Tafsir Al-Hajj 12-14: Bertuhan Pepesan Kosong

Tafsir Al-Hajj 12-14: Bertuhan Pepesan Kosong Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i.

Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie

Rubrik Tafsir Al-Quran Aktual ini diasuh oleh pakar tafsir Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir mumpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng.

Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Hajj': 12-14. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca.

12. Yad‘ū min dūnillāhi mā lā yaḍurruhū wa mā lā yanfa‘uh(ū), żālika huwaḍ-ḍalālul-ba‘īd(u).

Dia menyeru sesuatu selain Allah yang tidak dapat mendatangkan mudarat dan tidak (pula) memberikan manfaat kepadanya. Itulah kesesatan yang jauh.

13. Yad‘ū laman ḍarruhū aqrabu min naf‘ih(ī), labi'sal-maulā wa labi'sal-‘asyīr(u).

Dia menyeru kepada sesuatu yang mudaratnya benar-benar lebih dekat daripada manfaatnya. Sungguh, itu seburuk-buruk penolong dan sejahat-jahat kawan.

14. Innallāha yudkhilul-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti jannātin tajrī min taḥtihal-anhār(u), innallāha yaf‘alu mā yurīd(u).

Sesungguhnya Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Sesungguhnya Allah melakukan apa yang Dia kehendaki.

TAFSIR

Setelah diuraikan betapa meruginya orang-orang munafik yang pura-pura memeluk agama islam, lalu terbongkar sifat aslinya. Terbacalah dari perilakunya sendiri. Jika ekonominya berkembang, kondisinya membaik, maka tetap berislam dan jika sebaliknya, maka mereka murtad.

Lalu ayat kaji ini mempertegas keadaan semacam itu terhadap orang-orang kafir yang menyembah selain Allah SWT. Mereka menyembah benda mati yang tidak berefek apa-apa. Tidak membahayakan dan tidak pula memberi manfaat. Atau menuhankan apa saja yang justru negatifnya lebih banyak ketimbang manfaatnya.

Pesan dua ayat ini cukup tegas, bahwa menyembah apa pun atau menyembah siapa pun selain Allah SWT adalah kesesatan yang nyata, kekeliruan yang berat. Patung, berhala, dan sebangsanya, jangankan memberi manfaat kepada yang orang lain, merawat diri sendiri saja tidak bisa.

Kau hancurkan dia, dia pasti hancur. Kehujanan pun dia diam dan hanya diam. Memang benda mati. makanya, zaman Nabi Ibrahim A.S. dulu, patung sesembahan mereka dihancurkan. Mereka mengerti dan sangat sadar bahwa patung itu adalah benda mati yang tak bisa bicara.

Meskipun sudah sejelas itu, tapi tak semudah itu mereka - lantas - mau meninggalkan keyakinannya. Mereka tetap ngotot dan merasa beragama dengan benar. Malahan justru Ibrahim muda yang diolok-olok sebagai orang yang salah berkomentar.

Jadi, sejak zaman dulu orang salah tapi tetap ngotot dan meresa benar. Itulah “gawane menungso”. Rewel, membantah, ngeyel dan susah menyadari kekeliruannya. “wa kan al-insan aktsar syai’ jadala”. (al-kahf:54). Hal demikian terjadi pada manusia karena dia punya sifat sombong, angkuh, dan gengsi.

Apapun pembelaannya, apa pun argumentasinya, jika berkeyakinan ada Tuhan selain Allah SWT, semisal Tuhan manusia, Tuhan berjumlah lebih dari satu, patung, benda antik atau apa, pasti ada sisi kelemahan dan gugur. Itu pasti.

Pembelaan dengan bermacam-macam cara hanyalah mengada-ada dan mudah sekali dipatahkan. Menyembah selain Allah SWT bagaikan memburu pepesan kosong. Berharap mendapatkan besar, tapi nyatanya tak mendapat apa-apa.

Kemudian pada ayat berikutnya, Tuhan memberi arahan, bahwa, sudahlah, kalian jangan lagi bertuhan kepada selain Aku, jangan bertuhan kepada mereka yang tak punya apa-apa dan tak bisa apa-apa. Mereka itu, Aku yang menciptakan. Mereka itu sama dengan kalian, sama-sama makhluk.

Apa anda akan menyembah sesama makhluk. Kalian yang beriman kepada-Ku dan beramal kebajikan, pasti kelak akan mendapatkan surga yang sangat indah. Di sini, keimanan yang dibangun setelah kekufuran biasanya lebih kokoh. Hal itu karena sudah ada perbandingan sebelumnya. Lalu dipilih yang paling logik.