Mojokerto-(BangsaOnline)
Praktik penarikan dana dari siswa yang
dilakukan sekolah masih menghantui dunia pendidikan di Kota Mojokerto.
Instruksi Walikota yang secara tegas melarang pungutan dengan dalih apapun tak
diindahkan sepenuhnya oleh pendidik di daerah ini.
Seperti terjadi di SMA Negeri 3, berkedok untuk membeli sapi kurban pihak
sekolah setempat diduga membebani siswanya dengan uang sebesar Rp 15 ribu
perorang. Untuk menghindari sorotan publik, permintaan sumbangan tersebut tidak
disampaikan secara tertulis sebagaimana lazimnya. Tapi diutarakan secara lisan.
"Setiap siswa diminta membayar Rp 15 ribu dan disetorkan kepada guru yang ditunjuk menjadi bendahara kepanitiaan kurban. Penyetoran tidak boleh lebih dari tanggal 4 (Oktober, Red)," ungkap seorang wali murid, Jumat (4/10) kemarin.
Baca Juga: Simak Batas Makan Daging Per Hari Sesuai Anjuran Dokter
Wali murid yang enggan publikasikan jati dirinya tersebut menyayangan cara
penggalangan dana seperti itu. "Setiap penggalangan dana mestinya dilakukan
lebih beretika melalui surat atau
selebaran dengan permohonan kepada wali murid. Karena cara sembunyi-sembunyi
seperti ini mengajari anak untuk curang," sesalnya. Ia sebetulnya tidak
mempermasalahan besaran sumbangan tersebut. Tapi jika tidak transparan maka
rawan penyimpangan.
Dikonfirmasi soal adanya pungutan siswa ini, Kasek SMA Negeri 3, M. Umar tidak menampik. "Saya lo nggak narik, hanya Rp 15 ribu masak keberatan. Toh yang pegang uang siswa sendiri, sekolah sama sekali tidak terlibat," akunya.
Menurut ia, panitia kurban adalah siswa sendiri. "Panitianya siswa sendiri, termasuk yang memotongnya," elaknya.
Baca Juga: Unipra Surabaya Sembelih 2 Sapi dan Seekor Kambing pada Idul Adha 2024
Sebelumnya, Walikota Masud Yunus secara tegas mengharamkan pelbagai bentuk
pungutan apapun diranah pendidikan. Orang nomer satu di Pemkot Mojokerto itu
menyatakan menggratiskan sama sekali pendidikan di wilayahnya.
"Sering saya nyatakan bahwa pendidikan di Kota Mojokerto gratis. Tidak
boleh ada pungutan apapun," tegasnya.
Dia, tidak akan mentoleransi praktik penarikan pada siswa dengan dalih apapun. "Semuanya gratis. Bahkan orang tua di kota ini ibaratnya hanya boleh bekerja dan melahirkan. Masalah kesehatan dan pendidikan biar pemerintah yang menjaminkan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News