KAWASAN Ampel dikenal sebagai kawasan religi. Pasalnya, di kawasan tersebut terdapat Makam Sunan Ampel. Tak heran, hampir setiap hari para peziarah mendatangi lokasi tersebut. Dari sekian banyak nama kampung di kawasan Ampel, ada salah satu nama kampung yang paling awal berdirinya, yakni Ampel Suci. Orang-orang lama mengistilahkan nama-nama kampung mereka dengan nama Ampel Suci karena berdirinya kampung ini bersamaan dengan dibangunnya Masjid Ampel Denta itu sendiri.
Adapun nama-nama kampung Ampel itu mulai dari Ampel Suci, Ampel Masjid, Ampel Maghfur, Ampel Kajeron, Ampel Lonceng dan sebagainya.
Baca Juga: Kampung Narkoba di Jalan Kunti Surabaya Kembali Digerebek: 23 Pecandu Direhab, 2 Pengedar Ditangkap
“Orang-orang jaman dulu hanya mengenal satu nama kampung yaitu Ampel Suci,” ungkap Muh Zainal Arifin (40), Ketua RT Kampung Ampel Suci, kepada BANGSAONLINE.com.
Sesuai dengan SK Walikota Nomor: 188.45/251/402.1.104/1996, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menetapkan Masjid Ampel Denta Jl Ampel Suci No. 45 Surabaya sebagai Bangunan Cagar Budaya. SK tersebut menyebutkan bahwa pembangunan Masjid Ampel dilakukan sekitar tahun 1420 M.
“Adanya SK Wali Kota itu lebih menguatkan keberadaan kampung Ampel Suci sebagai kampung tertua karena dipakai sebagai alamat masjid kuno tersebut,” jelas Totok, Staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya.
Baca Juga: Polisi Bongkar Motif Janda Dibunuh Kekasih di Surabaya, Dipicu Surat Gadai Emas
Zainal mengaku, jumlah penduduk asli yang tinggal di Ampel Suci saat ini hanya tinggal tiga rumah saja. Sedangkan sisanya yang mayoritas itu adalah para pendatang.
“Dari total jumlah rumah sebanyak 53 buah yang menjadi warga saya itu, sekarang hanya tinggal 25 persen saja. Banyak pemilik toko yang sudah lama tinggal, mereka jual ruko (rumah toko) kepada para pendatang baru,” tuturnya.
Para pemilik toko sekarang yang berjumlah 50 buah itu semuanya rata-rata bertempat tinggal di luar Kampung Ampel Suci. Praktis, aktivitas dari para warga tidak jauh dari perniagaan karena satu kampung penuh dengan rumah-rumah yang disulap menjadi toko.
Baca Juga: PT Umroh Kilat Indonesia, Prioritaskan Beri Edukasi ke Para Jemaah
“Yang jaga toko di sini adalah para pemiliknya langsung. Setelah toko tutup mereka pada pulang ke rumahnya masing-masing,” imbuhnya.
Meski begitu, mereka tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai umat muslim yakni mengerjakan shalat lima waktu. Pada saat dikumandangkannya adzan, mereka rela meninggalkan perniagaannya tanpa rasa takut kehilangan barang dagangannya karena dicuri.
Menjelang datangnya bulan suci Ramadan, tidak ada persiapan khusus seperti membuat kue apem umumnya untuk ‘megengan’.
Baca Juga: Korban Tewas, Begal Perempuan di Surabaya Hanya Dikenakan Pasal Curat, Pengacara Beberkan Alasannya
“Di sini (Ampel Suci) tidak mengenal istilahnya megengan. Menjelang datangnya bulan puasa tradisi di sini biasanya kita sambut dengan acara nisyfu sya’ban yakni, membaca surat Yasin sebanyak tiga kali di Masjid Ampel,” tandas pria yang sudah empat generasi menjadi warga asli kampung ini.
Zainal melanjutkan, ada tradisi yang biasa diikuti oleh warga terkait dengan tradisi dari Masjid Ampel yakni, setiap malam Jumat Legi menggelar seni hadrah Ishari. Selain itu, ada juga saat memperingati Haul Sunan Ampel disertai pembacaan Yasin dan Tahlil lalu dilanjutkan dengan Kirab Habaib. Kemudian malamnya digelar ceramah agama serta membaca Al Quran.
Desain kampung yang panjangnya sekitar 600 meter ini cukup unik karena sepanjang kampung ditutupi oleh kanopi yang dihiasi ornamen ukir-ukiran kayu, sampai menuju ke gapura masuk Masjid Ampel. Di dalam Kampung Ampel Suci ini juga bisa ditemukan masjid kuno dengan nama Masjid Goebah. Sesuai dengan namanya, masjid ini posisinya masuk ke dalam Kampung Ampel Goebah, namun bagian depannya beralamatkan Jl Ampel Suci No. 19. (ian/lan/bersambung)
Baca Juga: Hearing Lanjutan soal RHU dan Efek Pengendara Mabuk, DPRD Surabaya Soroti SOP, Perizinan, dan Pajak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News