SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Sentra kain Ikat Jumput di Jl Pandegiling 1 tidak hanya memproduksi kain motif jumput, juga bermacam asesoris lain, seperti pashmina, baju, selendang, sarung bantal kursi, dompet, tas, juga sepatu. Demikian disampaikan oleh Murtiningsih (49), ketua kelompok ikat jumput tadi siang di rumahnya Jl Pandegiling 1/44 i.
“Selain kain, kita juga membuat produk lain, seperti pashmina, baju, selendang, sarung bantal kursi, dompet, tas, juga sepatu,” jelasnya.
Baca Juga: HUT ke-44 Dekranasda, Pj Isye Berharap Meningkatnya Kualitas IKM dan UKM Jatim
Awal mula adanya Sentra Ikat Jumput, yaitu pada tahun 2001 Murtiningsih sudah mempunyai kelompok yang bergerak dalam bidang seprai. Tetapi mereka hanya focus di penjahitan seprai nya saja. Lalu pada tahun 2005 ada pelatihan dari LSM tentang ikat jumput. Jadi, pada saat itu Murtiningsih dan kelompoknya mulai focus pada kerajinan ikat jumput.
“Saat ini sudah ada 15 orang dalam kelompok ikat jumput. Mereka sudah saya tempatkan di bagian masing-masing. Mulai dari spesialis desain, spesialis mewarnai, spesialisasi setrika, spesialisasi fiksasi. Biar bisa focus pada kerjaan masing-masing,” jelas Murti. Menurut penuturan Murti, anggota kelompok ikat jumput semakin meningkat. Mulai dari ibu-ibu sampai dengan karang taruna menjadi anggota kelompok ikat jumput tersebut. Kelompok ini tidak sembarangan menerima anggota baru, harus ada tes terlebih dahulu. “Harus ada quality kontrolnya,” tambahnya.
Selain menjadi ketua kelompok Sentra Ikat Jumput, Murti juga mengajar di Universitas Ciputra dan Lassale collage cabang Kanada jurusan desain. Biasanya Murti mengajarnya bersama tim yang terdiri dari 3 orang. Kalau murid lebih banyak, anggota tim nya juga lebih banyak. Selain di UC dan Lassale collage, Murti juga mengajar juga di Bapemas, DinKop provinsi, BKM. Murti mengaku bahwa batik ikat jumput ini unik, Karena motif yang dihasilkan tidak bisa diprediksi.
Baca Juga: Resepsi Milad Aisyiyah ke-105, Bupati Sidoarjo Harapkan Aisyiyah Melek Digital
Untuk waktu produksi, Murti tidak menjadwalkan harus berapa hari sekali atau seminggu sekali. “Produksi sewaktu-waktu dan fleksibel,” akunya. Proses pembuatan ikat jumput memerlukan waktu sekitar 2-3 hari mulai dari desain sampai fiksasinya.
Murti lebih focus untuk memilih segmen pasar yang menengah ke atas. Tetapi tidak menutup kemungkinan menyediakan produk untuk kalangan menengah ke bawah. “Untuk kalangan menengah ke atas seperti baju, Karena harganya ratusan ribu. Sedangkan untuk kalangan menengah ke bawah, kita menyediakan dompet, tas, sepatu, dll,” tambahnya.
Harga produk-produk ikat jumput bervariasi mulai dari Rp. 25.000 sampai dengan Rp. 350.000.Ada juga baju dengan harga Rp. 500.000. Hal tersebut dikarenakan produknya yang limited edition. “Buat yang limited edition, biasanya kita cuma bikin 5 pcs. Sedangkan untuk kain dengan motif umum kita bisa ready stock sampai dengan 200 pcs. Hal itu dilakukan jika ada permintaan pesanan mendadak,” aku Murti.
Baca Juga: Kader PKS Pelaku UKM Dapat Pelatihan Pemasaran Digital dari Genpro
Hingga saat ini, kelompok ikat jumput ini masih belum punya brand. Murti sudah mengajukan brand dengan nama “Tirtasari” sejak 2 tahun lalu. Tapi masih belum fix sampai saat ini. Walaupun tanpa brand, pemasaran ikat jumput ini sudah sampai Jakarta, Ambon, Rote, Palangkaraya, dan lain-lain lewat pameran-pameran yang diikuti oleh Murtiningsih. Produk-produknya juga sudah menyebar di seluruh Surabaya, dan Lumajang. “Kita juga nitip di Sentra UKM Merr, Siola, Balai Kota, dan Rukmaya,” aku Murti.
Omzet dalam sebulan sekitar Rp. 5 – 15 juta. Omzet meningkat ketika ada pameran dan pesanan dari Pemkot Surabaya. (megamelati/UTM)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News