Jangan Khianati Sejarah, Cak Firman: Panglima Santri Indonesia Itu Gus Thoriq

Jangan Khianati Sejarah, Cak Firman: Panglima Santri Indonesia Itu Gus Thoriq Firman Syah Ali (kanan) bersama Gus Thoriq Darwis bin Ziyad (kiri). foto: Istimewa/ BANGSAONLINE.com

SURABAYA, BANGSONLINE.com Nasional (HSN) jatuh pada 22 Oktober setiap tahunnya. Peringatan ini ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada 22 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta. Tanggal 22 Oktober merujuk pada satu peristiwa bersejarah, yakni seruan Hadratussyaikh KH. M Hasyim Asy'ari pada tanggal 22 Oktober 1945 yang disebut .

Seruan Hadratussyaikh ini berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan.

Baca Juga: Digawangi Perempuan Muda NU, Aliansi Melati Putih se-Jatim Solid Menangkan Khofifah-Emil

“Seruan perang suci pendiri Nahdlatul Ulama dan Pesantren Tebuireng Jombang itu kemudian disebut sebagai ,” kata Firman Syah Ali, tokoh muda kepada BANGSAONLINE.com, Kamis (17/10/2019).

Menurut Cak Firman, panggilan Firman Syah Ali, pertempuran 10 November 1945 merupakan obor, sedangkan korek apinya adalah yang setiap tahun diperingati sebagai Nasional. “Obor tak mungkin menyala tanpa korek api,” kata Cak Firman.

Aspek lain, kata Cak Firman, yang melatarbelakangi penetapan HSN ini adalah pengakuan resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia atas peran besar umat Islam dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga NKRI. “Ini sekaligus merevisi beberapa catatan sejarah nasional, terutama yang ditulis pada masa Orde Baru, yang hampir tidak pernah menyebut peran ulama dan kaum santri,” katanya.

Baca Juga: Rais Aam PBNU Ngunduh Mantu dengan Pemangku Pendidikan Elit dan Tim Ahli Senior di BNPT

Terkait HSN 2019, Cak Firman mengaku setuju dengan pernyataan Gus Thoriq bin Ziyad di BANGSAONLINE.com (15/10/2019).

"Saya sudah bertamu ke ndalem Gus Thoriq dan mendapatkan sejarah HSN langsung dari Gus Thoriq. Menurut saya sebaiknya gelar Panglima Santri disematkan kepada pahlawan aslinya saja, yaitu Gus Thoriq. Janganlah sekali-sekali mengkhianati sejarah," ujar Cak Firman.

Seperti diberitakan BANGSAONILINE.com, pencetus Nasional, Gus Thoriq Darwis bin Ziyad heran terhadap A Muhaimin Iskandar (), ketua umum PKB, yang mengklaim sebagai panglima santri. Padahal Gus Thoriq sebagai pencetus HSN dan berjuang untuk mewujudkan gagasannya itu sampai diterima Presiden Jokowi tak mengklaim apapun.

Baca Juga: Menteri Rame-Rame Minta Tambah Anggaran, Cak Imin Rp 100 T, Maruar Rp 48,4 T, Menteri Lain Berapa T

“Saya tidak tahu, kok bisa () mengklaim sebagai panglima santri, sedang saya sebagai hansip…..hansip santri,” kata Gus Thoriq, pengasuh Pondok Pesantren Babussalam Banjar Rejo Pagelaran Malang Selatan Jawa Timur kepada BANGSAONLINE.com, Selasa (15/10/2019).

Gus Thoriq penggagas awal HSN. Ia bahkan memperjuangkan HSN sejak 2011. “Awalnya saya mengundang 100 lebih pondok pesantren. Saya mengundang Gus Dur untuk deklarasi Nasional (HSN) di rumah. Gus Dur siap rawuh (datang) dengan catatan tidak ada halangan,” kata Gus Thoriq.

Cak Firman, keponakan Mahfud MD yang sedang digadang-gadang sebagai Wali Kota Surabaya ini meminta pemerintah, khususnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk memasukkan Sejarah HSN ke dalam kurikulum pelajaran resmi sekolah. “Dan jangan lupa nama Gus Thoriq dimasukkan ke dalam kurikulum tersebut, jangan nama yang lain,” pintanya.

Baca Juga: Khofifah: Muhammadiyah Pilar Kemajuan Bangsa dan Umat

Cak Firman meminta negara lebih menjadikan Peringatan Nasional segebyar peringatan Hari Pahlawan. Artinya, jadikan semua bentuk peringatan HSN sebagai acara kenegaraan yang melibatkan TNI/Polri dan ASN, jangan ada kesan peringatan HSN hanya dilakukan oleh santri.

"HSN ini kan penghargaan negara akan jasa para santri, maka negara harap melakukan upacara besar-besaran sebagaimana upacara Hari Pahlawan. Kalau pada hari pahlawan seluruh PNS diwajibkan berpakaian ala pahlawan, maka pada hari santri sebaiknya seluruh PNS diwajibkan memakai sarung dan peci hitam, karena pakaian itulah yang dikenakan laskar santri dalam merebut kemerdekaan RI," pungkas Pengurus Harian LP Maarif Jatim ini. (tim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Gila NU dan Orang NU Gila, Anekdot Gus Dur Edisi Ramadan (16)':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO