PACITAN, BANGSAONLINE.com - Jika Syarif Efendi gandrung akan musik serta kolektor lagu-lagu karya Koesplus, namun berbeda dengan Koko Wardoyo. Keduanya memang berprofesi sebagai loper koran yang sangat culun. Akan tetapi Koko punya hobi lain. Selama ini pria kelahiran Tulungagung 4 April 1972 silam itu termasuk pelestari batu akik asli Pacitan.
Di kalangan birokrasi Pemkab Pacitan, sudah tak asing lagi dengan sosok si loper koran satu ini. Tiap hari ia sering mondar-mandir keluar masuk kantor untuk mengantar koran, utamanya koran regional Jatim, Harian Bangsa.
Baca Juga: Tambah Wawasan soal Dunia Jurnalistik, Siswa SMA AWS Kunjungi Kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE
Yang membuatnya lebih dikenal, lantaran setiap hari selalu mengenakan celana pendek layaknya taipan Bob Sadino. Koko juga mengenakan rompi hitam dan di bagian kantongnya disematkan beberapa liontin bertahtakan batu akik jenis kalsidon.
Begitu pun sepuluh jemari tangannya juga dipenuhi cincin dengan hiasan akik bermacam jenis serta warna. Senyum ramah, dengan selingan celotehan lucu acap kali terlontar saat ia mengantar koran ke sejumlah pelanggan.
Tak ayal, bila pelanggan pun jadi ikut geli menyaksikan aksi kocak sang loper koran tersebut. Koko mengaku sangat percaya diri (PD) meski penampilannya terkesan nyeleneh.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
"Saya tak pernah lepas dari puluhan akik setiap keluar rumah menjalankan aktivitas. Ini sebagai simbol, kalau saya memang penggemar dan pelestari akik asli Pacitan," katanya, saat ditemui di timur Gedung Bappeda, Rabu (27/12).
Pria dengan empat anak ini mengaku sudah sejak remaja dulu hobi mengoleksi batu akik. Berbagai jenis batuan asli Pacitan, mulai red baron, agat, gasper dan banyak lainnya ia kumpulkan dan diikat dengan ring seadanya.
"Saya punya satu akik kalsedon bergambar semar. Akik ini saya yakini bisa membawa hoki dalam bekerja," tuturnya.
Baca Juga: Khotmil Quran dan Santunan Anak Yatim Awali Rangkaian HUT ke-10 BANGSAONLINE
Sekalipun euforia batu akik sudah meredup, namun kecintaannya terhadap bebatuan mulia itu tak pernah lapuk oleh keadaan. Batu akik, lanjut Koko, tak ubahnya seperti belahan hati.
"Tanpa batu akik, rasanya kurang lengkap dan nggak pede. Ya siapa tahu seiring waktu nanti, batu akik akan kembali menggeliat," harapnya. (yun/dur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News