SURABAYA(BangsaOnline)Gara-gara mengangkat tema 'Tuhan Membusuk', panitia Orientasi Studi Cinta Akademik dan Almamater (Oscar) Mahasiswa Baru (Maba) 2014 di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur, menuai kontroversi. Oecar ini digelar pada 28 hingga 30 Agustus lalu. Banyak pihak menganggap tema ini bukan saja kontroversial; tapi juga radikal sekaligus mengerikan. Bahkan tema ini bisa menimbulkan tafsir beragam dan menyulut perdebatan.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Minggu 3 September 2023: Gemini Jangan Pansos, Aries Rencana Tuhan
Namun panitia Oscar ternyata punya tafsir yang
bisa menjelaskan secara rasional sesuai kaidah filasafat. Yang pasti, tema ini bisa
disebut memiliki makna luar bisa dalam perkembangan Islam di tengah peradaban
modern yang menyesatkan. Ini sesuai subtema Ospek (Oscar), yaitu 'Be Konstruksi
Fundamentalisme menuju Islam Kosmopolitan.'
Menurut Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas (Dema F), Rahmat, 'Tuhan Membusuk' yang dimaksud dalam tema
Ospek Maba 2014 yang digelar fakultasnya, bukan Tuhan Zat Yang Esa, melainkan
Tuhan-Tuhan yang tumbuh dalam diri manusia tanpa sadar menimbulkan kemusrikan
(Musrik Mutasyabihat). Rupanya yang dimaksud Panitia Oecar adalah tuhan (dengan
huruf kecil) bukan Tuhan (dengan huruf besar).
"Sebenarnya, masalah ini sudah selesai saat Oscar selesai. Siang tadi (Senin),
kita juga sudah menggelar evaluasi dengan dekan kampus. Tapi nggak apa-apalah,
ini juga sebagai klarifikasi soal tema yang kami angkat itu," kata Rahmat
di Sekretariat Dema F Kampus UIN Sunan Ampel, Surabaya, Senin sore (1/9/2014).
Mahasiswa semester VII itu menjelaskan, kenapa pihaknya membuat gagasan suatu
'produk' bertema 'Tuhan Membusuk'. "Kenapa dengan tema Tuhan Membusuk?
Membaca realita yang terjadi saat ini, menggunakan fenomologi yang ada, banyak
orang mengatasnamakan Tuhan untuk kepentingan politik," analisa Rahmat.
Staf Dema F, Hidayat menimpali, banyak orang juga kerap mengatasnamakan agama
untuk melegalkan kebenaran dalam dirinya sendiri. Yang tanpa sadar merusak
kebesaran Islam itu sendiri.
"Bahwa Tuhan Zat Yang Esa menurunkan agama bukan untuk kekacauan. Karena
ini temanya Islam, ini yang kita spesifikasikan. Islam tidak mengajarkan faham
radikal, Islam adalah Rahmatan Lil Alamin," terang Hidayat.
"Tuhan Membusuk, yang kita maksud bukan Tuhan Zat Yang Esa. Tuhan itu
tidak pernah mati ataupun rusak seperti manusia. Tuhan Sang Pencipta memiliki
kekekalan," sambung dia.
Tuhan Membusuk yang dimaksud para senior mahasiswa di Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat ini, adalah kebenaran-kebenaran yang lahir dalam diri manusia, yang
kemudian menjelma sebagai Sang Pengadil.
"Padahal Hakim Sejati adalah Tuhan Zat Yang Esa. Manusia memiliki
sifat-sifat Ketuhanan, yang kemudian menjadikan manusia menjadi orang yang
paling benar dari kebenaran-kebenaran yang lain. Menjadi Sang Pembela agama
atas nama Tuhan Azzawajalla. Kebenaran yang lahir dalam diri manusia disakralkan
untuk kepentingan-kepentingan politik," papar dia.
Mengutip kalimat almarhum Nurcholis Majid, lanjut dia, dzikir Lailahaillallah,
yang bermakna tiada Tuhan selain Tuhan Allah. Di dunia ini tidak ada Tuhan
kecil.
Di sini, masih kata Hidayat, manusia adalah Tuhan yang tidak bisa menjadi
Tuhan. Manusia mengatasnamakan kebenaran pribadi di atas kebenaran yang lain,
yang sebenarnya tidak bisa menjadi Tuhan.
"Meski manusia juga memiliki sifat-sifat Tuhan, seperti sifat sombong,
karena sombong adalah sifat Tuhan, tapi banyak manusia sombong. Ini yang
kemudian, secara pribadi saya mengartikan Musyrik Mutasyabihat, kemusyrikat
yang lahir tanpa disadari, " ulas dia lagi.
Menurut dia, sebuah sistem kehidupan yang tidak lepas dari jerat-jerat.
"Itu jerat politik, jerat-jerat yang meniadakan sesuatu yang tidak bisa
lepas dari diri manusia. Ketika berada di politik naluri kemanusiaan hilang,
dan yang muncul adalah naluri Tuhan. Seperti kebenaran yang dimiliki adalah
kebenaran di atas segala-galanya," kata dia sembari terus berfilsafat.
"Tuhan yang kita masuk bukan Tuhan Yang Esa, tapi Tuhan yang fana, yaitu
manusia. Maka, dia harus membusuk. Tuhan Membusuk, sudah kita bakar beserta
ditutupnya Ospek yang kita gelar kemarin. Pembakaran spanduk: Tuhan Membusuk
adalah simbol penghancuran atas kebenaran manusia yang menjelma menjadi Tuhan
tanpa disadari oleh manusia itu sendiri," timpal Mas Odi,
Menurut dia, persoalan 'Tuhan Membusuk' hari ini sudah clear, saat panitia
ospek menggelar evaluasi bersama dekan fakultas yang dipimpin Muhid (Dekan
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat).
Sebelumnya, Ospek Maba 2014 bertema Tuhan Membusuk ini, diunggah melalui
jejaring sosial Facebook dan mendapat respon cukup beragam.
Namun ternyata, tema itu memiliki makna yang luar biasa sebagai respon atas
realitas yang terjadi saat ini. Munculnya Islam radikal, Negara Islam Iraq dan
Syiria (ISIS), dan kejahatan-kejahatan yang terjadi tanpa mengindahkan hukum
Tuhan Zat Yang Esa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News