BLITAR, BANGSAONLINE.com - Presiden Joko Widodo meninjau proyek rehabilitasi irigasi Lodoyo di Kelurahan Jegu, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Kamis (3/1/2019). Jokowi tiba di proyek irigasi Lodoyo sekitar pukul 12.30 WIB, disambut Wakil Bupati Blitar Marhaenis UW.
Jokowi bersama menteri PUPR Mochamad Basuki Hadimuljono, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo langsung mengecek proyek rehabilitasi irigasi Lodoyo yang mengairi lebih dari 3 ribu hektare lahan pertanian.
Baca Juga: Rocky Gerung Ajak Pemuda di Surabaya Kritis Memilih Pemimpin
"Irigrasi primer ini dibangun tahun 1982, artinya harus ada rehab saluran sepanjang 16,42 kilometer. Karena irigasi ini mengairi 3.802 hektare lahan petani," ungkap Jokowi usai meninjau irigasi Lodoyo.
Usai meninjau rehabilitasi irigasi Lodoyo, Jokowi langsung bergeser menuju proyek pengendali banjir di Kali Bogel yang terletak di wilayah yang sama, namun berbeda titik beberapa kilometer ke arah Selatan.
Baca Juga: Suami Pembacok Istri di Blitar Diringkus
Hujan deras sempat mengguyur lokasi proyek Kali Bogel sepanjang 7,1 kilometer tersebut saat Jokowi dan rombongan tiba di lokasi. Namun hal ini tak menjadi halangan bagi calon presiden petahana untuk melanjutkan pengecekan. Jokowi langsung turun dari mobil sambil menggunakan payung mengecek proyek pengendali banjir di Kecamatan Sutojayan ini.
Proyek normalisasi irigasi Lodoyo ini menggunakan anggaran yang bersumber dari APBN sebesar Rp 12,4 miliar. Sementara untuk proyek normalisasi Kali Bogel anggaran yang digelontorkan sebesar Rp 185 miliar.
Untuk diketahui, melubernya aliran Kali Bogel dan Kali Kesing akibat pendangkalan di setiap musim penghujan ini merupakan penyebab utama banjir di Kecamatan Sutojayan. Pendangkalan sejumlah aliran sungai di Kecamatan Sutojayan itu disebabkan dari bukit Tumpak Suru Desa Margomulyo dan Bukit Jurang Kendil di Kecamatan Panggungrejo. Lapisan tanah dan lumpur yang tergerus hujan, akan meluncur ke bawah bermuara di aliran Sungai Unut. Di kemiringan sekitar 45 derajat, masyarakat membuka ladang yang ditanami palawija. Alih fungsi lahan Jati berubah ke palawija, membuat akar tanaman tidak kuat menahan tanah saat hujan deras tiba. (ina/rev)
Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News