34 Santriwati Amanatul Ummah Tinggalkan RS

34 Santriwati Amanatul Ummah Tinggalkan RS ? FARAH PARAH-Salah satu santriwati korban kebakaran PP Amanatul Ummah, Farah, saat dirawat intensif di RS Sumberglagah Pacet. Dan, salah satu pengasuh PP, Gus Muhib. (gunadhi/BANGSAONLINE


MOJOKERTO (bangsaonline) - Satu korban kebakaran di gedung asrama putri MTs Akselerasi Ponpes Amanatul Ummah Desa Kembang Belor Pacet Mojokertodirujuk ke RSU dr Soetomo Surabaya. Korban bernama Farah Syaifi (12), santri kelas 7 MTs Akselerasi itu mengalami luka bakar.

Bahkan, Farah mengalami patah kaki sebelah kanan setelah nekat melompat dari lantai 2 gedung asrama yang terbakar. Menurut Irma, ibu korban Farah, putrinya sengaja dipindahkan dari RS Sumberglagah ke Surabaya lantara RSU Dr Soetomo dinilai lebih layak dan mampu merawat pasien luka bakar. "Kalau di Surabaya perawatan dan peralatan medisnya sangat layak untuk pasien luka bakar," ungkap Irma saat ditemui di RS Sumberglagah, Pacet, Mojokerto, Jumat (15/8) petang.

Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng

Dokter jaga RS Sumberglagah, dr Sony Alfianto menjelaskan, Farah mengalami luka bakar serius di kedua kakinya. Selain itu, kaki sebalah kanan korban patah setelah terjun dari lantai 2 gedung asrama putri. "Luka bakar yang dialami cukup serius, sampai 20%," paparnya. Ditemani sang ibunda, santri asal Driyorejo, Gresik ini dinaikkan ke ambulance untuk segera menjalani perawatan di RSU Dr Soetomo, Surabaya. Sementara Sekretaris Desa Kembangbelor Sugeng Dwi Lestari menuturkan, Farah terlambat menyelamatkan diri saat api mulai membakar asrama 8 tempatnya beristirahat. Menurutnya, Farah nekat melompat dari lantai 2 setelah api membakar kedua kakinya.

"Karena kakinya terbakar, korban terbangun dan berlari meminta bantuan. Karena sulit menemukan jalan keluar, korban nekat melompat dari lantai 2, akibatnya tulang kaki sebelah kanannya patah," ungkap Sugeng. Diberitakan sebelumnya, asrama putri lantai 2 nomor 6-13 MTs akselerasi Ponpes Amanatul Ummah, ludes terbakar. Akibatnya, seorang santri tewas bernama Lailiyatul Musyarofah (13), 35 lainnya mengalami luka ringan, sesak nafas dan satu orang mengalami luka bakar serius. Sementara ditemui di lokasi, manajemen Ponpes Amanatul Ummah mengaku kecolongan setelah mengetahui alat pemanas air elektrik (heater) yang masih bisa masuk di asrama 13. Padahal, manajemen ponpes telah memiliki aturan tegas yang melarang santri membawa alat masak. Selain itu, jalur evakuasi di dalam gedung asrama kurang memadai, sehingga ada korban yang nekat melompat dari lantai dua gedung asrama. Anggota Tim Manajemen Yayasan Amanatul Ummah Muhiburrohman mengatakan, telah ada peraturan yang tegas melarang setiap santri membawa alat masak ke dalam asrama. Menurutnya, manajemen ponpes sudah menyediakan kebutuhan makan santri setiap harinya. "Di sini sudah disediakan makanan, justru berbahaya jika membawa alat masak sendiri," kata pria yang biasa disapa Gus Muhib ini kepada koran ini. Gus Muhib mengaku kecolongan. Pasalnya, keterangan dari para santri putri kelas VII MTs akselerasi, santer menyebutkan jika penyebab korsleting listrik di asrama 13 adalah alat heater yang dibawa salah satu santri secara diam-diam. "Kami juga tak menduga jika masih ada alat masak yang bisa masuk ke dalam asrama, padahal hampir setiap hari kami melakukan razia ke asrama para santri," imbuhnya. Dia menuturkan, gedung asrama putri yang terbakar ditempati sekitar 250 santri putri yang mayoritas masih kelas VII MTs. Gedung dua lantai terdiri dari 13 ruangan berupa asrama ini, memiliki standart keamanan yang kurang. Pasalnya, hanya ada satu tangga yang menjadi akses para santri dari lantai satu ke lantai dua. "Kami pasti akan melakukan evaluasi. Sebenarnya gedung yang terbakar hanya sementara sebagai asrama. Kami akan mempersiapkan asrama yang standartnya lebih internasional," tuturnya. Ditambahkan Gus Muhib para santri yang masih merasa shock dan trauma diizinkan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Khususnya bagi santri MTs, dia menyatakan akan meliburkan sementara kegiatan belajar mengajar selama proses penyelidikan oleh pihak kepolisian belum rampung. "Kegiatan belajar mengajar kita liburkan sementara sampai polisi selesai melakukan penyelidikan," tandasnya. Sebelumnya, seorang santri korban kebakaran mengalami patah kaki setelah nekat melompat dari lantai 2 gedung asrama putri. Korban diduga panik dan kesulitan menemukan tangga untuk turun. Sedang nasib 34 santriwati korban kebakaran di ponpes taraf internasional itu lebih ''beruntung''. Sebab, karena cuma menderita korban luka ringan mereka diiizinkan meninggalkan RS Sumberglagah, Kecamatan Pacet, Mojokerto dan menjalani rawat jalan serta masih menyisakansatu korban yang masih harus menjalani rawat inap di rumah sakit milik Pemprov Jawa Timur tersebut. Dokter jaga UGD RS Sumberglagah, dr Sony Alfianto mengatakan, sebanyak 34 korban diizinkan pulang lantaran hanya mengalami luka bakar ringan di tangan dan kaki, sesak nafas akibat menghirup asap kebakaran. Menurutnya, para santri dari jenjang MTs, MA, SMP dan SMA Amanatul Ummah itu tidak perlu menjalani rawat inap. "Cuma luka ringan, awalnya tidak saya izinkan pulang, tapi melihat kondisi mereka sudah membaik, lebih baik dipulangkan saja," jelas dr Sony. ''Jadi masih tersisa satu korban yang memang kondisinyabelum membaik dan membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Luka bakarnya cukup serius,'' imbuhnya.

Untuk mencegah kebakaran kembali terjadi, pihak kepolisian mengimbau agar Ponpes Amanatul Ummah melengkapi gedung asrama dengan alat pemadam kebakaran. Gedung asrama yang terbakar, Jumat (15/8) dini hari lalu memang tidak dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran. Sewaktu terjadi kebakaran, pemadaman dilakukan dengan alat seadanya.Kapolres Mojokerto AKBP Muji Ediyanto mengimbau kepada manajemen Ponpes Amanatul Ummah agar menyediakan alat pemadam dan alarm kebakaran di gedung asrama. Selain itu, manajemen pesantren yang berlokasi di Desa Kembangbelor, Kecamatan Pacet ini, supaya menyebarkan imbauan tertulis kepada para santri terkait tata cara menggunakan listrik yang benar. "Kami imbau agar pesantren Amanatul Ummah dilengkapi alat pemadam, hydrant atau sumber air yang bisa langsung disambungkan dengan pompa pemadam kebakaran. Manajemen juga agar memberikan imbaunan tertulis cara menggunakan listrik yang benar agar tidak terjadi korsleting," tekan Muji usai mengikuti upacara peringatan HUR Proklamasi Kemerdekaan RI di stadion Gajahmada Mojokerto, Minggu (17/8) siang.

Baca Juga: Aqiqah Cucu ke-20 Kiai Asep, Prof Ridwan Nasir Singgung Rabiah Al Adawiyah dan Khofifah

Terkait penyebab kebakaran, Muji mengaku masih menunggu hasil penelitian Puslabfor Surabaya. Namun pihaknya telah memintai keterangan beberapa pengurus dan para santri. "Penyebabnya belum bisa disimpulkan, kami menunggu hasil dari Puslabfor," cetusnya. Diberitakan sebelumnya, asrama putri MTs akselerasi Ponpes Amanatul Ummah, Desa Kembangbelor, Kecamatan Pacet, Mojokerto dilalap api, Jumat (15/8/2014) sekitar pukul 02.00 WIB. Akibatnya, 8 ruangan asrama putri yang terletak di lantai dua gedung ponpes, ludes terbakar. Selain itu, puluhan santri mengalami luka bakar, bahkan satu diantaranya meninggal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO