JelangLebaran, Pesanan Krecek Mojokerto Melonjak

JelangLebaran, Pesanan Krecek Mojokerto Melonjak Ratusan lembar kulit bahan baku krecek dijemur. foto:gunadhi/BANGSAONLINE

MOJOKERTO (bangsaonline) - Mendekati lebaran, pesanan krecek (krupuk rambak) sapi di Desa Kauman, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto meningkat tajam. Puluhan perajin krupuk rambak di sentra rambak inipun menangguk omzet berlipat hingga dua ratus persen.

Cita rasa dan harga yang bersaing dengan produk serupa daerah lain agaknya menjadikan rambak Bangsal kian diburu pedagang dan penikmat cemilan berbahan kulit sapi tersebut. Agar semua pesanan terpenuhi tepat waktu, para perajin harus bekerja ekstra. Para pekerja yang berasal dari desa setempat pun kerja lembur.

Baca Juga: HUT ke-44 Dekranasda, Pj Isye Berharap Meningkatnya Kualitas IKM dan UKM Jatim

Komsum, salah satu perajin krecek krupuk rambak mengaku kuwalahan melayani pemesanan. Jika hari biasa ia mengolah kulit sapi menjadi krecek kisaran 3 ton per minggu, kini berlipat menjadi 6 ton perminggu. Jam kerja dan tenaga kerja pun harus ditambah. Sedang harga krecek rambak ukuran stik yang biasanya dibandrol Rp 60 ribu perkilogram, kini dipasang harga Rp 87 ribu perkilogram.

“Sebenarnya bukan harganya naik, tapi disesuaikan saja. Karena harga bahan dasarnya (kulit sapi) juga naik,'' ungkap Komsum. Kosum yang mengawali memroduksi krecek kulit rambak beberapa tahun lalu ini pun menjelaskan, pembuatan krecek krupuk rambak diawali dari proses memasak kulit sapi yang masih berupa lembaransetelah memalui proses perendaman dalam bak besar yang diisi dengan air kapur yang sudah jernih. Proses ini cukup rumit.

Kulit di masak dalam air kapur yang mendidih hingga kulit sapi melar menjadi lebih tebal dari aslinya. Setelah matang dan melar, kulit ditiriskan dengan cara dijemur, namun tidak sampai kering karena sebatas untuk menghilangkan air sisa pencucian. Selanjutnya kulit digulung dan dipotong dengan menggunakan pisau khusus agar berukuran sama dalam bentuk memanjang seperti potongan kain. Potongan kulit yang menyerupai kain ini lalu dipotong lagi dengan ukuran tetap memanjang hingga menyerupai stik berukuran satu sentimeter dengan panjang sepuluh sentimeter. Proses pemotongan kulit ini oleh Kosum diserahkan ke pekerja perempuan. Alasan ia, perempuan lebih telaten. Setelah menjadi potongan-potongan kecil menyerupai stik, dilakukan proses penjemuran langsung di bawah terikmatahari. Konsum memilih sinar matahari daripada oven atau pemanas mesin lantaran hasilnya lebih baik.

Baca Juga: Resepsi Milad Aisyiyah ke-105, Bupati Sidoarjo Harapkan Aisyiyah Melek Digital

“Dijemur dibawah terik matahari lebih baik. Krecek kulit lebih mengembang saat digoreng,” terangnya.

Setelah benar-benar kering dan keras, kulit potongan kecil ini siap digoreng. Proses penggorengan ini disebut ‘ngalup’, yakni pemanasan krecek kulit diatas api dengan suhu yang tidak terlalu panas. Minyak yang digunakan untuk menggoreng sudah dicampur dengan bumbu rempah-rempah. Kulit rambak digoreng hingga kering namun tidak sampai mekar hingga berbentuk krecek. Krecek kemudian dikemas dalam plastik dan siap untuk dipasarkan.

“Pemesan bukan saja dari daerah Mojokerto, tapi juga puluhan daerah lain di Jawa, Kalimantan, Sumatra, Bali dan lainnya,” tukas Komsun.

Baca Juga: Kader PKS Pelaku UKM Dapat Pelatihan Pemasaran Digital dari Genpro

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO