PERNAHKAH Anda mengalami nyeri punggung, nyeri pada leher, atau nyeri wajah separuh? Setiap orang bisa terkena nyeri, bahkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Community Oriented Program for Control of Rheumatic Disease (COPORD) menemukan, bahwa prevalensi nyeri punggung masyarakat Indonesia mencapai sebesar 13,6 persen pada wanita dan sebesar 18,2 persen pada laki-laki.
Nyeri punggung pada umumnya bukan sesuatu yang berbahaya dan bisa sembuh sendiri tanpa harus dibawa ke dokter. Namun pada kondisi tertentu nyeri menyebabkan pasien sangat menderita, tidak mampu bergerak, susah tidur, tidak enak makan dan minum, cemas, gelisah, perasaan tidak akan tertolong dan putus asa. Keadaan saat ini tentu mengganggu kehidupan normal penderita sehari-hari.
Baca Juga: Flu Burung Bisa Menular ke Kucing hingga Sapi, ini Penjelasan Asosiasi Kedokteran Hewan
Dalam Workshop Interventional Pain Level I yang dilaksanakan di Surabaya selama dua hari (06-07/09/17), Dr. dr. Agus Turchan Sp. BS (K) Kepala Departemen Ilmu Bedah Saraf FK Unair menjelaskan bahwa penanganan nyeri punggung tidak harus berakhir dengan pembedahan jika memang tidak ditemukan indikasi yang mengharuskan tindakan pembedahan.
“Tidak selalu diatasi dengan operasi, jika memang tidak ada indikasi yang mengarah ke pembedahan. Untuk memberikan kenyamanan dan meningkatkan kualitas hidup, pasien bisa dilakukan tindakan pain management,” jelas dr. Agus kepada peserta workshop.
Ditambahan dr. Agus kepada peserta workshop, seorang dokter bedah saraf memiliki keunggulan dalam pelaksanaan pain manajemen dikarenakan mereka sangat memahami struktur neuroanatomy dan bisa melakukan evaluasi secara menyeluruh kepada pasien, apakah pasien tersebut cukup dilakukan tindakan pain management atau harus dilakukan tindakan operasi.
Baca Juga: Persiapan Apoteker Hadapi Tantangan dan Peluang Obat Digital di Era Globalisasi
Beberapa tindakan pain management di antaranya adalah injeksi suntikan obat-obatan analgesik dan steroid, terapi laser ablation yaitu memutuskan alur rangsangan nyeri yang dihantarkan oleh saraf nyeri dan mengurangi inflamasi dengan memfokuskan energi laser tingkat rendah ke punggung
Workshop Interventional Pain sendiri melakukan agenda rutin yang diselengggarakan oleh Program Studi Bedah Saraf FK Unair, bekerjasama dengan Surabaya Neuroscience Institute (SNei) dan Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia. Acara ini diselenggarakan sejak tahun 2009 dan telah berlangsung 13 kali. Peserta workshop Pain Management tidak hanya diikuti dokter spesialis bedah saraf, namun juga spesialis ortopedi, saraf dan bedah.
Dr. dr Agus Turchan, Sp. BS (K) bersama anggota Surabaya Neuroscience Intitute (SNei) lainnya merupakan pelopor Pain Management di Indonesia. Sempat belajar Pain Intervention di Birmingham Inggris, Kepakarannya dalam Pain management menjadikan dr. Agus didaulat sebagai ketua Pokja Neurofungsional di Perhimpunan Bedah Saraf Indonesia (Perspebsi). (*)
Baca Juga: Fakta Buah Pare, Mampu Gugurkan Kandungan Hingga Sebabkan Impotensi?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News