Cintai Wayang Sejak Balita, Akhirnya Jadi Dalang

Cintai Wayang Sejak Balita, Akhirnya Jadi Dalang In action. foto; istimewa

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Faisal Dhoni (26) Alumni Mahasiswa Unesa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa melestarikan kesenian Jawa Melalui Wayang sejak usia 3 tahun. Meski saat ini, serbuan asing begitu dahsyat mengacak-acak Jawa.

Awalnya ada unsur ketidaksengajaan saat ia menyukai wayang. Saat umur 3 tahun, ayahnya membelikan mainan berupa . Semenjak ia sering bermain dengan wayang yang dibelikan oleh ayahnya, Faishal Doni menjadi tertarik dan mulai menyukai wayang. Hingga saat ini ia mengembangkan hobinya menjadi profesi yang ia geluti, yaitu dalang.

Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu

“Dulu kan biasa ya kalau anak kecil seneng mainan, nah bapak tidak membelikan mainan, melainkan membelikan wayang kulit. Wayang kok bagus ya. Nah dari situ mulai seneng wayang dan menggeluti dunia dalang,” ujar Faisal, Senin (19/03/2018).

Faisal membutuhkan waktu sekitar 15 tahun untuk bisa memainkan wayang dengan baik. Ia belajar mulai dari TK hingga ia mencari guru untuk mengajarinya mendalang. Hingga saat sudah SMA, ia baru mengikuti sanggar dan tampil untuk pertama kali. Pertama kali ia tampil di Klenteng Jombang. Setelah itu ia terus belajar tentang pewayangan, sampai kedua kali ia tampil di SMA-nya dalam acara Dies Natalis. Setelah itu tak terhitung lagi berapa kali ia mendalang. Sampai saat ini ia sering mendalang di Madiun, Jombang, Kediri, Solo.

Ia berasal dari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Ia memilih jurusan yang sangat membantunya dalam mengembangkan bakatnya. Banyak buku tentang pewayangan dan itu sangat membantunya untuk mempelajari wayang lebih dalam.

Baca Juga: Dalang Cilik Sebagai Dai Kamtibmas Raih Apresiasi Polres Ngawi

“Niat menjadi dalang itu bermacam-macam. Ada yang ingin menjadi dalang di festival. Tapi saya tidak ingin menjadi dalang di festival. Saya ingin memberitahu kepada generasi setelah saya tentang wayang. Tentang kelestarian kesenian Jawa khususnya wayang kulit,” tutur Faisal.

Wayang di Indonesia mempunyai banyak versi. Setiap kontrak juga berbeda bergantung daerah mana yang sedang mengadakan pertunjukkan. Jika Surakarta dan sekitarnya sekitar pukul 9 malam sampai setengah 4 harus selesai. Setiap daerah mempunyai ciri khas sendiri-sendiri.

“Saya selalu memainkan wayang versi Surakarta, karena di saerah saya (kediri) ada pengaruh-pengaruh dari keraton Surakarta. Termasuk bahasa yang digunakan. Saya selalu menggunakan Purwo karena perbendaharaan cerita. Dari kecil sudah belajar tentang wayang kulit purwo. Jika mau ganti berubah ke jenis wayang lain harus memperbarui tentang pengetahuan cerita termasuk pola garap dan sajian.”

Baca Juga: Bersih Desa Urek-Urek Tanggap Wayang Kulit, Bupati Malang Apresiasi Pemdes Pertahankan Tradisi

Untuk menjaga dan melestarikan kesenian Jawa, Faisal mengajarkannya kepada generasi muda, khususnya anak SD. Ia mengajar pedalangan di SD. Menurutnya anak SD adalah anak yang paling berpotensi untuk meneruskan dan melestarikan bangsa. Selain mengajarkan pewayang di SD, ia juga mempunyai cara lain untuk mengajak generasi muda menyukai wayang. Cara untuk melestarikan yaitu dengan mengajak teman-temannya menonton wayang dan menjelaskan tentang peranan tokoh dalam setiap cerita wayang.

Setiap Suro dan acara–acara besar dalam kalender Jawa, ia banyak sekali tawaran untuk mendalang. Sebulan bisa mencapai 10 kali mendalang. Setiap mendalang, ia meraih upah sampai 5 juta per malam.

“Setiap hari wayang berkembang semakin cepat. Meskipun seiring dengan pesatnya teknologi pada masa kini. Wayang masih menjadi pusat perhatian tersendiri bagi masyarakat. Seiring dengan Kemajuan Teknologi ada keuntungan terendiri dalam dunia pewayangan. Anak kecil bisa belajar dan mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai wayang melalui handphonenya,” Tutur Faishal.

Baca Juga: Eksotisme Telasen Topak atau Lebaran Ketupat, Hari Raya-nya Puasa Sunnah Syawal

Selain itu ia juga tidak khawatir tentang masa depan wayang di Indonesia. Menurutnya setiap generasi di Indonesia mempunyai potensi untuk melestarikan kesenian termasuk Wayang. Sekarang pun sudah banyak generasi muda di Indonesia yang belajar tentang pewayangan dan pedalangan. (*)

Sumber: *Dhian Bhintariana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO