SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melalui Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa mendorong peningkatan kualitas SDM, salah satunya melalui fortifikasi yodium pada garam konsumsi yang beredar di Indonesia.
Hal ini ditegaskan oleh Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Agung Kuswandono dalam FGD Fortifikasi Garam Pangan, di Surabaya, Kamis (4/04).
Baca Juga: Kunjungi Bangkalan, Menko Maritim Luhut Panjaitan Luput dari Pandangan Media
Fortifikasi yodium pada garam konsumsi bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Yodium merupakan unsur mineral yang menjadi nutrisi penting bagi tubuh. Yodium menjaga fungsi tiroid tetap stabil. Hormon tiroid yang baik berperan dalam mengoptimalkan fungsi otak dan system saraf.
Selain itu, yodium juga sangat penting bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak, maka Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendorong upaya pencegahan defisiensi yodium melalui fortifikasi yodium pada bahan pangan. Karena fortifikasi yodium pada garam konsumsi dapat mencegah masalah stunting (kondisi gagal tumbuh kembang pada balita) di Indonesia.
“Tujuan utamanya sebetulnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tapi kalau kita angkat ini kan salah, tidak jelas kesejahteraan seperti apa. Ini kita arahkan kepada masalah yang sangat krusial, yaitu fortifikasi garam itu pemberian zat yodium agar terhindar masalah stunting,” kata Agung.
Baca Juga: Kunjungi Kota Batu, Menteri Luhut Bahas Potensi Malang Raya
Fenomena stunting di Indonesia sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2013 37% anak Indonesia di bawah usia 5 tahun atau lebih kurang 9 juta anak mengalami stunting. Pemerintah Indonesia telah melakukan akselerasi demi mencegah stunting, bahkan pencegahan stunting telah menjadi komitmen nasional. Pada tahun 2018, telah terjadi penurunan stunting yakni 30.8%.
(Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Agung Kuswandono saat pemaparan dalam FGD
Fortifikasi Garam Pangan)
Baca Juga: Menko Maritim Resmikan Dua Fasilitas TPST3R di Pasuruan Secara Virtual
Dalam paparannya, Agung menegaskan, signifikansi fortifikasi yodium pada garam konsumsi serta masalah-masalah yang menjadi kendala fortifikasi yodium khususnya pada produsen garam pangan skala kecil.
“Saat ini hanya ada satu provider kalium iodat (yodium) di Indonesia, yaitu PT. Kimia Farma. Sekarang bagaimana cara memastikan distribusi kalium iodat untuk produsen garam seluruh Indonesia? Siapa yang menangani monitoring dan evaluasi fortifikasi yodium, khususnya untuk garam rakyat produksi UMKM, bagaimana pengawasan standarisasi kadar yodiumnya?,” ujarnya.
Dia juga menekankan poin-poin penting dalam FGD ini, yakni fortifikasi yodium untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia, mencegah dan mengeliminasi stunting, mencari solusi demi mengatasi kendala dalam fortifikasi yodium dan meningkatkan nilai tambah produk pergaraman. Solusi-solusi terbaik yang dapat dimplementasikan dalam tata kelola garam.
Baca Juga: Resmikan Pembangunan Bandara Internasional Kediri, Luhut: Ini Adalah Kerja Sama Bersejarah
“Ada dua hal penting, yakni meningkatkan kualitas SDM melalui eliminasi stunting, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.”
Agung juga mengajak semua pihak untuk menjadi solusi. “Ini masalah kita semua, mari bekerja sama, kita satukan semua kegiatan yang ada, sehingga semuanya tahu dan mengerti. Yang paling penting tujuan utama kita adalah kesejahteraan masyarakat dan mengatasi stunting. Untuk masa depan Indonesia, masa depan kita semua”, tambahnya.
Sebagai informasi, kegiatan ini akan dilanjutkan dengan peninjauan lapangan fortifikasi garam ke Watudakon pada tanggal 05 April 2019. (mid/rev)
Baca Juga: Bandara Kediri Dibangun 2020, Khofifah: Bakal Persempit Ketimpangan Utara-Selatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News