perkembangan teknologi Industri 4.0 yang dapat diterapkan secara bertahap,” terangnya.
Lebih lanjut, kata Sigit, maraknya pembangunan perumahan dan properti juga menjadi faktor meningkatnya permintaan semen. “Sekitar 80 persen konsumsi semen digunakan oleh masyarakat," ujarnya.
Baca Juga: Kemenperin Dorong Blitar Terus Tingkatkan Produksi Gula
Bahkan, Sigit memastikan, untuk mengukur suatu negara terbangun atau tidak dapat dilihat dari pertumbuhan industri semennya. "Kalau industri semen di negara tumbuh, maka pembangunan di dalam negeri juga pasti tumbuh, begitu gampangnya," jelasnya.
Sementara pakar ekonomi Universitas Negeri Semarang (Unnes), Muhammad Feriady mengatakan, keberadaan pabrik semen Rembang dinilai akan berdampak positif pada sektor ekonomi mikro di daerah sekitarnya.
“Dengan jalannya kegiatan ekonomi dari beroperasinya pabrik semen, maka sektor lain seperti industri kecil dan menengah (IKM) juga berpeluang akan hidup,” ujarya.
Lebih lanjut, kata Feriady, industrialisasi di sebuah provinsi akan berpengaruh pada pendapatan asli daerah (PAD).
Dalam hal ini, tentu pembangunan di Jawa Tengah akan lebih baik lagi ke depannya. "Jika pembangunan infrastruktur dan SDM berjalan baik, maka angka kesejahteraan juga akan meningkat. Terutama di daerah sekitar Rembang yang merupakan salah satu wilayah yang tergolong miskin di Jawa Tengah,” pungkasnya. (hud/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News