Tafsir Al-Isra 11: Kanjeng Nabi SAW Pernah Lepas Kontrol

Tafsir Al-Isra 11: Kanjeng Nabi SAW Pernah Lepas Kontrol Ilustrasi

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .  

Wayad’u al-insaanu bialsysyarri du’aa-ahu bialkhayri wakaana al-insaanu ‘ajuulaan (11).

Ayat ini mengingatkan kita, utamanya saat kita marah atau emosi. Bagaimana tidak, sering kita meledak-ledak bahkan mengumpat ketika disakiti atau dizalimi. Hati mendongkol dan sakit sekali. Mau membalas secara kasar, tidak mungkin, karena berbagai pertimbangan. Meskipun bisa, tapi kadang kurang pantas, lalu diam dan disimpan dalam hati.

Saat marah besar, yang muncul begitu saja, biasanya mengutuk atau berdoa buruk kepada si pelaku kejahatan. Mudah-mudahan kualat, dibales Tuhan lebih parah dan sebagainya. Malahan, ketika seseorang berdoa buruk atas si penzalim, hatinya ingin banget doa itu dikabulkan sesegera mungkin. Kenapa?

Pertama, Jika doa dikabulkan sesegera mungkin, dia merasa dirinya orang shalih yang diperhatikan Tuhan, disayang dan direspons permintaannya. Kedua, merasa sebagai orang sakti yang "malati", menyebabkan si penjahat terkutuk setelah menjahati dia. Dengan kualat tersebut, publik tahu, lalu pamor dia naik.

"isti'jalahum bi al-khair". Desakan menyegerakan terkabulnya doa buruk itu seperti ketika dia berdoa kebaikan untuk dirinya, tentu ingin segera dikabulkan. Itulah yang disindir ayat studi ini. Beberapa penafsiran dikedepankan di sini, antara lain:

Pertama, adalah al-Nadlr ibn al-Haris, tokoh kafir yang pintar berdiplomasi dan sering meledek nabi Muhammad SAW. Ketika adu argumen soal agama, al-Nadlr menantang: "Ya Tuhan, jika agama yang dibawa Muhammad itu benar, maka hujanilah kami bebatuan yang mematikan, atau siksa kami sepedih mungkin..". Akhir secita, tidak ada hujan batu meskipun kebenaran ada di pihak nabi dan dialah yang durhaka.

Hal itu karena Tuhan telah mengikat Diri-Nya Sendiri sebagai Tuhan yang maha pemurah, pemberi rahmat tak terhigga, memberi kesempatan bertobat, dan tidak segera menyiksa umat-Nya yang berdosa. Tafsir sufistik mengajarkan, bahwa ayat ini adalah larangan keras bedoa buruk menimpa dirinya. Semisal, ingin segera mati saja daripada sakit berkepanjangan dan belum kunjung sembuh.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO