Layaknya pepatah “jauh bau bunga dan dekat bau bangkai”, para personil lintas generasi yang tinggal dalam satu atap tersandung konflik. Pasalnya, karena terpapar setiap hari, perbedaan antara pasangan muda dengan orang tuanya semakin nyata. Tetapi, apa untung dan ruginya tinggal bersama orangtua?
Untung
Baca Juga: 5 Tips Mengatur Barang Bawaan di Koper saat Traveling
1. Anak lebih aman apabila keduanya bekerja. Karena meski sudah bersiaga dengan CCTV, banyaknya pemberitaan kriminal dari pengasuh ‘nakal’, kerap membuat orang tua takut kecolongan, apalagi jika keduanya sibuk. Selain itu, ketika si kecil sakit padahal Anda harus bekerja, pasti Anda dan suami akan merasa lebih nyaman meninggalkan si kecil dengan kakek neneknya daripada hanya dengan si mbak. Apalagi kalau jika dibutuhkan tindakan emergency seperti membawa ke rumah sakit.
2. Lebih praktis. Daripada macet dan repot mengantar jemput anak yang dititipkan saat kedua orangtua bekerja, atau dari pada harus meluangkan waktu, tenaga dan biaya khusus untuk menjenguk dan mengurus orang tua, lebih baik ngumpul. Toh, privasi tetap terjaga karena tidak tinggal selantai (apabila rumah bertingkat).
3. Membantu memonitor tumbuh kembang anak. Kakek nenek lebih dipercaya daripada ART untuk mewariskan nilai-nilai dasar, seperti etiket, kejujuran dan empati kepada si kecil. Karena Anda sendiri sudah membuktikan hasil didikan mereka, maka Anda yakin apa yang diterima si kecil tidak akan melenceng atau jomplang dari yang Anda anut sekarang. And those are priceless!
Baca Juga: 8 Langkah Mudah Merawat Sepatu Lari agar Awet Bertahun-tahun
4. Kakek nenek tidak akan terlalu sepi atau kehilangan, berkat adanya cucu, yang artinya Anda memberi ‘kehidupan baru’ bagi orangtua, terutama bila mereka minim aktivitas.
5. Anda berdua memiliki lebih banyak free time untuk ‘me time’ dan ‘pacaran’. Kebanyakan nenek kakek dengan senang hati bermain dengan cucu, saat Anda ingin nyalon atau berakhir pekan berdua saja dengan suami.
Rugi
Baca Juga: Modena Kenalkan Water Heater dan Mesin Cuci Terbaru di Kediri
1. Potensi konflik kerap muncul, misalnya jika
- Orangtua dianggap mengintervensi. Penyebabnya, pertama, karena mereka menganggap pasangan muda masih bau ‘kencur’ dan miskin pengalaman dalam mengelola dan membina rumah tangga, sehingga dari urusan finansial, berbagi tugas domestik sampai menjalankan peran orangtua –jika pasangan muda sudah memilik ianak- orangtua kerap ikut campur. Alasannya mungkin karena mereka ingin memberi contoh atau teladan. Posisi orangtua untuk mengintervensi kehidupan anak menjadi kuat jika orangtua memberi suntikan dana kepada anak.
- Terjadi ketimpangan atau perbedaan dalam prinsip hidup, standar dan nilai antara dua generasi. Misalnya, ibu mertua ibarat ‘menteri kebersihan’ saking hobi beres-beres rumah. Sementara si menantu perempuan bertolak belakang, sebab mainan anak, lemari baju dan kamar tidur berantakan adalah “sarapannya” sehari-hari. Atau orangtua menganggap gaya hidup anak dan pasangannya boros, karena tiap akhir pekan hang out, mempekerjakan nanny dengan gaji tinggi, dan sebagainya. Padahal anak menganggap apa yang mereka keluarkan itu wajar dan sesuai tuntutan jaman.
Baca Juga: 4 Keuntungan Menggunakan Alat Pel Putar Dibandingkan Model Lainnya
- Belum mengenal karakter dan gaya masing-masing. Teknik dan gaya penyampaian pendapat yang sering tidak cocok, terutama untuk menantu yang sensi dan belum paham betul karakter mertua, membuat rasa sayang dan perhatian orangtua justru dianggap sebagai kritik, menggurui hingga bentuk kenyinyiran.
- Berebut kasih sayang. Umumnya terjadi antara mertua wanita dengan menantu perempuan. Konflik paling rentan terjadi pada menantu wanita yamg tidak bekerja yang tinggal di rumah mertua wanita. Bahkan, Monica Sulistiawati, M.Psi. dari Personal Growth, Jakarta, mengaku banyak klien wanita yang baru menikah datang untuk konseling karena mengeluh ada ‘orang ketiga’ dalam perkawinan. Si ‘penyusup’ itu bukan wanita muda tapi mama mertua. “Keduanya kebanyakan mengedepankan emosi dan perasaan, makanya gampang terjadi ‘gencatan senjata’, “ ujar Monica.2. Dari sisi cucu, kebanyakan cucu yang tinggal bersama kakek nenek lebih manja dan seenaknya. Ini karena kecenderungan kakek nenek yang mengabulkan dan jarang merem keinginan cucu. Selain itu karena seharian bersama kakek nenek, maka anak akan lebih mendengar opini kakek nenek daripada orang tuanya.
3. Anda berdua jadi kurang mandiri karena cenderung tahu beres, akibatnya kurang paham atau lihai perihal domestik karena masih menerima support. (*)
Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Gamers Harus Punya Kursi Gaming
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News