JEMBER, BANGSAONLINE.com - Seks bebas yang dilakukan remaja putri sekarang kian memprihatinkan. Dari banyaknya kasus karena pernikahan dini, kini bergeser ke kebutuhan ekonomi dan kesenangan.
Melihat tingkah laku mereka membuat Ketua Insan Generasi Berencana (Genre) Kabupaten Jember Devi Martadiana, bersama dengan anggotanya turun langsung untuk memberikan edukasi ke masyarakat. Pasalnya fenomena pernikahan dini dan seks bebas di masyarakat sekarang ini, kondisinya sangat mengkhawatirkan. Sebagai wanita yang memiliki jiwa Kartini muda, Devi bersama anggotanya harus turun langsung memberikan edukasi ke masyarakat.
Baca Juga: Kabar Dugaan Penyekapan 12 PSK di Surabaya oleh Mucikari, Warga Ungkap soal Hutang hingga Preman
"Remaja wanita kita di Jember, tanpa rasa malu, dan tanpa memiliki pemahaman, seenaknya melalukan seks bebas, dan melakukan pernikahan dini. Kondisi ini pun, kini sudah bergeser," kata Devi saat dikonfirmasi wartawan, Sabtu (20/4).
"Jika dulu pernikahan dini karena akibat hamil di luar nikah, kini pernikahan dini jadi sebuah solusi sebuah keluarga agar tidak terbebani untuk mengurus anak wanitanya. Jadi agar lepas tanggung jawab terhadap anaknya, apalagi perempuan, dinikahkan itu. Padahal umurnya masih SD atau SMP biasanya. Alasannya pun karena masalah ekonomi, jadi dengan dinikahkan, menjadi tanggung jawab suaminya," ungkap dia.
Akibat hal ini, kata Mahasiswa FKM Unej ini, persoalan pernikahan dini berlanjut pada persoalan yakni perceraian dini.
Baca Juga: Hadir di Kampanye Akbar, Irwan Setiawan Ajak Menangkan Khofifah-Emil
Belum lagi masalah seks bebas. Dulunya hubungan terlarang itu karena berdalih rasa sayang dan cinta pada pasangan belum resmi, atau pacarnya. Fenomena saat ini, karena untuk mencari kepuasan semata. Baik kepuasan seksual, juga kepuasan untuk mendapatkan atau memiliki sesuatu.
"Jadi mereka cewek-cewek masih umur SMP-SMA itu, rela melakukan seks bebas, kemudian mendapat bayaran untuk beli handphone ataupun hal lain sesuai kemajuan teknologi. Selain mencari kesenangan dari seks tentunya," katanya.
Kebanyakan para wanita remaja itu, malah kondisi ekonomi keluarganya baik dan mampu. "Jadi kondisi saat ini itu, bukan faktor ekonomi. Alasan mencari kesenangan semata dan cepat dapat uang, juga menjadi pertimbangan. Jadi cewek-cewek itu tidak memikirkan keperawanannya, atau pun norma agama, sosial, di tengah masyarakat," sambungnya.
Baca Juga: Seribu Massa SSC di Jember Nyatakan Dukung Khofifah-Emil
"Fenomena ini yang mengkhawatirkan. Dan, di momen Hari Kartini 2019 ini kami berharap ada perhatian dan kepedulian bersama untuk mengatasi persoalan tersebut. Kondisi ini membuat kita di Genre cukup geram. Sehingga kita berusaha untuk terus menjadi fasilitator lewat PIK-R juga, tidak hanya di dunia pendidikan, sekarang turun langsung ke masyarakat," ungkapnya.
Bahkan di tingkat dusun, desa, dan pondok pesantren pun disasar olehnya. "Karena persoalan remaja (wanita) ini salah dalam mencari wadah untuk mencari identitas. Sehingga perlu ada perhatian khusus," kata dia. (jbr1/yud/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News